"Pelangi," teriak Rieke saat aku masuk ke dalam kelas.
"Lo dari mana? Aska tadi ke sini," sambung Rieke.
"Ke toilet sebentar," jawabku.
"Arip tadi nggak sengaja," ucap Rieke.
"Iya gue tahu," ucapku sambil duduk di sebelah Dwi.
Aku tahu Rieke termasuk gengnya Aska. Dan aku memang tidak cocok bersama mereka. Dan mungkin Aska juga tidak cocok denganku.
"Cepat banget lo ke perpustakaan tadi," ledek Dwi.
"Sumpah, gue lagi malas banget ke perpustakaan Wi. Besok aja gimana?" Tawarku.
"Oke, gue setuju."
Setelah perkuliahan selesai, aku memiliki satu ide. Aku memang ingin menghindar dari Aska. Bentakkan Arip masih terbayang olehku.
Aku mengirim pesan untuk bunda.
[Bunda, pulang kerja Pelangi langsung ke kossan Dwi ya. Soalnya ada tugas kelompok. Besok pagi Pelangi pulang.]
Aku mengejar Dwi yang sudah meninggalkanku.
"Dwi !!" teriakku.
"Kenapa Pelangi?"
"Gue nginep kossan lo dong, kossan lo deket sama tempat kerja gue. Jadi pulang kerja nanti gue bisa ke kossan lo." Dwi sangat senang jika aku menginap di kossannya. Karena ia sering kesepian sendiri di kossannya.
"Serius Pelangi. Oke, pintu kossan gue terbuka lebar untuk lo."
"Tapi anterin gue ke tempat kerja dong. Gue hari ini nggak bawa motor. Tadi bareng Aska."
"Nggak masalah, yuk," ajaknya.
***
Aku melihat Aska menungguku di depan tempatku bekerja. Tidak ada pilihan lain, aku keluar lewat pintu belakang agar tidak bertemu Aska. Ponselku terus saja berdering. Aku yang sedang berjalan menuju kosan Dwi tidak tega membiarkan Aska berdiri menungguku. Akhinrya aku menjawab panggilannya.
"Halo," jawabku
"Kamu di mana? Kenapa belum keluar juga? " tanyanya.
"Aku di kossan Dwi."
"Kapan kamu ke sana? Aku udah dari tadi di tempat kerja kamu!"
"Pokoknya aku ke kossan Dwi. Kamu pulang aja. Aku nggak bohong!"
"Kenapa nggak samperin aku dulu?"
"Nggak perlu. Kamu pulang aja, aku nginep di kosan Dwi. Kalau nggak percaya telepon aja Dwi."
"Kamu ngehindar dari aku? Cuma gara-gara Arip tadi?" tanyanya.
"Nggak Aska." Aku berbohong.
"Dimana kossan Dwi ? Biar aku ke sana."
"Aku nginap Aska !" tegasku
"Aku cuma mastikan kamu di sana beneran atau nggak."
Aku pun menyebutkan alamat kossan Dwi.
Aku mengetuk pintu kossan Dwi, aku harap dia belum tidur. Dwi membuka pintunya dengan mata sedikit merah.
"Sorry, gue ganggu," kekehku.
"Nggak kok, masuk yuk," ajaknya.
Akupun masuk. Baru sebentar aku duduk, Aska sudah menelponku.
"Aku di luar," ucapnya.
"Iya tunggu sebentar, " jawabku lalu menutup panggilan Aska.
"Siapa Pelangi ?" tanya Dwi yang tidak mengantuk lagi.