Hold On The Dead

1.3K 81 0
                                    

DRAP-DRAP-DRAP-DRAP. . . .

Terdengar derap suara langkah kaki beberapa remaja yang menggema di lorong sebuah bangunan. Mereka semua tampak memakai seragam sekolah Konoha Gakuen. Keempat remaja itu entah mengapa terlihat agak terburu-buru seperti sedang terkejar oleh sesuatu. Dan jika diperhatikan dengan seksama, ada seseorang yang terluka di antara mereka. Lebih tepatnya, tengah terluka dengan cukup parah.

Ya, terdapat banyak luka di sekujur tangan dan bahu kirinya. Wajahnya pucat akibat begitu banyak darah yang terus mengucur keluar melalui luka-luka yang ia derita. Seragam yang tadinya putih bersih, kini berubah warna menjadi merah karena terkotori oleh noda darah yang masih basah. Walau telah dipapah oleh siswi berambut merah jambu sebahu di sebelahnya, tetap saja sangat susah baginya untuk melangkah.

Tidak lama berselang, gadis yang tengah terluka berambut merah tadi jatuh dengan tak sadarkan diri. Membuat siswi berambut Soft Pink yang sedang memapah gadis tersebut sontak terkejut dan memperlihatkan raut khawatir.

"Kariiinn...!" Pekiknya dengan suara yang cukup keras.

Mendengar siswi yang bernama Haruno Sakura itu berteriak, 2 siswa yang berada di dekat Sakura langsung menghentikan langkah kaki mereka.

Sakura mencoba mengembalikan kesadaran Karin dengan menepuk-nepuk pelan pipi putihnya dengan sesekali memanggil-manggil nama sang pemilik tubuh tersebut. Namun sayang, usahanya tak kunjung berhasil.

Melihat pemandangan yang ada di hadapannya saat ini, membuat pemuda berambut raven berwarna hitam kebiruan mengulurkan satu tangannya untuk memegang pundak Sakura.

"Sudahlah, Sakura..." Kata pemuda itu dengan ekspresi wajah yang cukup datar.

"Tapi... Tapi Sasuke-kun, kita tidak bisa meninggalkan Karin begitu saja disini-"

Kalimat gadis bernama lengkap Haruno Sakura itu terhenti karena kini seorang pemuda berambut kuning tiba-tiba bersuara tepat di samping gendang telinganya.

"Nadinya berhenti berdenyut... Kita tak bisa melakukan apa pun untuknya sekarang." Gumam Naruto sembari memejamkan kedua mata indah biru miliknya.

Tangan kanannya terlihat memegang leher gadis yang bernama Karin itu. Kata-kata yang keluar dari mulut pemuda berambut kuning rancung di sampingnya sungguh membuat hati Sakura bagai tertusuk oleh sebuah jarum tajam. Membuat sepasang iris hijau matanya kini berkaca-kaca karena mengetahui bahwa ia tak bisa menolong nyawa sahabat baiknya. Sekejam ini kah dunia baru mereka?. Siapa yang tahu..

"Apa yang dikatakan Naruto benar, kita tidak bisa melakukan apapun untuk menolongnya."

Pemuda berambut raven yang bernama Uchiha Sasuke, juga berusaha meyakinkan Sakura. Di saat-saat terdesak seperti ini memang dia harus secepatnya melakukan sesuatu agar mereka tidak banyak membuang-buang waktu dengan percuma. Karena di setiap detik yang bergulir, bahaya semakin mendekati mereka.

Pemuda berparas tampan itu berusaha membaca situasi yang sebenarnya tidak sedang berpihak kepada mereka. Ia tahu jika perkataan Naruto itu benar. Walau Karin adalah sepupu dari Naruto sendiri, namun pemuda berambut kuning tersebut tetap bersikap realistis dengan keadaan yang tengah mereka alami saat ini.

Untuk sekarang, mereka tidak bisa berbuat banyak. Karena situasi yang berkata seperti itu, mau tak mau Sakura harus setuju pada pendapat kedua pemuda di dekatnya. Dan menyadari bahwa dirinya tidak bisa berbuat apa pun untuk menolong Karin

"Kuso..."

Terdengar umpatan pelan dari Naruto.

Menatap kesal ke arah lorong koridor sekolah yang belum lama mereka lewati tadi.

Naruto tidak bisa menyembunyikan suara gemelatuk gigi yang mengatup erat. Ekspresinya sangat kentara bila ia benar-benar kesal dan bercampur dengan sensasi tegang. Mata biru langitnya saat ini sedang memandang was-was mengingat bahaya yang semakin lama semakin mendekati mereka.

"Ayo! Kita tak punya banyak waktu lagi. Kita harus segera ke ruang guru secepatnya." Naruto kembali mengingatkan rencana awal mereka yang kini hanya bertiga, untuk meminta penjelasan apa yang sebenarnya sedang terjadi kepada para guru.

Tanpa terasa genggaman di tongkat kayu yang ia pegang untuk dijadikan sebuah senjata makin mengerat. Tragedi mengerikan seperti ini memang perlu penjelasan yang lebih lanjut, begitu pikirnya. Karena ia baru saja kehilangan nyawa Karin yang tidak lain adalah sepupunya sendiri akibat kekacauan misterius yang baru saja terjadi.

Dan tidak menutup kemungkinan, bahwa ia bisa kehilangan nyawanya sendiri juga.

Sasuke yang juga melihat apa yang Naruto lihat di ujung lorong sana tampaknya membuat kedua alis matanya mengerut tajam. Raut wajahnya mengeras seketika.

'Mereka datang.' Pikirnya dalam hati.

Tak mau membuang waktu lebih lama lagi, Sasuke segera menarik pergelangan tangan Sakura untuk cepat berdiri. Sakura hanya menurut saja saat kekasihnya tersebut menggandeng tangannya, atau lebih tepatnya, sedang menyeret Sakura ke arah rute yang akan mereka lalui untuk segera sampai ke ruang para guru SMA Konoha Gakuen.

Berlari adalah pilihan yang tepat untuk memangkas waktu sesingkat mungkin agar bisa segera sampai pada tempat yang dituju. Itulah apa yang ada di dalam kepala Sasuke yang saat ini menyeret tangan Sakura untuk mengikutinya. Mereka berdua berlari terlebih dahulu dan meninggalkan sosok Naruto yang masih terdiam.

'. . . . . .'

Tidak ada kata yang bisa Naruto ungkapkan ketika melihat jasad sepupunya yang kini tergolek lemah bersimbah darah. Ia hanya diam berdiri di depan tubuh Karin yang sudah tidak lagi bernyawa.

Tidak lama setelah Sasuke dan Sakura pergi, Karin yang tergeletak di lantai dekat loker sekolah tiba-tiba bergerak secara misterius. Tangan gadis yang sudah mati ini tiba-tiba memegang salah satu kaki Naruto yang tidak begitu jauh darinya.

Naruto melihat jasad Karin yang kembali bergerak dengan ekspresi yang sama sekali tidak bisa dijelaskan.

Ada kemarahan...

Ada juga kesedihan...

Naruto hanya menatap kosong sosok Karin berusaha mendekati dirinya. Melihat jasad seorang gadis berambut merah yang kini kembali bergerak dengan suara-suara parau yang keluar dari tenggorokannya.

"Maaf... Karin." Kata pemuda itu pelan bersama dengan air mata yang menggenang di sudut pelupuk matanya.

Naruto mengangkat tongkat kayu yang sedari tadi ia genggam. Memegangnya menggunakan kedua tangannya dengan begitu erat. Mengangkatnya setinggi kepalanya sembari menatap sosok Karin yang telah berubah menjadi sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan.

BUUAAGGHH. . . .

Suara tongkat kayu yang beradu dengan kepala seseorang terdengar menggema di seluruh sudut lorong koridor sekolah.

"Maaf..."

BUUAAGGHH. . .

"Maafkan aku..."

BUAAGGHHK. . .

Naruto : Perang Dunia Zombie 4 (PDZ4)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang