The Place of Hope (9)

151 25 0
                                    

"Kalian tak apa..?"

Tanyanya kepada para penumpang yang tengah menahan rasa sakit di sekujur tubuh mereka. Terutama di bagian kepala yang sempat membentur atap saat kendaraan itu terbalik.

Naruto meraih tangan Sakura, lalu menariknya keluar. Ia juga membantu Anko, Sona dan juga Kiba yang menahan rasi sakit di sekujur tubuh mereka. Suara dobrakan terdengar di sebelah sana. Sasuke berusaha merangkak keluar dari kendaraan tersebut. Kepalanya begitu terasa pening. Lagi-lagi ia merasakan darah yang mengalir melewati mata kirinya, sehingga mau tak mau ia tak bisa membuka mata tersebut jika tidak ingin darahnya masuk kedalam mata.

 Sejenak pandangannya terasa kabur. Hanya bayang-bayang semu dari pagar kawat yang menjulang dan banyak bayangan lain yang tak begitu jelas. Lengan kanannya bertumpu pada lututnya. Untuk beberapa saat ia memilih untuk tidak berdiri terlebih dulu. Pening benar-benar berhasil menyerangnya.

"Hinata... Kau baik-baik saja?"

Kiba bertanya kepada Hinata yang masih di dalam. Kedua tangannya menarik tubuh gadis itu, membantunya keluar dari sana.

"Kurasa kita tak punya banyak waktu lagi..."

Kata Sasuke melihat pagar kawat yang terbuka itu saat pandangannya mulai membaik. Tidak hanya pagar kawat yang terlihat, tetapi juga para zombie yang berlari mendekat kearah mereka.

Naruto terburu-buru berjalan mendekati pagar yang telah terbuka tersebut. Diambilnya sebuah rantai dari pos penjaga di dekatnya, lalu mengikat kedua pagar kawat itu menjadi satu. Namun sebelum rencanya berhasil, makhluk-makhluk itu sedikit lebih cepat darinya. Dengan kesigapan yang masih tersisa, Naruto menahan satu pintu pagar dengan tubuhnya. Sedangkan pintu pagar yang di sebelah sana ia tahan menggunakan rantai yang telah terikat tadi di genggamannya.

"Cepat segera cari kapalnya!"

Teriak Naruto kepada mereka, disertai suara-suara kelaparan dari para zombie yang ganas.

"Ikuze!"

Kata Sasuke mencoba berdiri sendiri. Chouji, Kiba, Sakura dan Anko segera mengikuti kemana langkah Sasuke menapak. Tetapi langkah Kiba berhenti setelah menyadari sesuatu. Hinata tidak berada di sampingnya.

"Apa yang kau lakukan di sini?! Cepat pergi bersama yang lain!"

Seru Naruto kepada seseorang yang sedang ikut menahan pintu pagar di sebelah sana.

"Aku... Aku... Tidak banyak yang bisa kulakukan untuk membantumu selain ini, Naruto-kun!"

Jawab seorang gadis yang sedang menahan pagar kawat tinggi itu.

"Sona, bawa Hinata menjauh dari sini!"

Suruh Naruto kepada seorang gadis lain yang juga ikut membantunya menahan pagar tersebut.

"Jangan menyuruhku setelah aku terlanjur bertekad untuk terus bersama dengan orang bodoh sepertimu. Ingat itu baik-baik."

Jawab Sona dengan enteng, walau tersirat sedikit rasa kesal di hatinya.

"Tch..."

Umpat Naruto pelan karena kesal sambil berusaha keras mendorong gagar itu agar mau menutup kembali, namun di dalam lubuk hatinya, ia tersenyum senang.

Di lain tempat, Sakura dan yang lainya, termasuk Sasuke, mereka berlari kecil menyusuri dermaga kayu untuk mencari keberadaan kapal yang mereka tuju. Sambil berlari kecil, Sakura menoleh kearah belakang sana. Kearah tepat di mana Naruto sedang bersusah payah menahan pagar kawat itu.

"Naruto..."

Ucapnya pelan tanpa terasa, ia terus memperhatikannya dari kejauhan.

"Jangan membuatnya lebih lama menunggu, Sakura. Jika kau ingin membantunya, sebaiknya dimulai dari menemukan kapal kita terlebih dahulu. Lebih cepat lebig baik."

Kata Sasuke sambil terus menengok kekanan dan kekiri. Memperhatikan puluhan kapal yang bersandar di dermaga tua tersebut.




"Hinata, jangan paksakan tubuhmu!"

Ucap Kiba yang baru saja datang. Dirinya turut ikut membantu mendorong pintu pagar tepat di sebelah Hinata.

"Cukup Hinata, menjauhlah dari sini. Biar aku dan Sona yang mengurus ini."

Naruto menyuruh Hinata untuk segera pergi dari situ lagi.

"Tidak! Kita akan pergi dari sini bersama-sama! Aku tidak akan meninggalkanmu!"

Jawab Hinata dengan tegas kepada Naruto. Membuat pemuda itu terdiam untuk beberapa saat.

"Sejak kapan... Sejak kapan kau jadi keras kepala seperti ini... Hinata."

Tanya Naruto dengan nada-nada kesal sambil terus menahan pagar yang terdorong-dorong oleh makhluk-makhluk di baliknya. Mendengar pertanyaan Naruto, membuat Hinata memalingkan wajahnya dari hadapan pemuda berambut kuning itu. Lalu sebuah senyuman terangkai indah di kedua sudut bibirnya.

'Sejak kapan...? Sejak kapan... Tentu saja... Sejak dirimu membuka kedua mataku. Sejak dirimu menyelamatkanku dari keterpurukan. Sejak dirimu selalu jadi tekad semangatku. Dan sejak saat itu aku menyadari sesuatu... Sejak saat itu... Aku menyukaimu...'





"Ketemu."

Ucap Sasuke mendekat kearah satu kapal yang sedari tadi ia cari. Chouji, Anko dan Sakura mendekati Sasuke yang berhenti tepat di depan sebuah kapal yang terapung bersandar di ujung dermaga. Bukan kapal yang besar, namun juga tidak bisa di bilang kecil. Kapal usang ini, setidaknya mampu untuk membawa 9 sampai 10 orang lagi.

"Coba nyalakan mesinnya."

Kata Sasuke sambil melempar sesuatu kearah Chouji.

Sett...

Chouji menangkap sebuah kunci kecil. Lagi-lagi Sasuke menghadiahkan kunci kontak untuk yang kedua kalinya kepadanya. Chouji tidak banyak bicara dan langsung naik keatas kapal. Segera ia menuju ke bagian kendali. Setelah itu ia masukkan kunci tersebut tepat ke lubangnya. Lalu mulai memutarnya untuk menyalakan mesin kapal yang usang itu.

Yang terjadi, mesin kapal ini tidak menyala sama sekali. Chouji kembali memutar kuncinya ke huruf ON. Namun hasilnya tetap sama.

"Tidak menyala..."

Ucap Sakura sedikit kecewa melihat mesin itu sama sekali tak mau berderung. Sasuke kemudian naik keatas kapal tersebut dan mendekati Chouji, lengkap bersama senapan AW Magnum di genggaman tangan kanannya.

"Jangan berhenti. Teruslah mencoba."

Sahut Sasuke memberi sedikit dorongan kepada Chouji. Pemuda itu pun mencobanya sekali lagi. Walau tak mau menyala, ia tetap mencobanya lagi.

Lagi, lagi dan lagi. Ia terus memutar kunci itu ke penunjuk huruf ON berkali-kali.

"Kuharap mereka bertahan sedikit lama lagi..."

Kata Anko sambil menengok ke satu arah, di mana Naruto, Sona, Kiba dan Hinata sedang berjuang menahan pintu pagar besar itu.




Tangan-tangan mereka mencoba meraih tubuh Naruto dan Hinata melalui celah yang masih terbuka. Tidak ada hentinya mereka saling mendesak dan mendorong demi mendapatkan apa yang mereka mau. Mereka begitu kelaparan. Begitu anarki. Begitu ganas tak terkendali. Walau bersama Sona dan Kiba yang ikut membantu, Naruto dan Hinata masih tetap kesusahan menutup pagar tersebut. Empat anak muda, melawan puluhan... Bahkan ratusan zombie-zombie kelaparan yang hanya terpisahkan oleh dua pintu pagar kawat yang tinggi menjulang.

'Jika sampai pagar ini terbuka, habislah sudah!'

Naruto : Perang Dunia Zombie 4 (PDZ4)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang