"Lalu, apa yang harus kulakukan?" Pria berjas hitam kembali membuka suara setelah beberapa saat tadi terdiam.
"Suruh Orocimaru membuat Anti-Virusnya. Kali ini kau harus berhasil membujuk profesor gila itu." Suara baritone terdengar dari seorang yang sedang duduk disana. Menjawab pertanyaan yang pria tadi ajukan kepadanya. Pria tersebut pun selalu memasang ekspresi datar, seolah itu sudah menjadi jati dirinya.
"Jika Orochimaru, kurasa aku mampu. Tapi-"
"Biarkan saja orang itu. Kita tidak membutuhkannya lagi." Seseorang disana memotong kalimat yang akan diucapkan oleh pria berjas hitam tadi, seolah tau apa yang akan pria itu maksud.
"Apakah aku harus membunuhnya?" Tanyanya kembali dengan nada yang sama datarnya dengan raut wajah pria itu. Sejenak seseorang disana terdiam sebelum menjawab lagi pertanyaan yang diajukan oleh pria itu.
"Meski kau bunuhpun, kita tak akan mendapatkan serumnya."
"Tapi jika kita biarkan-"
"Tenang saja... Karena prioritasnya saat ini adalah..."
Bis melaju pelan tidak seperti tadi, dan kelihatannya mereka telah melewati kawanan makhluk-makhluk yang sempat mereka tabraki. Semua yang ada disana kebanyakan sedang makan sesuatu yang bisa dimakan untuk memulihkan stamina setelah sempat tegang beberapa saat lalu. Sakura dan Sona terlihat memakan keripik kentang yang sempat Naruto bawa dari toko didekat pom bensin tadi. Begitu juga Kiba yang sibuk menyuapi Hinata sekaleng sup buah instan. Akan tetapi Sasuke dan Naruto sama sekali tidak menyentuh satupun makanan yang ada didalam katung plastik. Sasuke memang telah makan sekaleng sup buah tadi, justru Naruto lah yang belum makan sama sekali sedari tadi. Pikirannya masih sibuk dengan apa saja yang bisa terjadi nanti saat mereka telah tiba ditempat tujuan mereka, yaitu pusat kantor polisi Konoha.
"Eh? Heii.. Naruto, kenapa kau tidak makan?" Tanya Sakura yang menengok kearah Naruto dan itu secara otomatis membuat semua mata tertuju kepada pemuda berambut kuning yang duduk disebelah Anko-sensei.
"...Aku.. Tidak bisa makan disaat seperti ini..." jawab Naruto muram menatap selembar kertas kecil yang sedari tadi ada ditangan kanannya.
"Kebetulan sekali.. Biar aku saja yang memakan bagianmu, Naruto." Sahut Chouji sambil tersenyum sumringah.
"Kau ini. Bisakah kau diet?! Itu akan membantumu berlari lebih cepat saat dikejar makhlul-makhluk itu." Ujar Sakura sambil memberi deathglare kearah Chouji yang hanya tertawa tidak jelas sambil menggaruk belakang kepalanya. Sakura tidak habis pikir disaat seperti ini si gendut itu hanya makanan saja yang ada didalam pikirannya. Sona pun ikut sweatdrop sambil memijit keningnya melihat tingkah teman sekelasnya.
"Ah.. Jika kau mau, makan saja Chouji." Sanggah Naruto dengan berusaha tersenyum sebisanya. Sasuke, Anko, Sakura serta Sona bingung dengan Naruto yang seakan tidak ingin makan makanan yang telah dibawanya dengan susah payah tadi.
"Naruto, kenapa?" Sakura kembali bertanya pada pemuda kuning yang kembali menatap tongkat pemukul yang ada ditangan kirinya.
"Seperti yang kubilang tadi, Sakura... Aku... Aku tidak bisa makan disaat seperti ini.. Aku masih memikirkan siapa yang telah memberikan kita secarik harapan ini. Juga... Diluar sana, yang masih selamat... Aku tidak bisa menbayangkan mereka telah makan atau tidak. Pasti banyak yang sedang kelaparan saat ini."
Naruto menjelaskan betapa kacau pikirannya saat ini. Otaknya dipenuhi oleh berbagai macam pertanyaan yang entah siapa yang akan bisa menjawabnya. Tidak bisa dipungkiri, pastilah sedikit korban dari insiden kematian ini yang masih selamat. Dapatkah mereka semua yang selamat diluar sana bisa makan seperti anggota timnya saat ini?. Sungguh Naruto merasa tidak pantas untuk makan dengan santai dan tenang didalam bis sedangkan mereka kelaparan disertai rasa cemas, takut dan keputus asaan yang luar biasa disana.
Akan tetapi setelah mendengar alasan yang Naruto ucapkan tadi, Sakura dan Sona tiba-tiba menghentikan acara makan mereka sekejap. Mereka berdua seakan bisa mengerti dan merasakan apa yang saat ini dirasakan Naruto. Tidak lama setelah itu, yang terdengat hanyalah deru mesin minibus yang sedang berjalan. Tidak ada gemerisik bungkus kripik yang terdengar, ya... Sakura dan Sona sama sekali tidak melanjutkan acara makan mereka. Justru heninglah yang terasa diruang bis ini, dengan mata yang terpejam mereka berdua meresapi apa yang telah Naruto katakan tadi.
"Berhenti, Kiba." Lirih Hinata ketika pemuda spike disampingnya akan menyuapi lagi sesendok sup buah dari dalam kaleng. Hinata pun juga bisa merasakan apa yang Naruto rasakan, bahkan ia sempat merasa sedih pada dirinya sendiri yang sudah makan beberapa suap makanan yang telah susah payah Naruto bawa untuk mereka. Akan tetapi sedari tadi Naruto belum juga makan sesuatu dari hasil jerih payahnya, bahkan menyentuh bungkusnya pun belum. Hinata sungguh kesal pada dirinya sendiri, dan sempat ada sesal yang menyelimuti hatinya.
"..."
Naruto terkejut melihat suasana yang hening didalam bis saat ini. Pengelihatannya mengedar melihat betapa terpukulnya mereka yang telah atau sempat makan makanan yang ada. Mereka semua duduk dalam diam selama sisa perjalanan menuju kemarkas pusat. Naruto merasa tidak enak sendiri karena telah membuat mereka tiba-tiba berhenti memakan makanan mereka.
"Aah... Minna... Aku sungguh tidak apa. Makanlah sebelum sampai kesana agar kalian siap dengan apa yang akan terjadi." Ucap Naruto dengan tertawa garing sambil menggaruk belalang kepalanya yang tidak gatal, mencoba mengembalikan mood mereka agar segera makan kembali.
"Apa aku pantas memakan makanan yang telah Naruto-kun bawa dengan susah payah, sedangkan Naruto-kun tidak menyentuhnya sama sekali..." Kata Hinata yang hampir menangis karena rasa sesal yang muncul dari lubuk hatinya.
"..."
"...Jika salah satu dari kita tidak makan, maka seharusnya kita semua melakukannya kan?" Kiba memasukkan sendok yang akan ia suapkan kepada Hinata kembali kedalam kaleng yang digenggamnya.
"Apa yang kau katakan benar Naruto. Pasti banyak disana yang masih kelaparan."
"Kami bahkan sama sekali tidak memikirkan hal tersebut. Kami sadar bahwa kami salah Namikaze-kun." Ujar Sakura dan Sona beriringan dengan meremas ujung rok berwarna hijau mereka. Dan itu justru membuat Naruto semakin terkejut dan panik mendengar jawaban dari mereka semua. Ya, ini semua pasti karena kata-katanya tadi.
"A-ah minna... Baiklah... Aku juga akan makan." Naruto ingin meletakkan kedua benda yang dipegangnya saat ini. Namun tiba-tiba suara kaleng terbuka terdengar digendang telinga Naruto, dan sesaat ia sadar bahwa Anko-sensei yang juga sedari tadi belum makan tiba-tiba menyodorkan sendok plastik berwarna putih kepada Naruto. Ya... Anko terlihat akan menyuapi Naruto. Akan tetapi pemuda disampingnya itu hanya terbengong seakan-akan masih ada keraguan direlung hatinya.
"Dengar Namikaze-kun... Kaulah yang telah menuntun kami semua sampai ketitik ini. Mungkin jika masih ada yang selamat diluar sana, seperti apa katamu, mungkin mereka sedang dilanda kelaparan saat ini. Namun itulah garis takdir yang memisahkan atara kita dengan mereka, jadi..."Anko-sensei mencoba menenangkan kegundahan yang ada didalam relung hati Naruto hingga membuat pemuda itu tampak diam nendengarkan penjelasan dari Anko.
"...Kita harus tetap bertahan hidup dan harus tetap mampu berdiri diatas kepala-kepala makhluk itu... Hidup untuk mengulurkan lengan kita untuk menggapai tangan mereka. Kitalah... Yang harus menyelamatkan mereka. Maka dari itu.. Makanlah untuk hari ini Namikaze-kun. Karna mungkin suatu hari nanti, kau harus siap."
" .."
KAMU SEDANG MEMBACA
Naruto : Perang Dunia Zombie 4 (PDZ4)
Fanfiction[END] Tamat 19 Agustus 2021. Cerita dari November 2020. Ketika terjadi sebuah insiden mengerikan di sekolah yang mampu membunuhmu tanpa belas kasihan, apa yang akan kau lakukan? Lari untuk bertahan hidup, atau mati menjadi mayat hidup! Bersama sisa...