"Kiba... apa yang kau lakukan?." Tanya Hinata kepada Kiba yang mulai menurunkan satu per satu tumpukan kursi yang tersusun di depan pintu dengan sangat pelan dan hati-hati.
"Tentu saja... untuk bersiap keluar dari sini, Hinata-chan." Jawab Kiba yang sejenak memalingkan wajahnya kearah Hinata dengan ekspresi senang. Hinata yang mendengar jawaban Kiba barusan langsung tahu apa yang pemuda itu rencanakan, karena Hinata memang bukan seorang yang baka seperti Naruto.
"Hmm... souka.." Balasnya Hinata.
Dengan sangat hati-hati Kiba memindahkan semua perabotan yang sedari tadi menahan pintu agar pintu gudang tersebut tidak bisa didobrak oleh makhluk-makhluk di luar. Saat telah selesai semuanya, Kiba segera menghampiri Hinata dan bertanya padanya.
"Na... Hinata-chan, apa rencanamu saat kita telah keluar dari sini?." Tanya Kiba lembut kepada gadis berponi di depannya. Namun bukannya menjawab, gadis itu kembali murung dan membuat Kiba kembali bingung.
Sebuah bis sekolah melaju dengan kecepatan sedang, membelah jalanan sepi Konoha. Dan kadang sesekali menabrak seseorang yang berada di tengah jalan. Bis itu seperti tak segan menabrak siapa saja yang menghalangi jalannya. Di dalam ruang penumpang, terlihat ada beberapa anak muda yang tengah duduk diam di kursi merenung dengan pikiran masing-masing. Walau sangat kentara bila mereka saat ini sangat lelah terlihat dari wajah mereka, namun tidak ada salah satu pun dari mereka yang terlelap. Mereka tidak bisa tidur dengan tenang karena mereka saat ini sedang memikirkan seseorang, ya... seseorang dengan rambut kuningnya yang telah memimpin mereka hingga bisa di dalam minibus ini dan keluar dari sekolah kematian itu. Mereka masih memikirkan Naruto, dan banyak sekali pertanyaan yang ada di dalam kepala mereka tentang pilihan yang dibuat oleh bocah kuning itu.
Di kursi sebelah pengemudi, duduk seorang pemuda berambut raven yang sedang menggenggam erat ponselnya. beberapa kali di liriknya sekilas layar ponsel yang menyala. Saat jam di layar ponsel menunjukkan pukul 10:46pm, langsung dia memberikan perintah kepada pemuda yang sedang menyetir bis ini.
"Putar balik dan kembali ke jalan yang kita lalui tadi." Katanya dengan nada dingin.
"Tapi.. ken-"
"Jangan banyak bertanya dan usahakan membawa bis ini lebih cepat dari sebelumnya. Kita akan kembali ke Konoha Gakuen." Selanya memotong kalimat sang penyupir minibus yang tak lain adalah Chouji.
Beberapa penumpang di belakang terkejut dengan arahan mendadak dari pemuda berambut raven di depan. Mereka memasang wajah bingung sekaligus penasaran, namun mereka memilih untuk diam kerena pikiran mereka sedang kalut saat ini. Terlebih lagi dengan gadis berambut merah muda yang duduk di baris kursi kedua dari kursi pengemudi. bis pun berhenti sejenak dan mulai membanting stir untuk putar balik kearah jalan yang barusan mereka lalui tadi.
Kiba mengulangi pertanyaannya kembali pada Hinata karena gadis ini lama terdiam tak memberikan jawaban sama sekali.
"Hinata-chan.. apa yang akan-"
"Aku akan mencari ayahku..." Sahutnya cepat dengan suara pelan.
"...Souka." Ujar kiba singkat.
"Tapi... dengan keadaanku yang seperti sekarang... sepertinya mustahil."
"Jangan bicara seperti itu, Hinata-"
"Kursi rodaku tertinggal di dalam kelas. Mana mungkin aku akan bisa berge-."
"Aku akan membantumu, Hinata-chan. Aku akan selalu membantumu... sampai kapanpun itu." Ujar Kiba cepat memotong kata-kata yang akan keluar dari mulut Hinata. Mendengar kalimat dari Kiba barusan membuat Hinata mendongakkan wajah cantiknya kearah Kiba. Mencoba mencari tahu kepastian dari kalimat tersebut.
"Aku akan selalu ada di sampingmu... Karna aku-"
Braakk..!
Kalimat Kiba terhenti saat pintu ruangan itu terbuka secara tiba-tiba, membuat Kiba dan Hinata terlonjak kaget. Sedetik kemudian mata mereka melebar seketika saat tahu yang membuka pintu itu berlari cepat menghampiri mereka seakan-akan ingin menerkam kedua remaja tersebut.
Seett..
Sosok itu melemparkan sesuatu kearah Kiba dan, berhasil dia tangkap dengan susah payah. Sosok itu kemudia berlari mendekati Hinata dan mulai... menggendongnya. Ya, menggendongnya ala bridal style
"Na-Naruto...-kun." Pekik kecil Hinata saat ia tahu siapa yang menggendongnya.
"Ayo cepat, Kiba. Kita tak punya banyak waktu." Ucapnya dengan ekspresi serius kepada Kiba yang masih diam mematung memangku kursi roda yang terlipat. Naruto pun segera berlari keluar dari gudang sambil menggendong Hinata, disusul oleh Kiba yang telah sadar dari keterkejutannya. Mereka berlari cepat menghindari makhluk-makhluk yang masih tersisa. Terus dan terus berlari menuju pintu gerbang parkiran sekolah yang masih terbuka.
"Kiba, tutup gerbangnya dengan ini..!" Perintah Naruto pada Kiba dan melemparkan tongkat pemukul yang sedari tadi ia genggam kearah Kiba. Melihat tongkat yang melayang kepadanya, segera ia tangkap dan menuju kearah gerbang parkiran sekolah. Dengan cepat ia tutup kedua pintu besi itu dan menguncinya menggunakan tongkat yang diselipkan di tengah-tengah. Setelahnya Kiba kembali mundur kesamping Naruto.
"Lalu apa yang akan kita lakukan, Naruto?" Tanyanya pada pemuda kuning itu.
"Diam dan menunggu." Jawabnya singkat, membuat alis Kiba menaut. Dia bilang mereka hanya perlu diam dan menunggu? Ini gila!. sebenarnya menunggu apa?!. Lagi pula para mayat hidup yang berkeliaran di jalanan semakin mendekati mereka.
"Apa maksudmu, Naruto?!." Tanya Kiba sedikit membentak. Hinata juga bingung dengan apa yang dikatakan oleh Naruto. Namun ia memilih percaya kepada pemuda kuning yang saat ini sedang menggendongnya.
"Diam dan tunggu saja." Naruto menjawab singkat lagi dengan nada yang dingin hingga membuat Kiba emosi. Tangannya terkepal erat karena kesal pada jawaban sahabatnya itu. Makhluk-makhluk itu semakin dekat dengan mereka, sedangkan saat ini mereka tak punya apapun untuk melawan. Sungguh membuat Kiba sangat panik, berbeda dengan Hinata yang telah mempercayakan seluruh nasibnya kepada sang pemuda yang pertama kali mengakuinya dan mau berteman dengan gadis lumpuh sepertinya. Hingga tanpa disadari sebuah minibus melaju kencang dan berhenti di depan mereka bertiga. Sorot lampu bis itu menyorot mata Kiba hingga membuat lengannya menjadi penghalang cahaya tersebut.
"Ayo.. Kiba!" Teriak Naruto yang terlihat akan naik bis itu. Kiba yang mendengar perintah dari Naruto pun menurut dan segera berlari masuk ke dalam bis. Saat pintu bis itu telah tertutup rapat, sang supir menginjak pedal gas dalam-dalam hingga membuat bis tersebut melaju kencang menabrak semua makhluk jelek yang menghalangi jalan, membelah jalanan Konoha yang tersinari oleh cahaya rembulan malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Naruto : Perang Dunia Zombie 4 (PDZ4)
Fanfic[END] Tamat 19 Agustus 2021. Cerita dari November 2020. Ketika terjadi sebuah insiden mengerikan di sekolah yang mampu membunuhmu tanpa belas kasihan, apa yang akan kau lakukan? Lari untuk bertahan hidup, atau mati menjadi mayat hidup! Bersama sisa...