Drrrrtt-Drrrrrrrttt...
Bunyi tembakan tak kunjung reda. Dengan titik sinar laser yang terpasang di senjatanya, Hashirama terus membidik dan menembak ke arah kepala jasad-jasad para pengungsi yang telah bangkit menjadi zombie.
"Ino, bersihkan sisi kanan!."
"Dimengerti.."
Jawab gadis pirang itu membalas perintah Hashirama. Ia mulai berbalik ke belakang, ke arah yang ketuanya tunjuk. Begitu cekatan pergerakan manik biru Aquamarine miliknya membidik zombie yang berada di sisi kanan Hashirama di balik Scope Dragunovnya.
Saat sedang sibuk menembak zombie-zombie yang akan menyerang Hashirama, dari sisi kiri Ino, berdiri seorang pekerja kantoran yang secara tidak sengaja melihat dirinya.
"Hwaarrh.."
Mayat hidup itu berlari dan menyergap ke arah Ino tanpa aba-aba. Namun tanpa disadari, telah tertodong sebuah HK-P7 buatan Jerman di dalam mulutnya. Ino tersenyum licik dan mengedipkan sebelah matanya genit ke arah zombie itu.
JDeerr...
Ino menarik pelatuk pistol pendek yang bertumpu pada lengan kirinya yang masih stand memegang Dragunov. Zombie itu ambruk dengan kepala berlubang bersama darah hitam yang menciprat setelah ujung proyektil timah panas tersebut menembus otaknya.
Dua Granat dilemparkan santai oleh dua personel di depan Hashirama. Yang satu jatuh tepat 4 meter di depan pintu, sedangkan yang satu lagi menggelinding jatuh ke tangga bawah. Tepat seperti yang telah direncanakan. Menggunakan ledakan kuat untuk menyapu musuh adalah cara terbaik menghemat amunisi.
Booomm!
Granat meledak, melemparkan banyak zombie di dekatnya dengan kasar. Tiga personel langsung bergerak cepat ke arah pintu atap dan segera menutupnya rapat. Yang lain memamfaatkan waktu untuk mematahkan leher mayat-mayat hidup di lantai yang telah terhempas sebelumnya. Hashirama menurunkan Sub-Machine gun P90 miliknya lalu menekan tombol kecil dari earphone di telinganya.
"Operation... Start!"
Deru nafas tak karuan kembali Naruto alami setelah sebelumnya telah lari marathon bersama Anko-sensei. Namun, rasanya ini jauh lebih parah!. Hidup dan matinya saat ini hanya ditentukan oleh keberuntungan yang tidak diketahui akan kapan munculnya. Ia terus berlari tanpa henti di gang yang tiba-tiba menyempit. Dengan lebar gang yang hanya mencapai 1 setengah meter, tentu merupakan kesempatan bagus bagi Naruto untuk memperlebar jaraknya. Walau masih bisa berlari mengejar Naruto, makhluk itu agak kepayahan bergerak di jalur-jalur sempit. Berulang kali tubuh besarnya itu bertabrakan dengan dinding bata kasar di kanan-kirinya.
Namun, keberuntungan Naruto hanya bertahan sesaat. Gang sempit itu melebar kembali dan Naruto berhasil melewatinya dengan mudah, tapi belum lolos dari kejaran makhluk ganas di belakangnya.
'Gawatt..! Apa dia akan terus mengejarku?!'
Pekik Naruto dalam hati. Ia sempat melihat satu tikungan menuju ke arah kiri. Namun, di bawah sinar rembulan, lagi-lagi Naruto di kejutkan oleh bayangan tepat di atasnya. Mengindikasikan bahwa bayangan tersebut milik makhluk itu. Jantung Naruto terpacu seketika. Bersinkron dengan denyut nadinya yang memukul syaraf-syaraf di otak kirinya untuk memberi sebuah sinyal yang mengharuskannya melompat saat itu juga.
Matric's Mode - On
Segenap kekuatan otot tumit kaki kirinya ia kerahkan untuk meloncat dan berbalik di tengah-tengah udara. Sudut matanya dapat dengan jelas melihat makhluk itu setelah tubuh Naruto hampir setengah berbalik menghadap ke arah makhluk yang akan menerkamnya. Tangan kanan bercakar tajam makhluk itu akan segera tersabet tepat ke arah kepala Naruto. Begitu juga tangan kanan Naruto yang masih memegang tongkat pemukul miliknya. Memamfaatkan kecepatan yang tercipta dari laju larinya tadi, menjadi penambah momen puntir tubuh dan otot lengan kanannya untuk berputar ke arah makhluk itu dan akan menggebrak keras tepat di kepalanya. Raut wajah Naruto benar-benar mengeras. Kedua matanya melebar memandang tajam penuh emosional ke arah makhluk yang akan juga menyerangnya. Sama-sama menyerang menggunakan tangan kanan, segalanya seperti dipertaruhkan di detik ini.
"Brengseeeekk...!"
Bruaaakk!
Matric's Mode - End
.
"Haahh... Haahhh.. Hahhh..."
Sebuah tangan bersandar di sebuah balkon rumah bertingkat dua. Nafasnya begitu memburu hingga membuatnya sampai membungkuk menghirup udara sebanyak mungkin. Sempat terlintas di pikirannya, setelah berlarian seperti itu, entah apa bisa ia kembali berlari lagi. Ia sedikit tersenyum di balik deru nafas dan keringat yang menetes.
"Hebat..."
Gumamnya kecil masih dengan senyum licik yang aneh. Setelah dirasa cukup mengambil nafas yang sempat hampir terputus, ia kemudian meloncat ke box besar penampungan sampah di bawah sebelum akhirnya meloncat kecil untuk turun dari box tersebut.
Ia berjalan pelan, menghampiri sebuah suara deruan nafas yang tidak kalah memburu dibandingkan dengannya tadi. Ia melihat takjub ke arah seorang pemuda berambut kuning rancung yang tergeletak di tanah. Kedua tangan pemuda itu terentang lebar, agar bisa menghirup lebih banyak udara bebas.
Manik sebiru Sapphire itu mulai terbuka lemas, melihat tongkat pemukul yang patah. Hanya menyisakan gagangnya saja di genggaman tangannya. Detik berikutnya, manik biru itu melirik ke arah lain. Lebih tepatnya, ke arah seorang yang asing berambut hitam panjang lengkap dengan sebuah pistol di tangan kanannya. Ada satu senyum yang menurutnya ditujukan untuk dirinya. Orang itu mengulurkan tangan kiri ke arahnya. Mau tak mau Naruto menerima uluran itu. Satu hal yang terlintas di benak Naruto. Orang itu pasti orang yang menyuruhnya untuk segera lari tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Naruto : Perang Dunia Zombie 4 (PDZ4)
Fanfiction[END] Tamat 19 Agustus 2021. Cerita dari November 2020. Ketika terjadi sebuah insiden mengerikan di sekolah yang mampu membunuhmu tanpa belas kasihan, apa yang akan kau lakukan? Lari untuk bertahan hidup, atau mati menjadi mayat hidup! Bersama sisa...