"A-Apa.. ini.." gumamnya dengan suara bergetar.
"Hm..? Ada apa Naruto?" Sakura bertanya pada sahabat kuningnya tersebut. Saat melihat gelagat aneh dari Naruto, Sakura memutuskan untuk menghentikan aktivitasnya dan menghampiri pemuda bersurai kuning itu. Tampaknya Sasuke juga menghampiri Naruto sama seperti Sakura.
"..?!"
Mereka terkejut saat berada di samping Naruto. Melihat apa yang Naruto lihat sedari tadi membuat mata mereka bergetar. Dari sini, mereka bisa melihat ke arah seluruh penjuru Konoha, karena sekolah Konoha Gakuen terletak di selatan Konoha. Asap membumbung tinggi dimana-mana, jalanan porak-poranda dengan mobil yang berserakan. Tak jauh dari tempat mereka, jalanan di pinggir tempat parkir sepeda Konoha Gakuen pun dipenuhi dengan mayat-mayat berjalan. Kota yang mereka tempati saat ini... telah menjadi kota mati.
"I-ini tidak mungkin... ini tidak mungkin terjadi.." Gumam Sakura sambil menutup mulut dengan kedua tangannya. Ia masih belum mau mempercayai apa yang ia lihat.
"Konoha... hancur." Kata Sasuke singkat dengan apa yang dilihatnya sejauh mata memandang.
Tak lama setelah keterkejutan mereka bertiga, kini tidak terdengar lagi suara-suara dobrakan dari luar dan malah tergantikan oleh suara seseorang yang mereka kenal sejak bersekolah disini.
"Sitri-san, Akimici-san, tetaplah di belakangku!."
"Ha'i sensei."
Naruto, Sakura dan Sasuke sadar bahwa suara itu berasal dari luar dan tak jauh dari ruangan mereka. Dan pemilik suara itu adalah...
"Anko-sensei..!" Pekik mereka bertiga secara bersamaan.
Sabetan demi sabetan mengenai telak ke kepala para makhluk itu yang mencoba mendekat kearah Anko dan 2 remaja di belakangnya. Lagi-lagi tempat itu dipenuhi dengan cipratan darah yang keluar dari kepala mereka. Sona dan Chouji hanya bisa menatap kagum akan kelincahan serta kecepatan dari Anko-sensei yang berada di depan mereka. Terlebih lagi bagi Chouji yang sedang memandang pergerakan indah Anko-sensei dengan sangat bergairah. Tak henti-hentinya pemuda tambun itu nosebleed saat pandangan wajah mesumnya terpaku pada oppai sang guru yang proporsional, terbanting-banting naik-turun di balik jas dan kemeja yang ia kenakan.
Sona yang melihat pemuda di sampingnya dengan wajah mesum hanya sweatdrop sambil menyiapkan sebuah sepatu untuk menyadarkan otak mesumnya.
Duagh..
Gambar sol sepatu mengecap jelas melintas di tengah wajah Chouji.
"Saat seperti ini.. kau benar-benar baka." Geramnya saat memakai sepatunya kembali. yang di tampar menggunakan sepatu tadi hanya tersenyum tak jelas dengan wajah yang sudah tidak karuan.
"Mereka pasti tahu kita ada disini, kita harus segera membantu mereka!." Ucap Naruto dengan wajah serius.
"Itulah yang aku pikirkan sedari tadi." Sasuke menyahuti Naruto dengan wajah yang tak bisa dibilang stoic lagi sekarang.
"Aku ingat! Para guru menyimpan beberapa perlengkapan olahraga di lemari. Mungkin ada sesuatu yang bisa kalian gunakan." Sakura juga menyahuti yang lain dengan cepat, berharap mereka berdua bisa segera melakukan sesuatu untuk membantu Anko-sensei.
Tak butuh waktu lama bagi Naruto untuk segera mengobrak-abrik lemari besi berwarna biru di pojokan. Tak lama berselang ia lemparkan sesautu kearah Sasuke. Dengan cekatan Sasuke menangkap benda yang dilemparkan bocah kuning tadi.
"Kita pakai ini.. ayo, Sasuke." Memegang erat sebuah pemukul kasti yang juga ia berikan pada Sasuke tadi, Naruto segera meninggalkan lemari yang masih terbuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Naruto : Perang Dunia Zombie 4 (PDZ4)
Fanfiction[END] Tamat 19 Agustus 2021. Cerita dari November 2020. Ketika terjadi sebuah insiden mengerikan di sekolah yang mampu membunuhmu tanpa belas kasihan, apa yang akan kau lakukan? Lari untuk bertahan hidup, atau mati menjadi mayat hidup! Bersama sisa...