Suara beberapa helikopter evakuasi militer membisingkan telinga bagi siapa saja yang ada di dekatnya. Dua baling-baling yang berputar cepat disetiap helikopter yang ada di sana seakan saling berderu dengan satu sama lain. Dengingan keras suara mesin mengiringi hembusan angin malam yang tak beraturan di tengah-tengah gelap kota Konoha. Atap sebuah bangunan besar bertingkat dua lantai yang menjadi alas ketiga helikopter tersebut. Tidak di bawah tidak juga di atas, hampir keseluruhan sudut bangunan ini ramai ricuh tak beraturan. Terdengar dari bawah bangunan yang penuh dengan suara tembakan menggema di gelapnya malam hari ini. Sekumpulan polisi bersenjata yang seperti mengitari area pintu masuk bangunan ini membidikkan laras revolver mereka kearah para zombie yang mencoba mendobrak blokade yang telah dibuat oleh pihak kepolisian.
"Kuso... Mereka seperti tidak ada habisnya!"
"Kita hampir kehabisan amunisi!"
"Ini seperti sia-sia saja, kita sama sekali tidak bisa membersihkan area ini."
Beberapa polisi menggerutu kepada apa yang sedari tadi mereka semua tembaki. Berkali-kali pelatuk senjata mereka ditekan dengan keras. Berkali-kali ledakan bubuk mesiu bergemercik menghiasi moncong senjata mereka. Berkali-kali juga slot selongsong peluru yang telah ditembakkan kembali diisi oleh selongsong-selongsong peluru baru. Namun sama sekali tidak membuahkan hasil yang mereka semua inginkan. Sedikit dari para zombie yang telah jatuh dan tidak bangkit kembali, akan tetapi masih sangat banyak yang terus-menerus menggebrak dinding kawat untuk menjebolnya. Seakan tidak ada lelahnya para zombie disana dengan ganas mencoba meraih anggota polisi yang berdiri sepuluh kaki di depan mereka.
"Sebaiknya kita harus meninggalkan tempat ini dan menyelamatkan diri!"
"Tidak ada yang boleh pergi dari lokasi ini!"
"Tapi kapten!"
"Tidak ada kata tapi..! Kita sebagai satuan kepolisian Konoha, harus tetap mengabdikan diri demi melindungi para warga yang masih selamat dari keadaan mengerikan ini. Sampai kita hidup atau pun mati nanti, aku, Fugaku Uchiha... Memberi perintah kepada seluruh personel untuk tetap mempertahankan pintu ini." Ucap penuh kewibawaan seorang berambut sepanjang punggung. Setiap kalimat tegasnya seolah mampu membuat para bawahannya mematuhi perintah. Karena itu lah peran seorang kapten.
Lebih cocok bila dikatakan sebagai perdebatan diantara hidup dan mati, para personel kesatuan polisi dari Konoha terus menembaki mereka yang serasa semakin mendekat saja di tiap menitnya. Bunyi gemerincing pagar kawat tak juga surut walau hanya untuk sesaat. Mereka benar-benar mengganas di balik pagar blokade tersebut. Tak lama berselang setelah perdebatan singkat diantara para personel pengamanan, datang seorang berpakaian sama seperti para personel yang lain dari dalam gedung tersebut.
"Lapor Fugaku-taichou! Ketiga heli evakuasi akan segera lepas landas tidak lama lagi. Perkiraan sebanyak 65% Para pengungsi telah dievakuaikan ke-tiga heli yang tersedia. Kami menunggu perintah dari anda!"
Setelah menerima laporan dari orang yang baru saja datang tersebut, seorang polisi yang berada di tengah-tengah mereka sejenak menghentikan aktivitasnya membidik dan menarik pelatuk revolver yang ia genggam.
"Sial... Pada akhirnya, hanya sampai 65% saja yang berhasil dievakuasi."
Menggerutu pelan mengutuki keadaan yang sangat mendesak mereka, Fugaku menarik nafas dalam-dalam karena tidak ada waktu yang tersisa baginya untuk mencari seseorang.
"Segera mengudara dan tinggalkan Kota terkutuk ini..."
Kata Fugaku pelan namun jelas dan tegas.
"Siap, laksanakan!"
Balas polisi tadi memberi hormat sesaat lalu langsung kembali masuk ke dalam gedung yang menjadi markas mereka.
'Hhh... Aku seorang pemimpin di kesatuan ini. Tapi... Jika boleh aku menyatakan harap ku dengan melepas rasa malu sebagai seorang Kapten divisi 3 Kepolisian Konoha, aku sangat berharap bahwa kau sudah duduk manis di salah satu helikopter itu... Sasuke.'
Dilantai teratas bangunan ini, tepatnya diatap dimana ketiga helikopter evakuasi berada, blokade pembatas juga tertata. Bukan karena untuk mengantisipasi serangan dari para zombie, tetapi untuk mencegah para pengungsi rusuh berebut naik ke helikopter evakuasi. Mencegar agar massa tidak membludak dan mengawal pengevakuasian berjalan aman memang tugas dari tim pengamanan angkatan udara Konoha. Dengan atribut dan bersenjata lengkap para personel tentara disana berusaha menghadang para pengungsi yang berebut untuk memasuki wilayah lepas landas ketiga helikopter tersebut. Suara ribut dari para pengungsi yang ingin diselamatkan seakan tidak kalah dengan kebisingan ketiga heli yang siap mengudara tidak lama lagi. Disaat pintu pagar blokade akan ditutup oleh para tentara penjaga, dua insan berbeda warna rambut yang cukup kontras di malam hari berhasil menerobos sesaat sebelum pintu tertutup sempurna.
"O-oei..! Kalian!" Para petugas yang berjaga dibuat terkejut oleh ulah mereka berdua.
"Ayo! Cepat!" Seorang pria yang berhasil menerobos para petugas bersama seorang wanita berambut merah lembut yang digandengnya dengan erat berlari kearah salah satu helikopter besar nan panjang disana. Akan tetapi terlihat jelas disana bahwa ruang penumpang heli tersebut telah penuh oleh para pengungsi dan beberapa tentara pengawal yang ada di dalam pun langsung menutup pintu heli tersebut. Berpikir cepat dan tak membuang banyak waktu, sang pria langsung menarik tangan wanita disampingnya untuk segera berlari kearah helikopter yang lain. Akan tetapi helikopter kedua yang mereka hampiri juga telah penuh sesak oleh para pengungsi dan petugas pengawal.
"Ck.. Ayo! Kita kesana!"
Seakan tak kunjung menyerah, pria berambut kuning itu kembali mengajak wanita disampingnya untuk kembali berlari lagi kearah helikopter yang terakhir yang berada di tempat ini. Wanita berambut panjang yang menggunakan jepit sederhana di salah satu sisi rambutnya hanya bisa diam tanpa berbicara sepatah kata pun dan terus berharap dari dalam lubuk hatinya. Mereka terus berlari dengan nafas memburu penuh harap, mencoba untuk secepat mungkin tiba di helikopter evakuasi yang terakhir menjadi harapan mereka untuk menyelamatkan diri. Disaat langkah kaki mereka telah berhenti tepat di depan pintu heli, petugas yang ada disana mengusir keras mereka berdua.
"Cepatlah menyingkir dari sini! Helikopter akan segera lepas landas!"
Pandangan kedua insan ini seakan menatap tak percaya.
Dengan sisa nafas yang masih tersenggal, raut kekecewaan menghias wajah lelah mereka berdua setelah melihat kabin penumpang helikopter yang terakhir juga telah penuh sesak. Hampir terjatuh lemas karena putus asa, sang wanita menggumamkan kata 'Tidak...' di lubuk hatinya. Dirinya tak mampu mengeluarkan sepatah kata pun untuk dikatakan. Jika bukan karna genggaman tangan pria disamping yang selalu menggenggam tangan putihnya, pasti ia telah terkulai lemas dengan lutut terantuk ke lantai atap saat itu juga.
"Tu-Tunggu! Kumohon... Jangan pedulikan diriku, tapi kumohon, izinkan istriku untuk naik. Hanya istriku saja..."
"Apa kau tidak lihat?! Heli ini telah penuh!"
"Tapi-..."
"Enyahlah! Tidak mungkin kami menambah jumlah pengungsi lagi. Itu hanya akan membuat heli ini kelebihan muatan dan terjatuh!"
"Tapi kami-"
Sang pria tetap mencoba untuk memohon kepada petugas agar istrinya diperbolehkan naik ke dalam heli evakuasi. Sungguh... Ia sama sekali tidak peduli dengan nyawanya sendiri saat ini. Jika bisa melihat seorang yang sangat berharga baginya itu selamat, walau ia mati pun itu sudah cukup membuatnya bahagia. Akan tetapi saat mereka sibuk berdebat, salah satu helikopter yang tidak jauh dari mereka menambah kecepatan berputar baling-balingnya dan ketiga ban heli itu pun mulai melayang diatas permukaan dataran atap secara perlahan.
"Heeii.. Kembali! Selamatkan kami!"
"Jangan tinggalkan kami semua begitu saja di sini!"
"Kembali! Heii brengsek!"
Teriakkan para pengungsi pecah seketika melihat ketiga helikopter itu semakin jauh di udara meninggalkan mereka. Walau tidak akan membuahkan hasil apa pun, mereka semakin agresif berdesak-desakkan. Mencoba tuk menerobos beberapa pasukan yang seperti membuat garis pertahanan untuk menghentikan agresi mereka. Para petugas hampir tidak mampu lagi mengendalikan orang-orang yang makin tak terkendali. Namun beberapa saat kemudian...
"Kyaaaaa!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Naruto : Perang Dunia Zombie 4 (PDZ4)
Fanfiction[END] Tamat 19 Agustus 2021. Cerita dari November 2020. Ketika terjadi sebuah insiden mengerikan di sekolah yang mampu membunuhmu tanpa belas kasihan, apa yang akan kau lakukan? Lari untuk bertahan hidup, atau mati menjadi mayat hidup! Bersama sisa...