The Place of Hope (3)

158 30 1
                                    


Zraaasshh...

Satu tebasan kuat nan cepat dilepaskannya. Serangan tunggal mengenai telak di leher salah satu anjing-anjing tersebut. Membuat kepala menjadi terpisah dengan tubuhnya. Anko berhasil menjatuhkan satu musuh dengan mudah. Namun pertarungan tentu belum usai. Kini dua anjing sekaligus meloncat kearah Sasuke. Membuat pemuda itu mengayunkan senjata layaknya bermain baseball. Darah terciprat membasahi pangkal senjata miliknya ketika mengenai telak kepala salah satu anjing tersebut. Tetapi yang satu lagi hanya terkena dorongan tubuh anjing tadi. Kedua anjing mutasi itu terhempas kelorong samping. Tapi hanya satu yang benar-benar mati.

Anko segera memfokuskan ujung matanya ke pergerakan satu anjing yang tersisa di hadapannya. Anjing mendekat dengan cepat dan mulai menyerang. Anko bersiap untuk serangan kali ini. Ia telah memprediksi bahwa anjing itu akan melakukan loncatan untuk menyerang. Akan tetapi tebakannya salah. Tidak seperti yang lain yang melakukan serangan dengan sebuah loncatan, anjing itu tetap meluncur lurus kedepan. Membuat mata Anko melebar dan tercengan. 

Anjing itu hampir menerkam betisnya. Namun sebuah anak panah menancap tepat di tubuh samping kanannya. Panah tersebut melesak langsung menembus rusuk. Membuat serangan anjing itu tidak terfokus dan langsung jatuh terseret lantai. Anko yang sempat mati langkah tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Katana yang ia pegang terangkat keatas, sebelum akhirnya menghujam keras punggung anjing yang terjatuh tepat di antara kolong kakinya.

"Bagus.. Hinata!"

Ucap Naruto yang langsung berlari untuk membantu mereka. Hinata menurunkan busur panahnya yang tadi dalam posisi membidik setelah menembakkan satu anak panahnya untuk menyelamatkan Anko.

Nyhuutt...

Sesuatu terasa hilang. Hinata terkulai jatuh saat otot-otot kaki kanannya tiba-tiba lemas. Mati rasa adalah kata yang menggambarkan bagaimana keadaan yang ia rasakan saat ini.

'Terjadi lagi...'

Keluhnya dalam hati melihat kaki kanannya yang tidak dapat merasakan ototnya. Bahkan hingga belasan kali Hinata mengalami hal ini.

Sementara itu, salah satu anjing yang tadi berhasil Sasuke halau, kini kembali bangkit. Geraman suaranya terdengar hingga dari tempat Hinata terkulai. Sasuke membalik senjatanya kembali dalam posisi membidik. Jarinya menekan pelatuk senjata tersebut.

JDeerr!

Satu peluru yang tersisa melesat keluar dari ujung moncong laras Sniper Arctic Warfare Magnum rifflenya. Akan tetapi anjing itu hilang seketika dari pandangannya. Sasuke terkejut melihat anjing itu tidak berada di sana lagi. Manik hitamnya segera mengedar cepat melihat keseluruh sudut lorong ini. Sedetik kemudian matanya terbelalak mendapati anjing tersebut berlari di atas sebuah lemari dan langsung meloncat terjun kebawah. Terkaman yang tidak terduga membuat Sasuke kalah cepat.

'Sial...!"

Sasuke terjatuh bersamaan dengan terkaman dari anjing zombie itu. Membuat mata hijau Sakura juga melebar.

"Sasuke-kun..!"

Teriaknya kencang melihat Sasuke di lantai yang berusaha menahan cabikan gigi anjing itu menggunakan body senjatanya. Berkali-kali gigi tajamnya hampir mencabik Sasuke jika bukan karena senjata yang menahan leher anjing itu. Naruto berusaha membidik kepalanya dengan pistol di genggamannya. Tetapi menarik pelatuknya itu terasa begitu sulit melihat Sasuke yang juga berada sangat dekat dengan anjing tersebut.

Craaattss..!

Gerakan ganas anjing itu berhenti. Nafas Sasuke terdengar begitu menderu bersamaan dengan setetes darah cair yang menetes di pipi kanannya. Sebuah pecahan panjang piring kuno tertancap di atas kepala anjing yang telah mati itu.

Daarr...

Naruto menembak satu anjing yang sedang ditahan oleh Anko-sensei menggunakan pedangnya. Lalu tatapan pemuda itu beralih kearah seorang gadis yang seakan terpaku di tempat. Naruto mulai mendekatinya secara perlahan. Lalu dengan lembut ia lepaskan genggaman tangan gadis itu dari pecahan piring yang menancap di kepala anjing yang telag dibunuhnya. Naruto membalik telapak tangan gadis itu dengan perlahan, dan mengambil pecahan piring itu darinya. Darah terlihat mengucur keluar di telapak tangannya.

"Tanganmu terluka... Tunggu di sini... Aku akan mengambil kotak medis..."

Kata Naruto pelan kepada gadis itu. Pandanganya beralih kepada Sasuke yang menyingkiran mayat anjing di atas tubuhnya.

"Sasuke, di mana tempat penyimpanan kotak obat di tempat ini...?"

Tanyanya kemudian.

"Di dekat teras, di dapur, di lantai atas. Terserah kau mau mengambil yang mana."

Jawab Sasuke singkat, padat dan jelas. Setelah mendengarnya, Naruto segera berdiri dan berbalik untuk mencari peralatan medis di lokasi yang Sasuke sebut tadi. Namun langkahnya tiba-tiba terhenti, saat sebuah tangan menarik pucuk baju yang ia kenakan.

"Ini bukan masalah yang harus dibesar-besarkan. Aku tidak apa-apa. Yang terpenting kita harus segera pergi dari sini secepatnya sekarang juga."

Ucap gadis itu yang menarik baju Naruto. Sedangkan pemuda itu terdiam sejenak. Lalu berjongkok di depan gadis tersebut.

"Apa kau ingin bilang bahwa keadaan tanganmu yang tersayat ini tidak penting..?"

Tanya Naruto sedikit kesal.

"Kita memang harus segera pergi dari tempat ini. Tapi dengar... Selama masih sempat, aku tidak akan membiarkan darah anjing itu masuk kedalam lukamu. Aku tak mau terjadi sesuatu padamu, Sona."

Lanjutnya lagi tetap dengan nada kesalnya. Mendengar kata-kata Naruto membuat mata gadis itu melebar. Bahkan ini kali pertama Naruto menyebut nama depannya tanpa beban. Itu, membuat pikiran dan perasaan Sona sedikit bergejolak tanpa bisa diungkapkan dengan kata-kata. Ia bingung... Apa yang sebenarnya ia rasakan saat ini? Karena benar-benar banyak rasa yang muncul di hatinya.

"Aku menemukannya di dalam lemari dekat perapian."

Chouji menyerahkan sebuah kotak plastik berwarna putih lengkap dengan gambar tanda palang merahnya. Naruto menerimanya dan segera membuka kotak tersebut. Di ambilnya sebuah botol kecil bertuliskan Alchohol 75%. Naruto mulai membukanya, lalu menumpahkan sedikit cairan itu ketangannya. Lalu ia mulai menggosok kedua tangan yang telah terolesi oleh cairan itu. Tentu hal tersebut bertujuan agar tangannya yang juga terdapat bercak darah menjadi steril kembali.

Setelahnya, Naruto menumpahkan seluruh isi alkohol dari atas telapak tangan Sona. Satu mata Sona terpejam erat menahan perih saat pemuda itu mulai membasuh tangannya yang penuh darah itu. Naruto mengambil segulung perban putih nan bersih, lalu menggulungkannya dengan perlahan ke tangan Sona. Sambil menahan sakit di tangannya, Sona terus memperhatikan wajah serius Naruto yang kini begitu dekat dengannya.

"Kau... Seperti ahli dalam memberi pertolongan pertama."

Ucap Sona tanpa sadar karena terus menerus melihat wajah Naruto yang begitu dekat dengan wajahnya.

"Tidak... Aku hanya memperhatikan Ibuku yang sering memperban tanganku ketika sehabis tawuran antar sekolah."

Jawab Naruto tanpa mengalihkan parhatiannya untuk tetap fokus memperban tangan Sona. Hinata hanya melihat keserasian mereka berdua di samping Kiba yang sedang memapahnya.

Naruto : Perang Dunia Zombie 4 (PDZ4)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang