Naruto POV
Kami... harus bisa bertahan dari Neraka ini, apa pun caranya kami harus tetap hidup dan menjaga satu sama lain. Semua terjadi begitu saja tanpa kami ketahui sebab yang pasti dan semua ini terlalu cepat untuk diterima oleh akal sehat. Mereka semua yang telah mati akan bangkit menyerang yang hidup. Semakin lama... Semuanya semakin menyebar luas, aku tak percaya kota terbesar diantara lima kota terbesar di Jepang tersapu habis seperti ini. Apakah ini sebuah mimpi buruk? Aku anggap itu iya. Berada diantara yang mati namun tampak hidup... Apa-apaan itu? Siapa yang berani mempermainkan jiwa manusia seperti ini? Tidak pernah terbayangkan bila hanya perlu waktu sehari untuk menjadikan Konoha kota mati. Pertanyaanku saat ini adalah... Kapan semua ini akan berakhir?.
Normal POV
Naruto memperhatikan setiap lekuk wajah seorang gadis yang saat ini sedang terlelap dibahu kirinya. Dalam hati Naruto dapat bernafas lega setelah apa yang ia lalui, masih sempat ia menyelamatkan seseorang yang berarti baginya. Bukan berarti yang bagaimana, melainkan Hinata adalah seorang yang bisa dibilang hampir sama dengab Naruto di masa lalu. Sama-sama menderita disaat itu, membuat mereka harus berjuang ditengah badai keterpurukan. Tatapan mata Hinata saat pertama kali bertemu dengannya juga menunjukkan tatapan yang sama, yaitu tatapan kesepian. Percuma kau hidup ditengah kemewahan namun tak pernah ada teman yang mau bermain dan menemanimu, jangankan menemani, mangakuimu saja mereka tidak mau. Coba bayangkan apa yang kau rasakan pada saat itu... bagaimana caramu agar hatimu tetap tegar menerimanya?. Naruto telah menganggap Hinata sebagai bagian darinya, serpihan yang sempat merasakan hampanya dunia ini. Naruto tidak mau Hinata merasakannya lagi, ia benar-benar tak mau itu terulang kembali. Naruto sadar bahwa penderitaan Hinata jauh lebih berat darinya, karena Hinata terlahir dengan... sangat tidak sempurna. Mempunyai kedua kaki yang lumpuh adalah suatu beban raga maupun mental bagi Hinata, karena ia pasti tidak bisa pergi ketempat yang ia suka saat sedang bersedih secara bebas, berbeda dengan Naruto yang bisa pergi kemanapun yang ia suka disaat dirinya merasa kesepian. Ya... Naruto ingin dekat dengan Hinata untuk mengusir kesepian itu.
"Ng..." Lenguh pelan gadis yang ada didekat Naruto. Sejenak mengerjap perlahan gadis itu membuka mata indahnya untuk menatap sinar mentari yang menembus melalui kaca jendela bis, membuatnya mengerjap kembali. Namun saat ia mendongakkan wajah cantiknya sedikit keatas, dapat ia lihat wajah yang sedang memperhatikannya sambil tersenyum kecil. Walau tidak terlalu jelas karena pandangannya yang masih buram sehabis bangun dari tidur singkatnya, juga karena sosok itu agak membelakangi sinar pagi hari yang masih redup mambuatnya tidak bisa melihat jelas siapa sosok tersebut.
"...Ohayou." Kata sosok itu pelan hingga membuat mata Hinata melebar saat mendengar suaranya. Sebuah suara yang sangat familiar digendang telinganya, ditambah lagi dengan rambut rancung berdiri berwarna kuning. Hinata sangat terkejut saat menyadari siapa sosok tersebut hingga membuat Hinata langsung menegakkan tubuhnya dengan gelabakan.
"G-gomen..." Pekiknya pelan namun masih bisa didengar oleh para penghuni bis yang lain. Wajahnya sangat merah saat ia tahu bahwa sedari tadi ia telah tertidur dipundak pemuda kuning tersebut. Akan tetapi hanya kekehan kecil yang keluar dari pemuda tadi. Sedetik kemudian pemuda itu menepuk pelan ujung kepala Hinata dengan lambut hingga membuat wajah cantik Hinata semakin memerah karena perlakuan pemuda tadi.
"Tidak masalah..." Ujar Naruto pelan sambil tersenyum ramah kepada Hinata. Dengan cepat Hinata alihkan wajahnya kearah lain karena tidak mau menatap manik Sapphire itu terlalu lama. Tatapan tidak suka terlihat jelas diantara Kiba dan Sona yang melihat scene barusan yang tidak jauh dari tempat mereka duduk. Terutama Sona yang menatap tajam mereka berdua melalui ekor matanya dengan intens.
"Ehem... Sepertinya tidak jauh dari sini ada pengisian bahan bakar. Kita bisa kesana sejenak untuk mengisi bahan bakar." Sahutnya mencoba mengganggu kegiatan mereka berdua. Sedangkan Sakura yang menyadari sikap jealous Sona hanya terkikik geli. Naruto yang sempat mendengar perkataan Sona pun menyimpan kembali tangannya dari pucuk kepala Hinata sedangkan gadis itu masih asik blushing sendiri terdiam ditempat duduknya. Para perempuan yang ada diminibus ini memang telah terbangun dua menit yang lalu minus Hinata yang tadi baru saja sadar dari dunia mimpinya.
"Baiklah kalau begitu, kita berhenti sejenak saja disana sambil mencari makanan yang bisa dimakan. Cacing diperutku sudah berdemo sejak tadi..." Ujar Naruto sambil memegangi perutnya dengan memasang raut wajah yang memelas. Sakura yang menoleh kebelakang kearah Naruto hanya bisa sweatdrop.
"Yoosh kita berhenti disini dulu. Hei Naruto, cepat cari makanan disana. Dan kalau bisa carikan keripik kentang untukku." Kata Chouji dengan memamerkan cengirannya sambil menunjuk kearah sebuah toko disamping pom bensin.
"Hahhh... Kau ini. Dipikiranmu hanya ada keripik kentang saja." Ujar Sona sweatdrop menatap kearah Chouji. Sedangkan Anko hanya tertawa pelan melihat semua tingkah laku muridnya. Ya... Disaat seperti ini ia senang masih bisa tertawa ditengah hancurnya kota besar yang setiap saat bisa menimbulkan rasa cemas yang amat sangat.
"Ha'i.. Ha'i..." Sahut Naruto dengan nada malas. Pemuda kuning itu pun beranjak dari tempat duduknya dan melangkah kearah pintu bis.
"Sepertinya keadaan masih aman. Aku belum melihat mereka sejak tadi." Tukas Sasuke dengan wajah datarnya sambil melihat sekeliling melalui kaca jendela bis.
"Mungkin mereka masih menonton video hentai Sasuke versus Chouji.." Jawab Naruto sambil terkekeh kecil diikuti Anko yang juga sedikit tertawa mendengar lelucon ringan dari Naruto. Perempatan seketika muncul dikening Sasule saat telinganya dengan jelas mendengar kalimat itu. Sakura dan Sona lagi-lagi sweatdrop dengan tingkah laku bocah kuning disana minus Hinata yang terus-menerus memandang Naruto dengan raut wajah yang tidak bisa ditebak.
"Aku akan ikut denganmu, Namikaze-kun..." Ucap Anko yang tiba-tiba sudah berada disamping telinga Naruto sambil menghembuskan pelan udara kearah telinga pemuda itu.
"E-eh..?!"
Naruto terlonjak saat menyadari Anko-sensei sudah berada sangat dekat dengannya, terlebih lagi tiupan sensual yang sensei cantik itu berikan membuat bulu roma Naruto berdiri seketika.
"Baiklah... Aku dan Naruto akan mencari makanan yang bisa kita makan ditoko sana. Sedangkan Uchiha dan Inuzuka tetap disini untuk berjaga-jaga. Akimici-san, cepat matikan mesin dan segera isi bahan bakarnya." Tukas Anko dengan nada tegas disetiap kalimatnya. Seluruh siswa langsung berdiri dari kursinya minus Naruto yang telah membuka pintu bis sedari tadi. Namun disaat Naruto akan turun dari bis sebuah tangan tiba-tiba menggenggam tangannya.
"Naruto... Berhati-hatilah." Ucap Sakura memandang Naruto dengan raut wajah yang tidak bisa dijelaskan. Sakura merasa khawatir saat melihat Naruto yang sedang tidak memegang senjata apapun saat ini. Tentu wajar bila ia sangat mengkhawatirkan salah satu sahabat kecilnya yang tersisa saat ini. Ia tidak mau kejadian yang dialami Karin juga terjadi kepada Naruto. Namun sebuah cengiran diwajah Naruto sedikit mengejutkannya.
"Tenang saja... Ada Anko-sensei disampingku." Jawabnya sambil tersenyum lima jari kepada Sakura.
"Itu benar Haruno-san... dan bisakah kau melepaskan genggamanmu sekarang?"
Anko tiba-tiba muncul dari belakang Naruto sambil memegang kedua pundak pemuda itu dengan mengerlingkan sebelah matanya kepada Sakura. Mereka berdua terlonjak saat Anko tiba-tiba sudah sangat dengan mereka, terlebih lagi bagi Sakura yang langsung melepaskan pegangan tangannya dari pergelangan tangan Naruto dengan salah tingkah. Sasuke yang sedari tadi melihat itu hanya terdiam, ia tidak merasa cemburu namun justru ia juga dapat merasakan apa yang Sakura rasakan karena bagaimana pun juga Naruto juga tetaplah sahabat kecilnya.
"Se-sebaiknya ki-kita segera bergegas..." Ucap Naruto gelagapan sambil menunjuk kearah toko yang akan mereka tuju karena Naruto benar-benar bisa merasakan sesuatu yang empuk dibelakang punggungnya. Sona menggembungkan kedua pipinya karena melihat kegenitan senseinya, begitu juga dengan Hinata yang menatap Naruto dan Anko-sensei dengan tatapan kecewa.
"Na... Hinata-chan, kau tunggu saja disini oke." Ucap Kiba saat telah berada disamping Hinata. Akan tetapi Hinata sama sekali tidak menghiraukannya, atau lebih tepat tidak mendengarkan apa kata Kiba tadi. Pandangannya terkunci pada sosok pemuda berambut kuning yang berjalan semakin menjauh dari bis menuju ke toko didepan. Kiba yang merasa diacuhkan mencoba kembali memanggil Hinata yang tengah melamunkan sesuatu.
"Hei... Hinata-chan-"
"Eh?! Go-gomen... gomen Kiba, aku tidak mendengarmu tadi." Sela Hinata cepat memotong kalimat Kiba.
"...Baiklah... aku akan keluar dulu untuk berjaga." Jawab Kiba sambil menunjuk kearah pintu keluar bis dan segera berjalan meninggalkan Hinata yang kembali merenungkan sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Naruto : Perang Dunia Zombie 4 (PDZ4)
Fanfiction[END] Tamat 19 Agustus 2021. Cerita dari November 2020. Ketika terjadi sebuah insiden mengerikan di sekolah yang mampu membunuhmu tanpa belas kasihan, apa yang akan kau lakukan? Lari untuk bertahan hidup, atau mati menjadi mayat hidup! Bersama sisa...