Terus berlari tiada henti sepertinya menjadi prioritas dari anak kecil berseragam sekolah yang lusuh itu. Setiap ekor matanya melihat kebelakang, ketakutan agaknya semakin menjadi-jadi menggerus hatinya. Tidak memperdulikan jerit ketakutan dan genangan air mata di pelupuk mata anak kecil itu, empat makhluk yang sangat menyeramkan tetap mengejarnya bahkan walau dengan tertatih-tatih.
Seperti tak ada lelahnya mereka menjulur-julurkan tangan untuk menangkap anak tersebut. Keinginan yang kuat untuk menghindar dan melarikan diri dari keempat makhluk ini agaknya harus pupus setelah dirinya secara tidak sengaja terjatuh ketanah dengan keras karna kembali tersandung sesuatu. Dirinya merintih kesakitan di tengah-tengah perempatan gang sekaligus ingin menumpahkan seluruh tangisnya.
Akan tetapi matanya saakan membulat ketika ia melihat mereka semakin nendekat untuk menangkapnya. Geraman yang keluar dari makhluk-makhluk itu semakin membuatnya ketakutan setengah mati. Hanya tiga langkah lagi jarak yang memisahkan antara anak kecil itu dengan keempat zombie di depannya.
"M-Mama... Mamaaaaa..."
Buaakkh!
Zombie yang paling dekat dengan anak itu tiba-tiba terpelanting jatuh ketanah. Anak kecil itu pun dapat melihat jelas butiran-butiran darah hitam yang terciprat sebelum zombie tadi terperosok ketanah dengan sangat keras.
"Jangan ganggu anak ini, dasar keparat!"
Sesosok pemuda berambut kuning yang menggenggam erat sebuah tongkat pemukul kasti dengan kedua tangannya tiba-tiba saja telah berada di depan anak itu. Dengan satu ayunan kuat yang menghantam tepat di sisi kepala sosok pemuda itu dengan telak membuat salah satu makhluk mengerikan yang mendekat lagi kembali terpelanting ketanah, disertai cipratan darah kental yang turut ikut mengotori jalanan gang disana.
Anak kecil itu hanya terdiam melihat aksi pemuda di depannya yang dengan berani kembali melawan dua zombie yang datang menyerang. Bahkan dengan lihainya pemuda itu selalu memukul tepat di bagian kepala. Sehingga para zombie pun terkapar di tanah dan tak berkutik kembali. Pemuda yang memakai seragam sekolah SMA tersebut terlihat kelelahan. Keringat yang turun deras mengalir melalui pelipis lalu jatuh ketika sampai di bawah dagu seolah pemuda ini seperti habis berlomba marathon.
Sejenak sesudah mengambil nafas berat yang terakhir, Naruto dapat melihat jelas anak laki-laki yang baru saja ia selamatkan. Seragam sekolah yang sangat kotor nan lusuh bercampur dengan lumpur, belum lagi sobekan disana-sini membuat anak itu terlihat seperti gelandangan. Jelas masih tersirat ketakutan dari balik matanya, Naruto bisa merasakan perasaan itu dengan jelas. Namun walau begitu, tubuhnya yang sesaat tadi gemetaran, kini mulai agak tenang setelah mengetahui bahwa nyawanya telah terselamatkan.
Yah... Naruto senang karena ia berhasil menyelamatkan anak ini tepat waktu. Dengan tangan kiri yang masih memegang tongkat pemukul yang terlumuri oleh darah, Naruto mengangkat tangan kanannya kearah anak itu seolah ingin mengajaknya. Naruto memang ingin membawa anak itu untuk ikut bersama kelompok kecilnya dan mencari tempat yang aman untuk mengungsi bersama-sama juga. Namun sepertinya mental anak itu masih belum bisa kembali dari syok yang ia alami.
Dirinya hanya diam saja saat Naruto mengulurkan tangan untuknya. Naruto tahu bahwa anak ini masih dilanda syok setelah kejadian yang baru saja terjadi tadi. Lalu pemuda itu pun menarik kedua sudut bibirnya untuk membuat sebuah senyuman lembut yang bertujuan membagi ketenangan kepada anak itu.
"Tenanglah... Semua akan baik-baik saja. Ayo, kita pergi dari sini."
Suara lembut yang sangat jarang terdengar dari Naruto kini mengalun merdu masuk kegendang telinga anak itu. Wajah Naruto yang seperti tidak khawatir dengan apapun serasa seperti mampu mengusir ketakutannya. Perlahan anak yang terduduk ditengah-tengah perempatan gang itupun mengangkat sebelah tangannya. Seolah ingin menyambut uluran tangan Naruto yang tertuju dirinya. Naruto senang melihat tangan yang perlahan terulur dari anak kecil itu. Ingin sekali ia segera mengajak anak ini untuk kembali kepada teman-temannya. Akan tetapi, saat gapaian tangan anak kecil itu hampir menyentuh uluran tangan Naruto...
Zraashh..
Tiba-tiba saja hal yang mengejutkan terjadi. Bahkan Naruto belum sempat mengganti ekspresi wajahnya dengan ekspresi terkejut karena begitu cepatnya. Senyuman yang sedetik lalu terpatri, kini luntur seketika saat melihat cipratan darah yang melayang di depannya. Bahkan sekarang Naruto yang berganti syok melihat kejadian tersebut tepat dihadapannya.
Mulutnya seolah terkunci dan tak bisa berkata sepatah katapun melihat tubuh anak kecil yang berada di depannya diterkam dengan sangat buas dan kejam. Di dalam kegelapan, dapat Naruto lihat tubuh kecil yang telah tak bernyawa lagi terkoyak dengan ganas oleh suatu bayangan besar yang menyerupai sesuatu seperti hewan. Tak bisa Naruto lihat dengan jelas sosok bayangan itu. Namun yang jelas, kepala anak kecil tadi beserta kerongkongannya yang berayun-ayun bersama dengan tetesan darah yang menetes jatuh membasahi tanah.
Mulutnya ternganga menyaksikan kepala anak kecil itu dikoyak dengan kasar, hingga darahnya bermuncratan kemana-mana. Naruto yang terpaku tidak bisa memikirkan apapun saat itu. Otaknya serasa membeku karena menyaksikan tubuh anak kecil itu dicabik-cabik tak karuan dengan gigi-gigi yang terlihat sangat tajam di kegelapan.
Perlahan Naruto melangkahkan mundur kakinya yang terasa kaku. Otaknya belum bisa mengambil tindakan sama sekali. Matanya tergetar melihat pemandangan mengerikan di depan matanya. Ukuran makhluk yang berada di kegelapan malam itu Sebanding dengan tubuh orang dewasa. Disetiap jari-jarinya terdapat cakar yang sangat tajam mencengkram tubuh tak berdaya tanpa kepala anak tadi.
'A-Apa... Apa itu?!' Pikir Naruto dalam hati. Namun yang membuatnya lebih terkejut lagi adalah, makhluk itu mulai melihat kearahnya. Mata Naruto seolah melotot mengetahui bahwa ia lah yang akan menjadi target selanjutnya. Perlahan lengan makhluk misterius itu mulai membawa tapak tangannya merangkak mendekati Naruto. Lidah yang terjulur panjang di antara gigi-giginya yang tajam membuat Naruto harus bersusah payah untuk menelan ludah. Sudah cukup untuknya berhadapan dengan mayat pemakan manusia. Dan sekarang... Ia tak tahu lagi...
Setiap jam, serasa keadaan semakin memburuk.
Ujung jemarinya yang tidak memegang tongkat pemukul, bergetar tak beralun. Seluruh syaraf di tubuhnya serasa antara lemas dan membeku. Walau telah belasan mayat hidup yang jatuhkan sepanjang perjalanannya sampai detik ini, tak merubah apa pun bahwa dirinya hanyalah seorang siswa SMA normal biasa. Rasa takut itu mejalar cepat melalui peredaran darahnya. Bahkan mengkakukan gerak persendiannya. Ketakutan merajai Naruto saat itu juga.
'S-Sial... Apa yang harus kulakukan...?!'
KAMU SEDANG MEMBACA
Naruto : Perang Dunia Zombie 4 (PDZ4)
Fanfiction[END] Tamat 19 Agustus 2021. Cerita dari November 2020. Ketika terjadi sebuah insiden mengerikan di sekolah yang mampu membunuhmu tanpa belas kasihan, apa yang akan kau lakukan? Lari untuk bertahan hidup, atau mati menjadi mayat hidup! Bersama sisa...