Chapter 6 - Nama

372 68 4
                                    

Pukul setengah dua dini hari, Peter baru saja pulang ke apartemennya. Udara benar-benar dingin sehingga ia langsung merangkak masuk ke dalam selimut. Penghangat ruangan seolah tidak berfungsi karena ia masih cukup kedinginan walaupun sudah berganti pakaian hangat.

Seperti kebanyakan orang lain, Peter menatap langit-langit kamar sebelum mengucap doa. Pikirannya berkelana jauh memikirkan banyak hal, terutama pekerjaan.

Hari ini ada dua kasus besar yang mengharuskannya turun langsung ke lapangan. Satu kasus pembunuhan, dan satu kasus penyanderaan di kelab malam. Pekerjannya baru selesai pukul satu dini hari. Bagi detektif, jam kerja seperti yang tertera di kontrak itu hanya hiasan tinta saja. Mereka bekerja hampir dua puluh empat jam, dan sangat sering tidak tidur nyenyak berhari-hari bahkan sampai berminggu-minggu sampai kasus dinyatakan tuntas oleh pengadilan.

Di antara ingatan tentang wajah para korban hari ini, Peter menanyakan sesuatu pada dirinya sendiri, "Apakah aku menyukai pekerjaan ini?"

Berprofesi sebagai detektif bukan cita-cita yang ditulis Peter di buku tugas saat masih sekolah. Tamat SMA, ia melanjutkan pendidikan hukum. Peter memilih jurusan secara acak dan ia diterima masuk sebagai mahasiswa jurusan hukum pidana.

Berjalan dua tahun, sesuatu yang buruk terjadi sampai Peter memutuskan berhenti kuliah. Ia iseng mendaftarkan diri di akademi kepolisian saat usianya menginjak angka dua puluh. Sejak itulah, ia seperti menemukan tujuan hidupnya.

Peter mulai bersungguh-sungguh pada apa yang tengah ia jalani. Perjalanan karirnya tidak langsung menanjak naik. Dia memulai semuanya dari bawah. Pernah menjadi polisi satuan lalu lintas, pernah juga ditempatkan di sebuah distrik terpencil jauh dari pusat kota, dan yang sangat ia ingat adalah ketika bergabung ke reserse narkoba.

Tidak heran jika sekarang Peter mengemban amanah sebagai ketua tim. Dia memiliki banyak pengalaman karena pernah menangani hampir semua kasus kejahatan. Kalau sudah dihadapkan dengan suatu kasus, Peter akan sangat serius mengusutnya sampai ke akar-akar.

Selama ini ia tidak pernah gagal. Timnya berulangkali mendapatkan penghargaan karena berhasil mencegah aksi pengeboman. Mereka juga tergolong tim yang cepat tanggap terhadap kasus-kasus terbaru. Tidak jarang pula mendapat respon kagum dari tim lain karena bisa memecahkan kasus dan menangkap tersangka kurun waktu kurang dari satu minggu.

Singkatnya, Tim Ling adalah tim unggulan di Kantor Kepolisian Guangzhou.

Namun sekarang Peter mulai meragukan penilaian itu. Ia menanyakan keunggulan timnya yang akhir-akhir ini melemah. Mereka masih solid untuk menangani kasus-kasus seperti penculikan, perampokan, ataupun penipuan. Kasus besar seperti penyerangan dan pembunuhan pun bisa mereka atasi selang-seling.

Hanya saja, kasus yang melibatkan si bocah tampan yang ia beri nama Shixun itu benar-benar misterius. Peter sampai pusing memikirkan jalan keluarnya. Di mana pun, sidik jari adalah kunci fatal dalam sebuah kasus kejahatan. Bagaimana timnya bisa menyelesaikan kasus itu jika mereka tidak tahu siapa yang mereka hadapi?

Omong-omong tentang Shixun, Peter jauh merasa lebih dekat dengan anak muda itu dibanding kali pertama mereka bertemu. Shixun sudah lebih terbuka padanya meski masih sekadar mengangguk, menggelengkan kepala, menentukan menu makan dan tontonan televisi.

Bagi Peter itu adalah sebuah kemajuan. Ia yakin akan menemukan jalan keluar jika terus bersama Shixun. Hanya Shixun sendiri yang bisa memberinya jawaban. Sejauh ini tidak ada yang melapor bahwa Shixun adalah sanak-saudara siapapun di negara itu, jadi Peter dan timnya harus lebih bersabar.

Dddrrttt.

Peter tersentak mendengar getar ponsel di atas nakas. Ia mengambil benda pipih itu dan membuka pesan masuk terbaru dari Jerry.

Mr. Miracle [END] CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang