Chapter 7 - Wanita dalam Video

364 63 28
                                    

"Pelaku pembunuhan seorang bayi berusia lima hari berhasil ditangkap tim Kepolisian Guangzhou pada Rabu malam. Dalam kesaksiaannya, pelaku berinisial XQ melakukan aksi pembunuhan karena tak tahan mendengar tangisan bayi yang merupakan tetangganya sendiri. Bayi tersebut dicekik lalu jasadnya dibuang di tong sampah dekat tempat ia tinggal"

Ling Linyi mendesah sedih sambil membalikkan badan ke arah meja. Sekilas info berita terkini yang ditayangkan televisi nasional membuat suasana hatinya mulai memburuk. Wajahnya dominan rasa sebal padahal sekitar sepuluh menit lalu, ia sangat berseri-seri ketika memasuki restoran itu.

"Kenapa?" tanya Peter. Sebagai kakak, ia cukup peka untuk cepat menangkap perubahan raut wajah adiknya itu.

"Kenapa orang-orang suka mendekam di penjara, si?" Linyi menggerutu. "Apakah melenyapkan sesuatu yang tidak ia sukai menjadi satu-satunya jalan keluar?"

Peter tersenyum tipis menanggapi ocehan Linyi. "Menurutmu, di dunia ini lebih banyak orang jahat atau orang baik?"

"Orang jahat."

"Kenapa?" tanya Peter pelan.

Linyi mengerutkan dahinya. "Gege tidak lihat kalau setiap hari selalu ada berita kejahatan? Dalam sehari, kantor tempatmu bekerja mendapat berapa ratus aduan? Itu baru di wilayah sekitar sini. Belum di wilayah lain. Di seluruh dunia?"

"Masuk akal. Tapi itu bukan jawaban yang sebenarnya." Peter menyatakan pendapatnya yang berlainan.

"Jadi maksud Gege adalah, di dunia ini lebih banyak orang baik daripada orang jahat?"

Peter mengangguk. Kedua matanya masih fokus pada gelas kaca di tangan kirinya sementara tangan kanannya mengelap gelas itu menggunakan tisu kering. "Berita seperti itu dibuat karena laku di pasaran. Orang-orang cenderung lebih tertarik dengan berita buruk dibanding berita baik."

"Mengapa begitu?" Linyi berusaha mengabaikan apa yang sedang Peter lakukan pada peralatan makan mereka. Hanya saja ia mulai terganggu karena beberapa pelayan mengawasi ke arah mejanya. "Gege, berhentilah menggosok gelas dan sendoknya. Itu semua sudah dibersihkan!"

"Kau tidak tahu mereka membersihkannya dengan apa." sahut Peter terdengar tidak peduli pada tatapan para pelayan. Ia meletakkan sendok dan pisau yang sudah ia bersihkan ke sisi piring Linyi.

"Iya, tapi 'kan mereka tidak mungkin membersihkan seluruh peralatan makan ini dengan kotoran."

Kakak-beradik itu sudah menjadi pelanggan tetap di restoran Italia tak jauh dari Kantor Kepolisian Guangzhou. Kira-kira sudah sekitar lima tahun sejak restoran itu pertama kali dibuka. Beberapa pelayan senior sudah mengetahui kebiasaan pelanggan setianya itu. Mereka tidak bisa ikut campur kalau Peter sudah bertingkah seperti orang gila.

Kebiasaan Peter membersihkan peralatan makan tidak hanya terjadi di rumahnya sendiri. Di tempat makan umum pun, dia sebisa mungkin membersihkan peralatannya sebelum digunakan. Kadang-kadang malah ia minta air hangat untuk merendam sendok dan sumpitnya.

Sebenarnya Linyi tidak masalah dengan cara Peter menjaga kebersihan. Tapi lama-lama ia akan sebal kalau para pelayan baru itu menatap aneh ke arah kakaknya. Ia tidak mungkin memberitahu mereka bahwa Peter sangat terobsesi kepada kebersihan dan meminta mereka untuk tidak menatap sang kakak dengan sorot aneh.

"Soal tadi, orang-orang lebih suka mencaritahu keburukan orang lain untuk menutupi keburukan dirinya sendiri. Tahu, kan? Kalau ada keburukan yang lebih besar diketahui banyak orang, keburukan kecilnya akan diabaikan. Itu membuatnya merasa nyaman karena tidak menjadi orang jahat di mata yang lain."

Linyi termenung sejenak mendengar kalimat itu. Ada benarnya juga. Kalau diingat-ingat, selama ini ia menonton tayangan berita dan berlangganan beberapa portal berita di internet juga untuk mencari berita terhangat. Sudah pasti berita-berita itu tidak jauh-jauh dari kasus kejahatan. Tanpa ia sadari, ia jadi penikmat konten berita yang disajikan.

Mr. Miracle [END] CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang