Chapter 26 - Lari Mengejar

300 67 8
                                    

Ddrrrrttttt!

Ddrrrrttttt!

Ponsel di atas nakas bergetar empat kali. Pemiliknya masih tertidur lelap sampai tidak mendengar getaran itu. Senyap sepuluh detik lalu nama yang sama kembali menelfon.

Ddrrrttttt!

Peter meraba nakasnya begitu merasa getaran itu mulai mengganggu. Samar-samar ia melihat jam digital di bagian atas layar. 04.10. Ia menggeram ketika menjawab panggilan itu. "Halo? Peter di sini," sapanya dengan suara serak khas orang mengantuk.

"Ini aku Jerry. Ada kasus pembunuhan di dekat kantor. Chuyan dan Fang sedang mengejar tersangka," lapor Jerry tanpa basa-basi.

"Oke, oke. Aku ke sana sekarang." Peter segera beranjak dari ranjangnya setelah Jerry bilang akan mengirimkan alamat TKP melalui pesan. Ia hendak ke kamar mandi ketika melihat layar televisinya menyala tanpa suara. Langkahnya mengendap-endap ke arah sofa. "Shixun?" Dahinya berkerut melihat anak muda tengah membaca buku sambil terngkurap di sofa.

Shixun mendongak, nyaris terguling ke samping karena terkejut. Sejak tadi ia tenggelam dalam bacaannya sehingga tidak mendengar bahwa Peter sudah bangun.

"Apa yang kau lakukan di sini?" Peter masih bingung sebab tak tahu kapan Shixun masuk ke kamarnya.

"Aku tidak bisa tidur, jadi aku ke sini," tulis Shixun pada buku catatannya. Dia belum terbiasa menggunakan ponsel sehingga masih membawa buku catatan ke mana-mana.

"Lalu kenapa kau tidak tidur?" Peter lupa kalau dia harus bersiap-siap ke lokasi pembunuhan.

Shixun mengangkat buku tebal di tangannya. Senyumnya mengembang lebar dengan sorot mata antusias seakan ingin bilang, "Bukunya bagus."

Peter mendesah pelan. Beberapa hari belakangan Shixun sangat tertarik pada astronomi. Hampir semua video yang ia tonton di YouTube adalah hal-hal yang berkaitan dengan alam semesta, misalnya galaksi, perbintangan, jenis-jenis asteroid, bahkan dia menonton film berjudul Interstellar lima kali dalam sehari.

Yifan bilang bahwa Shixun butuh memiliki minatnya sendiri agar ia bisa terlihat seperti orang normal pada umumnya. Dia akan memiliki kesibukan sehingga lupa pada masa-masa kelamnya. Peter tentu tidak bisa melarang Shixun tergila-gila pada apa yang ia sukai. Tapi, kalau membaca buku setebal tujuh ratus halaman saat matahari belum terbit itu sedikit berlebihan.

"Ini sudah pukul empat pagi dan kau belum tidur," omel Peter, menutup buku tebal itu lalu menarik lengan Shixun untuk berpindah ke ranjangnya. "Kau boleh membaca lagi nanti setelah bangun tidur. Sekarang tidur dulu."

Shixun menggerutu tidak jelas dan terpaksa melangkah ke ranjang besar Peter lalu bersembunyi di dalam selimut. Ia pikir Peter akan menyusul tidur, tidak tahunya pemiliki ruangan itu menghabiskan beberapa menit di kamar mandi. Saat keluar, Peter sudah berganti kaos pendek yang dilapisi jaket tebal. Seketika ia bangun untuk bertanya melalui isyarat tangan. "Kau mau pergi?"

"Ada kasus baru yang harus aku tangani," kata Peter, mengambil ponsel dan dompetnya. "Kau sarapan roti dan susu, ya? Atau kau mau pesan makanan? Kemarin aku sudah mengajarimu cara memesai makanan di ponsel, kan?"

"Uuung," rengek Shixun, berniat meminta agar Peter tidak pergi. Tadi ia bermimpi buruk tentang ibunya, makanya terbangun dan berpindah tempat untuk menenangkan diri. Tidak tahunya malah akan ditinggal pergi.

"Kau tidurlah. Aku akan menelfonmu nanti."

Shixun diam saja melihat Peter menutup pintu kamar. Terdengar suara pintu luar terkunci. Ia pun hanya bisa mendesah sebal. Tiba-tiba dia merasa kesepian dan takut. Tinggal lama di tempat itu membuatnya seperti ketergantungan pada keramaian rumah dan perhatian. Sayang sekali beberapa hari belakangan baik Peter maupun Linyi sangat sibuk sehingga ia sering sendirian di apartemen sebesar itu.

Mr. Miracle [END] CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang