Chapter 2 - Korban tanpa Identitas

580 87 10
                                    

Selama beberapa bulan belakangan, Peter merencanakan agenda berlibur ke Pulau Jeju yang memesona. Dia memperbarui pengetahuannya tentang pulau itu. Tidak ada yang berubah dari Pulau Jeju. Semakin indah, semakin menggugah keinginan agar segera bertandang ke sana. Dari sekian juta pulau tercantik di dunia, Peter jatuh cinta pada Pulau Jeju.

Sudah begitu sejak ia masih remaja. Peter tidak mengenal Pulau Jeju dari romansa drama di televisi atau surat kabar dan majalah. Ia menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana Pulau Jeju menjanjikan kedamaian dan rasa cinta. Alasan itu yang ditanamkan Peter pada dirinya sendiri saat bisa mendapatkan cuti.

Peter ingin ke Pulau Jeju hanya untuk merasakan kembali arti kedamaian, dan arti cinta. Ada kerinduan di matanya saat membaca katalog pariwisata yang ia genggam sembari menunggu jadwal keberangkatan. Peter bukan tipe orang yang suka menunggu, namun ia menikmati penantiannya di tengah hiruk-pikuk Bandara Internasional Baiyun Guangzhou.

Satu cup kopi panas dan roti tawar menghiasi mejanya di kafetaria. Peter menikmati sarapan paginya dengan menatap setiap orang di sekitarnya. Menganalisa ke mana mereka akan pergi, mengawasi barang bawaan mereka, bahkan mengamati gerak-gerik mereka.

Semua tindakan Peter itu seperti gerakan alami yang tersistem di dalam tubuhnya. Profesinya sebagai detektif sudah membentuk kebiasaan baru di mana ia jadi sering mengamati tingkah laku orang lain. Di dalam hati, ia membenarkan tindakannya itu sebagai bentuk pencegahan. Banyak kejahatan terjadi di tengah ketenangan. Siapa tahu ada seseorang yang berniat jahat di tempat itu.

Peter hanya berusaha waspada. Dia mengandalkan instingnya. Setidaknya ia harus mencegah sesuatu yang buruk jika memang ia bisa melakukannya. Tapi sejauh ini, semua aman terkendali. Ia percaya petugas keamanan bandara tidak akan lengah. Ia hanya bisa berdoa semoga tidak ada kabar buruk sebelum pesawatnya lepas landas.

"Sekarang saatnya berangkat," gumam Peter pada dirinya sendiri.

Kopi sudah ia teguk sampai tandas, dan roti tawar sudah tertelan sepenuhnya. Peter sedang memasukkan buku catatan dan ponselnya ke dalam tas saat berita terbaru di televisi menarik perhatian pengunjung kafetaria itu.

Headline berita dicetak tebal dengan huruf kapital : TIM PATROLI PELABUHAN GUANGZHOU MENEMUKAN KORBAN PENGANIAYAAN.

Peter terdiam sesaat mengikuti berita itu. Video yang ditayangkan menunjukkan proses evakuasi korban yang dilakukan oleh tim kepolisian. Seorang reporter di lokasi memberitahu bahwa korban ditemukan di lambung kapal dalam kondisi tak sadarkan diri.

"Come on, please...." Peter mengggumam pelan. Tahu betul kalau kasus itu pasti akan menjadi tugas pagi divisi kejahatan di Kantor Kepolisian Guangzhou.

Peter berharap bukan timnya yang akan menangani kasus itu. Ada lima tim reserse kriminal, dan ada banyak kesempatan agar kasus itu tidak jatuh ke timnya. Ayolah. Peter belum sempat menyicipi desiran lembut angin Jeju dan dia belum merasakan dinginnya air terjun Cheonjinyeon.

Namun, harapan tinggal harapan.

Wajah Jerry Hzu terpampang jelas di layar televisi, sedang memberikan beberapa tanggapan atas pertanyaan wartawan. Di belakangnya terlihat ada Jackson Hao dan beberapa anggota tim lain.

"Sial!" Peter menggeram dengan dua tangan terkepal kuat. Bersamaan dengan itu, ponsel yang belum sempat ia matikan kini berdering. Nama Jackson terlihat di layar.

Peter berusaha tidak menggeser ponsel itu. Membiarkan panggilan dari Jackson terlewatkan, dan terulangi lagi dua detik setelahnya. Tidak bisa! Ia harus segera pergi ke Pulau Jeju dan menikmati fasilitas hotel mewah yang sudah ia pesan sejak bulan lalu. Timnya adalah pasukan kuat dan solid. Mereka pasti bisa mengatasi ini.

Mr. Miracle [END] CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang