Chapter 19 - Teman Lama

353 66 12
                                    

Dua jam kemudian, Peter sudah memarkirkan mobilnya di area asrama kepolisian. Dia barusaja menelfon Linyi untuk memberitahu bahwa ia mengemudi dengan selamat. Tadi Linyi memaksa mengantarnya karena jam besuk pasien juga sudah berakhir, tapi Peter akan lebih nyaman jika pergi sendiri.

Peter mengetukkan jemarinya di besi kemudi. Bingung harus bersikap apa pada Sara. Fakta bahwa mereka terikat hubungan orang tua yang sah membuat hatinya seperti diterkam buaya. Sakit. Sangat sakit karena ia baru mengetahuinya hari ini.

"Bos!"

Seruan dari luar mobil menyentak lamunan Peter. Dia keluar mobil dan mendapati Sara sudah terlihat lebih baik dari kemarin. "Fang, sebaiknya kau libur saja hari ini. Tidak usah kembali ke kantor." ujarnya memberi perintah.

"Yizhou?"

"Ya?" Peter tanpa sadar menjawab panggilan itu. Sudah lama sekali tidak mendengar orang lain memanggil nama lahirnya. Hanya keluarganya yang memanggilnya pakai nama itu. Ling Yizhou.

Sara memperhatikan Peter dari atas ke bawah. Dahinya berkerut, berusaha mengingat sesuatu. "Kau belum berganti pakaian?" pertanyaan itu meluncur heran.

"Apa?" Peter nyaris tak percaya pada pertanyaan Sara.

"Kau benar, Kak Sara," timpal Fang turut mengamati Peter. "Bos, aku tidak bermimpi, kan? Aku melihatmu mengenakan pakaian yang sama seperti kemarin."

Peter terlihat cukup panik sadar apa yang terjadi. Ia memang tidak berganti pakaian sejak kemarin, dan hanya membasuh muka di rest area. Kesibukan membebaskan Sara sungguhan mengalihkan perhatiannya soal penampilan.

"Eh, tunggu. Kak Sara tahu kalau Bos Ling tidak bisa memakai pakaian yang sama dalam satu hari?"

"Jangankan satu hari. Dia bisa berganti pakaian dua kali dalam satu mata kuliah di musim panas," jawab Sara senang karena bisa mendapat lirikan tajam dari Peter. Rasanya seperti bernostalgia membahas masa lalu.

"Sungguh? Sampai segitunya?"

"Hei, hei!" Peter mendelik kesal pada Fang. Ia lantas menatap Sara dan berkata ketus, "Kau pikir aku punya waktu untuk berganti pakaian? Kalau aku masih sempat mengurus diriku sendiri, kau tidak bisa bebas! Dan apa kau pikir dunia mahasiswa sama dengan dunia pekerjaan?"

Fang berkedip cepat. Terkejut karena ini kali pertama ia mendengar Peter mengomel sebanyak itu. Dalam pekerjaan, Peter cenderung banyak diam ketika memberi perintah. Peter tidak berkomentar mengenai pendapat orang lain. Dia selalu membuktikannya melalui tindakan, bukan omongan. Melihat Peter mengomel seperti itu jelas menjadi tontonan langka.

"Baiklah, baiklah." Sara mengalah. Senyumnya mengembang tipis ke arah Peter. Mantan kekasihnya itu belum berubah. Peter masih mempertahankan image pria kompeten dan bertanggungjawab. Saat memperhatikan Peter lagi, ia baru sadar ada plaster kecil di kening kanan pria itu. Ia reflek mendekat dan bertanya, "Kau terluka?"

Peter diam merasakan sentuhan tangan Sara di keningnya. Berhadapan dengan Sara dalam jarak dekat seperti ini membuatnya gugup.

"Yizhou, kau terluka karena aku?" tanya Sara khawatir. Kemarin ia belum melihat plaster itu, sekarang ia melihatnya setelah Peter bilang dia sibuk mengurus kebebasannya. Dilihat dari jarak dekat, dahi Peter juga cukup banyak memar dan benjol.

Luka itu memang dari Sara, tapi bukan dari hasil kerja kerasnya memecahkan kasus. Itu adalah luka yang Peter dapat setelah menjedukkan kepalanya beberapa kali ke dinding. Luka itu ada karena Sara menyembunyikan rahasia tentang anaknya.

Peter masih marah soal itu sampai sekarang. Ia harus mencaritahu lebih lanjut dari mulut Sara sendiri. Digenggamnya tangan wanita itu dan menariknya ke arah mobil. Ia memasukkan Sara ke mobil tanpa mengatakan apa-apa, pun dengan melongokkan kepala ke dalam untuk memasangkan sabuk pengaman.

Mr. Miracle [END] CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang