Chapter 1 - Dewa Putri Salju

1.2K 80 34
                                    

"Peter tahu dia tampan tapi dia tidak pernah mengatakannya."
-- Jackson Hao

Kantor Kepolisian Wilayah Guangzhou tidak pernah sepi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kantor Kepolisian Wilayah Guangzhou tidak pernah sepi. Petugasnya silih-berganti menggiring pelaku dan korban yang berebut adu mulut saling mengalahkan. Jika membahas keributan yang ada di dalamnya, pasar ikan kalah berisik. Semua orang berbicara dengan logat dan intonasi masing-masing. Tidak ada yang mau mengalah afar kasus segera selesai dengan damai sesuai prosedur hukum.

Di dekat pintu masuk, tim reserse narkoba sedang kedatangan dua tamu pengedar sabu yang berhasil ditangkap oleh tim di lapangan. Karena narkoba bukan berita sepele, maka belasan wartawan yang meliput semakin meramaikan ruang utama itu. Tim reserse mendapat lirikan dari meja tim lain karena tidak bisa menertibkan para wartawan yang menyerbu masuk untuk mendapatkan foto eksklusif.

Di barisan lain ada tim khusus orang hilang, satuan lalu lintas, dan tentu saja yang paling banyak peminat adalah tim reserse kriminal. Ada lima tim dalam satu divisi tindak kejatahan kriminal, dan hampir semua telfon di meja itu tak henti berdering melaporkan kejahatan terbaru. Setiap anggota melapor kepada ketua tim untuk memberi arahan penanganan lebih lanjut di lokasi.

Tidak hanya itu, tim reserse kriminal juga seperti meja resepsionis yang menerima banyak aduan dari masyarakat. Yang paling banyak dilaporkan adalah soal kasus pencurian, penculikan, perkelahian, penyanderaan, dan cukup kerap juga aduan penemuan mayat.

Semua orang sibuk. Para petugas harus ekstra sabar menenangkan orang-orang yang mereka tangkap karena perkelahian lalu lintas, atau adu mulut karena kalah taruhan, atau sekadar menenangkan seorang remaja yang kehilangan anjingnya.

Tidak ada yang namanya istirahat meskipun ini sudah waktunya makan siang. Para petugas itu hanya sesekali meneguk air mineral kemudian lanjut bertugas sambil mengusap keringat. Pendingin ruangan seolah tak berfungsi karena sebagian besar penghuni banyak yang ngotot dan marah-marah.

Apakah suasana seperti itu menegangkan?

Tentu tidak. Bagi sebagian orang yang takut dijatuhi sanksi, maka ruangan itu seperti diagnosa kematian. Tapi bagi para tim kepolisian, justru itulah keasyikan dalam pekerjaan mereka.

Bukan kantor polisi namanya kalau sepi dan tidak seberisik itu. Faktanya, kejahatan terjadi di mana-mana. Setiap detiknya selalu saja ada satu kejahatan baru yang harus segera ditangani. Kalau sudah menangani kasus, mereka berubah seperti monster yang gila kerja. Kasus harus selesai dulu, baru mereka akan berpikir dengan tenang mendiskusikan menu makan malam apa yang harus dipilih.

Karena sudah terbiasa berdebat, menentukan tempat makan pun kadang mereka debatkan penuh tenaga. Beberapa anggota dari tim satu yang barusaja keluar dari ruang interogasi saling mencerca ide tempat makan yang diusulkan temannya. Mereka tak kalah bersemangatnya untuk memenangkan gagasan.

"Hei, sudah, sudah...." Peter menengahi adu mulut tiga bawahannya itu. "Antar tahanan ke sel dulu, baru debatkan itu lagi." Katanya lalu melangkah ke meja kerjanya.

Mr. Miracle [END] CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang