Chapter 33 - Kepingan Terakhir

404 65 26
                                    

Shixun mengintip dari sela pintu kamar. Kedua matanya reflek menyipit, memindai siapa saja yang ada di ruang tengah. Di sana ada ibunya, dan sepasang kakek-nenek yang bulan lalu memperkenalkan diri sebagai orang tua Detektif Ling. Ia tidak melihat Linyi lagi, jadi ia enggan keluar kamar untuk bergabung dengan mereka.

Bulan lalu Tuan dan Nyonya Ling berkunjung ke apartemen putranya untuk menemui Sara dan Shixun. Mereka sudah mendengar cerita yang sesungguhnya sebelum si putra sulung pamit ke Beijing. Kedatangannya adalah bentuk kekeluargaan. Tidak ada yang menolak Sara apalagi Shixun. Mereka menerima dua orang itu dengan baik. Namun, tetap saja Sehun belum merasa nyaman atas kehadiran mereka yang berubah menjadi rutin meskipun mereka sangat baik padanya.

Napasnya terhela malas. Kembali merebahkan tubuh di kasur dan menatap langit-langit kamar. Sudah tiga jam dan kakek-nenek itu sepertinya belum ingin pulang. Shixun terpaksa mengambil headset lalu menuju meja belajar dan mulai menggambar apapun yang ada di pikirannya.

Setiap kali menggambar, Shixun seperti menemukan asyiknya kehidupan. Tidak ada yang berani mengganggunya jika ia sudah berkutat dengan segala macam peralatan menggambar. Linyi dan Ling Xiao malah pernah bilang bahwa ia akan menjadi guru menggambar yang hebat di sekolahan.

Ah, benar!

Shixun meraih lagi ponselnya untuk mengirim pesan.

Aku ingin pergi ke sekolahan milik nenek yang rumahnya dekat toko buku. Boleh?

Kebiasaan Shixun adalah menceritakan semua hal yang ia lakukan setiap hari pada Peter. Dibalas atau tidak, ia tetap mengirim pesan pada pria itu. Ia hanya ingin berbagi kesehariannya. Itu juga menjadi kebiasaan baru untuk meminta izin. Alih-alih meminta izin pada Sara, Shixun selalu berusaha mendapatkan izin Peter terlebih dulu.

Jika Peter melarangnya, misalnya untuk renang di malam hari atau membeli es krim selesai sarapan, ia tidak akan melakukannya. Jika Peter mengizinkannya, itu adalah sesuatu yang menyenangkan. Shixun menikmati saat-saat menanti balasan Peter. Ketika akhirnya ponselnya bergetar dan layarnya menyala terang, ia segera mengangkatnya.

"Shixun?" sapa Peter di seberang sana.

"Uhung?"

"Mau pergi sendiri?"

"Iya."

"Oke, tapi nyalakan dulu layanan lokasimu, ya. Jadi ibumu tidak akan panik mencarimu seperti waktu itu."

"He he ...." Sehun meringis mengingat kejadian tempo hari. "Understanding, Detektif Ling," katanya patuh, lalu menyalakan fitur layanan pada ponselnya agar orang-orang dapat melacak keberadaannya.

"Bawa uang saku," pesan Peter mengingatkan.

"Oke."

"Masih, kan?"

"Masih banyak."

"Mau aku kirimi saldo lagi?"

Shixun menggeleng meski tahu Peter tidak bisa melihatnya. Selain fitur layanan lokasi, ia juga sudah belajar cara menggunakan e-money. Ia sudah mempraktekkannya beberapa kali di toko buku, toko roti, dan satu kali membeli minuman soda di vending machine.

Orang yang mendaftarkan akunnya adalah Linyi, tapi sumber saldo utamanya adalah Peter. Pria kaya itu rutin mengirim saldo dalam jumlah banyak hampir setiap minggu, takut kalau tiba-tiba Shixun membutuhkan sesuatu dan ia tidak bisa datang membelikannya.

"Kapan kau akan berangkat?"

"Setelah ini."

"Baiklah. Pulang sebelum matahari terbenam, ya?"

Mr. Miracle [END] CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang