Chapter 35 - You are My Everything [END]

592 70 31
                                    

Kang Sara berlarian dari ruang tengah begitu mendengar suara denting lift menandakan seseorang datang. "Shixun, Ibu hampir saja ... apa yang terjadi padamu?" tanyanya seketika mendekat begitu melihat luka di wajah putranya.

"Se-sebentar." Shixun menggeliat membebaskan diri dari kungkungan sang ibu. Diserahkannya barang belanjaan lalu menyuci tangan di wastafel. Ia mengamati wajahnya di cermin, meringis karena luka baru di sudut bibirnya masih agak sakit.

"Jelakan pada Ibu. Siapa yang memukulmu?" desak Sara dengan mata runcing menatap ke seluruh tubuh Shixun.

Shixun mengambil handuk kecil di atas meja untuk mengeringkan tangannya. "Orang asing," katanya. Mengambil alih belanjaan di tangan sang ibu lalu masuk ke dalam rumah. "Aku sudah pergi ke rumah sakit, jadi Ibu jangan khawatir."

Sara mengembuskan napasnya pelan. Ia mengambilkan air minum untuk Shixun dan mengusap kepala si muda penuh kelembutan. "Ibu takut kau kenapa-kenapa, Nak," ucapnya lalu mengecup kepala itu.

Setelah menandaskan isi gelas, Shixun menggerakkan tangannya. Ia masih suka berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat dibanding bersuara karena kadang-kadang tenggorokannya terasa sakit. Gerakan tangan itu berbicara, Ayah sudah mengurusnya.

"Ya?" Sara memicing tidak mengerti pada gerakan tangan Sara. "A-apa maksudmu?"

Ting!

Bunyi lift terdengar lagi dan Shixun menuding ke luar. "Appa!" serunya begitu sosok pria tinggi muncul membawa cukup banyak barang belanjaan.

Sara nyaris terjengkang karena terkejut mendengar seruan dari mulut Shixun. Ia menatap Peter kebingungan. "A-apa yang terjadi?" tanyanya, belum bisa merangkai semua yang ada di hadapannya sekarang.

"Aku sudah menjelaskannya." Peter meletakkan belanjaannya ke meja makan lalu menghampiri wastafel dan menyuci tangan di sana. Ia melirik Shixun yang masuk ke dalam kamar seperti tengah memberi waktu pada orangtuanya untuk berbicara empat mata.

"Soal?" Sara masih berdiri di tempatnya, memandang bingung punggung Peter yang tidak ia sangka akan pulang hari ini.

"Soal kita bertiga," jawab Peter, kembali fokus membasuh tangannya di bawah guyuran air keran. "Soal hubungan kita di masa lalu, dan soal aku adalah ayah kandungnya. Shixun sudah tahu."

Sara terduduk lemas di kursi ruang makan. Pandangannya berkunang sebentar. Jawaban Peter terlalu banyak melampaui dugaannya. "Kau ... kupikir kau tidak akan memberitahunya," ujarnya pelan. Mengusap wajah yang mendadak terasa kebas karena terlalu banyak berpikir.

Peter sudah berdiri di samping Sara usai mengeringkan kedua tangannya. "Aku tidak sanggup bersembunyi terlalu lama," katanya, memegang kedua bahu Sara dengan kelembutan yang tidak bisa ia berikan pada wanita lain. "Aku bukan penjahat, kan? Jadi, aku tidak harus bersembunyi."

"Kau benar-benar pulang untuk menjadi ayahnya Shixun?"

"Iya." Peter membuka kulkas untuk mengambil minuman dingin. Diambilnya sebotol jus jeruk dan meneguknya pelan. "Aku pulang untuk memenuhi tanggungjawabku sebagai kepala keluarga."

Dahi Sara berdenyut nyeri teringat kartu keluarga yang ia dapat dari Linyi. Entah bagaimana caranya, tetapi Peter berhasil membuat nama mereka bertiga ada dalam satu surat akta keluarga. Ia lantas mendongak khawatir ke arah Peter. "Bagaimana pekerjaanmu di Beijing?"

"Aku melepasnya." Peter menuju ruang tengah dan mendudukkan diri di sofa.

"Apa?" Sara pun mengikutinya, tetapi ia tidak ikut duduk. Ia hanya berdiri di sisi sofa menanti jawaban.

"Aku sudah mengundurkan diri dari jabatan itu."

Sara pernah berharap Peter akan melakukan hal itu dan memperjuangkan hubungan mereka sebagai orang tua. Ketika ia tahu pria itu tidak akan melepas karirnya dengan mudah, ia kehilangan harapan. Asalkan Peter menafkahinya dan Shixun, itu sudah lebih dari cukup. Namun, tiba-tiba hari ini Peter pulang dengan status barunya sebagai seorang ayah.

Mr. Miracle [END] CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang