tahap 03

1.5K 398 65
                                    

- ,, 🍮 [ apple of my eyes ]⌇·˚ ༘

- ꒰ aku tak tahu sejak kapan. yang pasti, dunia ku berotasi dengan kau sebagai sumbu. ꒱ -







kelasnya selesai lebih cepat hari ini. dosen sekedar kasih kuis open book dengan materi minggu lalu dan waktu pengumpulannya tiga hari lagi.

irish punya rencana untuk pergi ke perpustakaan kampus. cari bahan materi tambahan, biar jawaban kuis nya lebih mantep.

"serius lo gak mau ikut? nyesel loh." dinda, masih bahas dosen ganteng fakultas ekonomi, yang diangguki ela.

irish delik tajam. "enggak. rasa ini hanya untuk kak mizan seorang."

"idih. pindah jadi anak sastra sana lo."

irish ketawa tanggepin candaan ela. lalu ngelangkah ke kanan, pisah dari mereka yang nekat ke gedung FEB.

kalau boleh jujur, irish kadang mikir; seharusnya dia fokus ke kuliahnya, belajar yang rajin, biar bisa jadi sarjana yang berkualitas. apalagi dia mahasiswa yang dibiayai penuh sama pemerintah, mulai dari uang gedung, ukt, bahkan diberi uang saku tiap bulan.

tapi,

dari awal masuk aja dia dihadepin sama sosok malaikat berkedok manusia bertajuk mizan arthadinata. gimana cara nolaknya coba?

terlalu penuh akan pikiran diri sendiri, irish sampai gak sadar ada kakak tingkat yang berdiri di depannya. terlambat buat menghindar, jadilah dahinya nabrak lengan atas tuh orang.

tubuhnya mundur dua langkah.

irish mendongak, "m-maaf kak---

dan dia nemuin kak maria ---yang dia tabrak dan kak mizan di sana.

ujian apa ini tuhan?

irish buru-buru nunduk, gak mau matanya ikut ngerasa perih kaya yang didalam. "m-maaf kak, tadi saya ngelamun, gak sadar ada kakak di situ."

maria ulas senyum, suara lembutnya bilang, "gak papa, dek."

irish gigit bibir bawah, angguk sekali, untuk selanjutnya pergi dari sana. tanpa nengok atau lirik kecil ke arah pujaan hatinya.

sakit coy. lebih sakit dari kecipratan minyak panas pas goreng telor ceplok.

kalau udah begini, gak yakin sih irish bakal beneran belajar di perpus. kaya nya ngegalau, sambil dengerin lagunya armada lebih enak.

sampai pada gedung berisi jejeran buku yang ditata rapih, irish ambil tempat dekat jendela kaca besar, menghadap langsung ke lapangan luas.

udah ada beberapa buku yang dia pilih, berpikir buat foto bagian paragraf yang menurutnya sesuai dan penting. biar bisa cepet ngegalau juga.

dan seolah semesta ingin nabur garam ke perih yang dirasa, irish lihat lagi sosok mizan di luar sana.

melangkah sendirian, dengan tatapan fokus pada ponselnya. gak ada lagi maria di sisi, namun irish masih ingat kejadian tadi.

apple of my eyes : kthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang