[ vsoo! lokal! fluf! comedy! ]
tentang irish alena dan perjuangannya,
juga tentang mizan arthadinata dan rasa terbiasa.
"kakak kenapa gak masuk?"
"tau darimana?"
"tau lah, kan tujuan aku ke kampus buat lihat kakak."
『 kim taehyung - kim jisoo 』
⇒som...
- ꒰rasa ini begitu biru. harapanku terasa semu. akankah akhir yang menyimpan rahasia, memberiku ijin untuk melangkah di sisi mu?꒱ -
•
•
•
turun di halte bus yang gak jauh dari kampus, irish lanjut jalan kaki menuju gedung fakultas hukum. masih pagi, sekitar pukul tujuh lebih dua puluh menit, sementara kelasnya dimulai jam delapan nanti. sengaja lebih awal, karena dia nyesuain jadwal bus dari rumahnya.
dan alasan lain, jelas karena dia tau kalau kak mizan pun punya jadwal kelas pagi juga hari ini. dia kerap liat laki-laki itu datang awal, kadang nunggu di kelas, di perpustakaan, sekalian rapat BEM, atau sholat dhuha di masjid. emang, idaman banget. gak heran, irish bisa naruh rasa pada sosoknya.
kala akan naik ke anak tangga, tiba-tiba bahunya dirangkul dari belakang. hampir aja jatoh, misal orang itu gak bisa ngendaliin tubuh irish yang oleng.
"ih, lepas arkan! berat tauuu! dosa kamu banyak ya?" ucap irish sedikit kesal pada kawannya ini.
arkana setya. mereka kenal karena pernah ngobrol waktu hari pertama ospek, dari jurusan teknik arsitektur.
"sembarangan. gue sholat tiga kali sehari ya!"
"mana ada! sholat wajib lima kali sehari! ajaran sesat mana tuh?"
arkan ketawa, satu tangannya masih rangkul longgar bahu depan irish, terus gunain tangannya yang lain untuk ngusap rambut irish gemes.
"pulang nanti main yok."
"gak mau. aku miskin." jawab irish, capek buat coba lepasin tangan nih anak satu. tenaganya gak main-main.
arkan ketawa lagi, irish ini selalu apa adanya, gak pernah coba buat keliatan tinggi atau merendah. "gue traktir."
alena dengus, terus mundurin kepalanya dari lengan arkan. rambutnya jadi berantakan, pengen marah tapi gak bisa, arkan ganteng soalnya, kan irish jadi lemah.
"gak."
"kenapa dih?"
"gak nolak kalau ditraktir mah."
ketawa lagi tuh, sampai giginya kering. "selesai kelas jam berapa?"
"jam satu."
arkan ngangguk, tanpa bilang apapun, dia senyum terus pergi dari sana.
balik lagi ke irish yang sibuk kuncir rambutnya jadi satu. dia gak bawa sisir, daripada keliatan kusut kaya mak lampir, mending diikat kan. sambil jalan naik ke tangga, dia tatap sekeliling; baru segelintir mahasiswa yang dateng.
sampai akhirnya dia nemuin kak mizan, duduk sendirian di bangku kantin paling ujung. lagi baca buku, dengan botol kopi yang sama di samping lengannya. agak jauh sih dari tempatnya berdiri, tapi irish yakin kalau itu beneran kak mizan. radar bucinnya mendeteksi demikian.
pengen nyapa, nanti dikira sok kenal sok dekat; walau ia tau kak mizan pasti gak keberatan, karena sebaik itu dia. mau pura-pura nongkrong di kantin biar bisa lihat lebih dekat, nanti malah kebablasan jajan. yaudah, dia pilih lanjut jalan ke kelasnya di lantai dua.
duduk sendirian, di bangku baris ke dua agak ketengah. dinda dan ela lebih sering dateng mepet, temannya yang lain kadang juga sama.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.