tahap 24

1.2K 205 105
                                        

- ,, 🍮 [ apple of my eyes ]⌇·˚ ༘

apabila kata tak bisa menjelaskan apa itu cinta, maka biar kujadikan kau sebagai penjelasannya.

annissa marwah; putri kedua dari orang tua yang pegang teguh ajaran agama. abi nya ustad, uminya pernah ngajar di pondok pesantren terkenal di kota jogja. punya satu abang, lagi lanjutin kuliah di kairo; abangnya gak bakal diceritain, jadi gak usah penasaran.

ukhti cantik ini udah dari kecil temenan akrab dengan miera maupun mizan yang selisih umurnya gak terlalu jauh buat bisa main bareng. satu sekolah, satu tpa, satu piring bertiga bahkan pernah. disuapin ibunya mizan.

keadaan demikian, tumbuh bareng-bareng, jadi alasan kuat kenapa mereka punya perasaan semacam keluarga.

namun, beranjak dewasa, semua gak lagi sama buat marwah. miera dan kedewasaannya; selain kaya punya kakak perempuan, ini jadiin marwah merasa bahwa dia punya kesempatan mudah buat masuk lebih jauh. sementara mizan dan semua hal tentangnya, selalu berhasil menarik marwah buat jatuh dan terus jatuh untuk menaruh rasa lebih pada pemuda itu, sebagai perempuan kepada laki-lakinya.

didikan yang selalu ngajarin dia perihal batasan, marwah amalin itu dengan baik. maka, meski dia benar-benar mendamba sosok mizan yang ia harap kelak akan jadi imamnya, marwah lebih memilih diam. menyimpan rasa sukanya, hanya untuk dirinya dan tuhan ketahui.

marwah duduk di belakang, miera duduk di sisi kiri mizan yang masih jadi sopir.

udara di dalam mobil terasa hidup, antara alunan musik yang disetel pelan dari radio, juga obrolan hangat miera yang membahas berbagai topik dengan marwah yang antusias menanggapi.

semacam menebus rindu setelah sekian tahun tak bertemu.

"ini kamu bakal ngekos atau asrama, wa?" tanya miera, sedari tadi memutar posisi tubuhnya menyamping, agar leluasa melihat respon marwah.

"kos kak, yang nyariin pihak kampus langsung kok. insyaallah aman." jawab marwah, sesekali curi-curi pandang ke spion depan yang nampilin wajah tenang mizan yang tatap jalanan di depan.

makin dilihat, kok ya makin ganteng; marwah sampai harus istigfar berulang kali, tapi ya tetep diulangin lirik-lirik lagi.

"exchange nya berapa lama?" ini miera lagi.

"tiga minggu. habis itu balik." lalu marwah ngembangin senyum di pipi tembamnya, "kak mizan, boleh minta tolong temenin aku muter-muter kampus kamu nanti?"

mizan dongak lewat spion, bibirnya senyum tipis sekali, "bisa, tapi pas gue punya waktu luang dari kesibukan magang ya?"

miera anggukin kepala, "dia lagi magang sekarang."

"iya gapapa, maaf ngerepotin kak."

"enggak wa, santai aja." disambung lagi oleh mizan, "ada maria juga di kampus, udah lama gak ketemu kan?"

"eh iya! boleh deh, nanti aku minta tolong kak maria juga."

arthadinata dan miera anggukin kepala dengerin persetujuan marwah. gadis ini tak banyak berubah dari sudut pandang mizan. masih baik hati, lembah lembut, dan penurut.

membiarkan marwah dan kakaknya terlibat obrolan lebih jauh, mizan bertumpu fokus pada ramai jalanan yang ia lalui. sesekali menjawab bila kedua gadis ini melempar pertanyaan, selebihnya tidak.

apple of my eyes : kthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang