Avoid

853 149 60
                                    


Sudah seminggu di sekolah Mina mati matian menghindari Jeongyeon. Semenjak ciuman hari itu, jantung Mina jadi tidak karuan bila berada di dekat Jeongyeon. Ia yang biasanya bisa begitu dekat dengan Jeongyeon pun sekarang sangat amat berusaha untuk tidak menemuinya. Ia tau Jeongyeon terus menerus mencarinya dan menanyakannya pada teman temannya.

Yang tadinya semua orang bilang 'dimana ada Jeongyeon, disitu ada Mina' saat ini semua berbalik. Dimana ada Jeongyeon, disitu Mina mati matian menghindar. Jeongyeon bahkan selalu datang ke kamar dorm Mina, sehingga Mina harus menumpang di kamar Doyeon dan Seolhyun hingga malam, lalu kembali ke kamarnya saat ia ingin tidur.

Membayangkan wajah Jeongyeon saja ia sudah berdebar tak karuan, bagaimana ia bisa bertemu dengan Jeongyeon?! Namun ntah mengapa makin dihindari, makin penuh otak Mina dengan Jeongyeon. Ia selalu membayangkan kembali bagaimana dulu Jeongyeon memperlakukannya dengan sangat manis. Jeongyeon selalu menjadi tempat sandarannya saat membaca buku, mereka tidur bersama sambil berpelukan, bahkan ia mencium kening Jeongyeon saat gadis itu sakit! Mina benar benar frustasi akan hal itu.

"Sial! masa aku jatuh cinta padanya?!" Mina menolak.

"Tapi kalau tidak, kenapa aku selalu memikirkannya?!"

"Mengapa aku selalu berdebar hebat bila di dekatnya?! Mengapa Ku baru sadar?!"

"Astaga aku benar benar bodoh."

"Membayangkannya dulu begitu sweet padaku membuat aku gila! bagaimana bisa aku tak sadar aku jatuh cinta pada gadis itu?!" Mina merengek di dalam kamarnya sambil merapihkan kopernya untuk besok field trip The Genius.

*Tok tok tok

"Huh? siapa itu?!" Tubuh Mina menegang.

"Mina.." Suara Jeongyeon terdengar dari luar.

"ASDFGHJKL?!!!!!" Mina panik dalam diam.

Ia benar benar salah tingkah. Ia kelabakan kesana kemari dengan jantungnya yang berdebar begitu hebat.

"Mina aku tau kau di dalam." Ucap Jeongyeon yang semakin membuat Mina berdebar.

"Huaaaa bagaimana ini?!!" Panik Mina dalam hati.

"Mina sudah seminggu aku tidak bisa menemuimu. Aku tau kau menghindariku. Tapi aku tak tau kenapa." Ucap Jeongyeon.

"Apakah ini karena kejadian dirumah kakekku? apakah kau marah padaku? apakah ini karna aku menciummu?" Tanya Jeongyeon.

"Mina kau bebas mengomeliku kekeras apapun, tapi tolong jangan hindari aku. Bukankah seharusnya kita bisa bicarakan semua baik baik?" Tanya Jeongyeon.

"Besok kita ada field trip. Kita pasti akan bertemu. Aku tak ingin memaksamu duduk bersamaku saat di bus, atau bahkan satu tenda denganku. Aku akan berusaha membuatmu nyaman. Tidak perlu menghindariku. Aku takkan berusaha selalu dekat dengamu. Tak perlu khawatir, aku takkan memaksamu. Aku hanya ingin melihatmu, aku begitu merindukanmu." Mina memangis dalam diam. Mendengar seluruh ucapan Jeongyeon membuatnya kebingungan dan merasa serba salah.

Ia tak ingin jadi begini akhirnya. Ia mau Jeongyeon yang seperti biasa. Tapi ia juga tak bisa dekat dengan Jeongyeon saat ini. Ia perlu memahami perasaannya sendiri terlebih dahulu.

"Aku akan pergi. Sampai ketemu besok." Ucap Jeongyeon

Setelah cukup lama, Mina pun berdiri dan menghampiri pintu. Ia membukan pintu kamarnya perlahan dan menemukan tas kecil di pegangan pintu berisikan snack snack favorit Mina serta banyak jus apel.

"Aku juga merindukanmu." Mina memeluk tas tersebut.

.
.
.


Benar saja, keesokan harinya mereka berdua bertemu dan Jeongyeon sama sekali tak mengucapkan apapun pada Mina. Mereka hanya bertatapan sekilas dan Jeongyeon bertingkah seperti mereka berdua tak saling kenal. Saat di bus Jeongyeon duduk bersama Irene dan gadis itu terus menerus mengajak Jeongyeon berbicara. Mina yang diam diam memperhatikan mereka berdua terus menerus merasakan cemburu. Ntah mengapa hatinya sangat panas melihat Jeongyeon dengan Irene.

Keduanya bahkan 1 tenda. Saat sesi materi pun Irene terus menerus menempel dengan Jeongyeon. Tak menolak, Jeongyeon pun membiarkan semuanya terjadi begitu saja. Ia selalu tersenyum pada Irene dan masih saja berpura pura tak kenal dengan Mina.

Di hari terakhir field trip, siswi dibagi menjadi beberapa kelompok dengan masing masing 2 orang. Mina kebetulan sekelompok dengan Irene sedangkan Jeongyeon dengan Chaeyoung. Tiap tiap kelompok di minta untuk mencari jejak di gunung Ansan. Panitia sudah menyiapkan peta yang harus di pecahkan dengan rumus rumus matematika. Mereka juga mendapat berbagai misi.

"Sudah sangat sore, 1 team lagi kemana ya?" Tanya miss Tiffany.

"Team siapa yang belum ada ya?" Tanya miss Sunmi pada para siswi.

"Team Mina dan Irene miss." Jawab Jeongyeon.

"Mereka kemana ya?? sudah mau gelap ini, lebih baik kita cari ramai ramai yah." Ajak miss Tiffany yang diikuti seluruh siswi, guru, dan alumni.

sementara itu di lain tempat...

"TOLOOOOOOOOONG!!!" teriak Mina.

"Bagaimana ini mereka tak datang." Panik Irene.

"Luruskan kakimu, Irene. Aku akan berusaha mencari bantuan."

Irene dan Mina terpeleset ke dataran yang lebih rendah sehingga kaki mereka terkilir. Mina masih dapat berdiri sedangkan Irene sama sekali tak kuat untuk berdiri. Dengan kondisi seperti itu, tak memungkinkan ia membopong Irene, karna untuk berjalan pun masih susah baginya.

"Mina, apakah kau menyukai Jeongyeon?" Tanya Irene.

"Huh?" Bingung Mina.

"Aku penasaran karna kau begitu dekat dengannya. Tapi bila pun iya, menjauhlah darinya. Kau lihatkan, hanya aku yang ia pedulikan? Jeongyeon dan aku sebenatar lagi akan berpacaran. Jangan gangu lagi ya gadis manis." Ucap Irene.

"Tipenya bukanlah dirimu. Kau tak tau seberapa cintanya dia terhadapku?" Tanya Irene.

"Iya, aku paham. Lagipula kami tak lagi dekat." Ucap Mina.

"Baguslah, kau sudah terlalu banyak membebankan Jeongyeon. Dia hanya menganggapmu temannya, jangan berlebihan." Ucap Irene.


































voment

Beauty ThoughtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang