"Ayo Jen," Taeyong menggandeng tangan Jennie menuju ke orang tuanya.
"Tuan--"
"Eomma saya nanyain kamu," jelasnya.
Jennie menganggukkan kepalanya canggung.
"Jennie!"
Nyonya Lee memeluknya dengan semangat, sepertinya dia rindu.
Jennie membalas pelukan nyonya Lee.
"Ayo Taeyong," instruksi tuan Lee.
Nyonya Lee berpamitan dengan Jennie, begitu pun dengan Taeyong.
Taeyong kemudian menyambut kedatangan tamu undangan dengan kedua orang tuanya.
"Jen!"
"Rose?"
"Ambil minum yok?"
Jennie mengangguk, mengikuti langkah Rose.
"Red wine?" tawar Rose kepada Jennie.
"Ga usah, lo jangan mabuk Rose, gue gabisa nganter lo pulang."
Rose mengangguk, "orange juice?"
Setelah mendapatkan anggukan dari Jennie Rose mengambil dua gelas orange juice, ia menyodorkan salah satu gelas ke arah Jennie.
Jennie dan Rose melihat kearah panggung ketika mendengar suara Tuan Lee.
"Mari sambut CEO baru kita."
Semua orang bertepuk tangan tak terkecuali Jennie dan Rose.
Malam ini Taeyong terlihat sangat berwibawa, karyawati berbisik-bisik tentang penampilan Taeyong.
"Jen lo ga kencan sama si Taeyong kan?"
"Ga sopan banget mulut lo, didenger orang gimana?"
Rose menaruh jari telunjuknya ke mulut, menyuruh Jennie untuk diam, "gapapa yang penting ga di depan orangnya."
"Gua ga kencan," jawab Jennie jengah.
"Bagus, bisa kali gue deketin anak bos."
Jennie berdecih melihat tingkah Rose, apa dia mempunyai kesalahan masa lalu sehingga dia diberi sahabat seperti ini?
Tak pernah terbayangkan bahwa ia akan mendapatkan sahabat centil macam Rose, sudah centil tua lagi.
"Jen gue ke toilet bentar."
Jennie membalas dengan anggukan singkat, dia mengambil red wine. Entah mengapa ia ingin meminum alkohol tersebut.
"Jen?" seorang lelaki menepuk pundak Jennie.
"Tuan muda?" Jennie melihat Taeyong dengan mata sayunya.
Taeyong menghampiri Jennie karena melihat perempuan tersebut berdiri dengan tidak seimbang.
"Kamu mabuk?" tanyanya berbasa-basi.
"Gue ga mabuk kok hik masa ga tau kalau ada gempa sih?" ucapnya melantur.
Pipi Jennie memerah, efek dari alkohol.
Taeyong mendengus, "gaada gempa Jen."
"Ayo saya antar pulang."
Taeyong menuntun Jennie menuju ke mobilnya. Melindungi kepala Jennie menggunakan agar tidak terbentur oleh atap mobil ketika masuk.
"Wah kok banyak kunang-kunang ya? Tangkapin dong!"
Taeyong melirik Jennie sekilas, memilih memasangkan sabuk pengaman untuk Jennie kemudian menjalankan mobilnya.
Mobil sport tersebut berhenti ketika berada tepat didepan rumah Jennie.
Taeyong membuka seatbelt miliknya, kemudian membuka milik Jennie. Ketika ingin membuka pintu mobilnya tangannya ditahan oleh Jennie.
Jennie mengelus-elus rahang tegas milik Taeyong. Lelaki tersebut berusaha menepis tangan Jennie.
Setelah berhasil menepis tangan Jennie, perempuan itu justru berusaha duduk dipangkuan Taeyong dengan roknya yang sedikit terangkat akibat ulahnya sendiri.
Tok tok tok..
Kaca mobil Taeyong diketuk oleh seseorang.
Taeyong berusaha membuka pintu mobilnya. Setelah berhasil membuka pintu mobilnya ia langsung disuguhi wajah pemuda tampan dihadapannya.
Bukankah itu pemuda tempo hari? Ketika ia sedang bertamu di rumah Jennie?
Pemuda tersebut berusaha mengangkat Jennie dari pangkuan Taeyong, lalu mengeluarkannya dari mobil.
"Terimakasih tumpangannya untuk calon istri saya tuan," ucap Jaehyun dengan nada tidak santainya.
Belum sempat Taeyong membalas ucapan Jaehyun, pemuda itu berlalu dari hadapannya. Dasar tidak sopan.
Jaehyun memapah Jennie menuju ke rumah perempuan tersebut.
Jika boleh jujur, tentu saja perasaanya sedang sangat kacau, melihat Jennie duduk dipangkuan pria lain.
Ya walaupun pernah perempuan itu duduk dipangkuan nya tetapi itu kan karena tidak sengaja.
Bahkan dia sedari tadi menunggu perempuan itu pulang dengan perasaan cemas dan takut, takut apabila perempuan itu melakukan hal yang aneh-aneh dengan tuan itu.
Dan yang benar saja, ketika Jaehyun melihat mobil sport milik Taeyong ia mengintip dari pagar rumahnya, curiga pemilik mobil tersebut yang tidak kunjung keluar, ia menajamkan penglihatan.
Jaehyun tidak tau lagi apa jadinya ketika ia tidak datang di waktu yang tepat.
Ingin marah tapi dia ada hak apa? Toh dia hanya sekedar teman masa kecil dan tetangga perempuan itu.
Dia juga kesal dengan tampilan Jennie yang terkesan seksi.
Dengan wajah bete nya ia membawa Jennie menuju kamar perempuan tersebut.
"K-kamu siapa? Hik kok ganteng banget?" Jennie mengelus-elus rahang Jaehyun.
"Mau minum sayang," perempuan itu merentangkan tangannya meminta Jaehyun untuk menggendongnya.
Jaehyun menggendong Jennie ala koala.
Jaehyun menurunkan Jennie diatas meja makan dengan posisi terduduk, kemudian mengambilkan segelas air.
Setelah meminum air putih tersebut, Jennie menguap.
Jaehyun menggendong Jennie kembali ala koala dengan Jennie yang terus-menerus bergumam tidak jelas.
Pemuda tersebut merebahkan Jennie diatas kasur.
"Jae?"
"Hm?" balas Jae.
Jennie memandangi Jaehyun, men-scan tubuh pemuda itu dari atas kebawah
Perempuan Kim menarik tangan pemuda Jung dengan kuat. Sehingga pemuda itu kehilangan keseimbangannya dan berakhir dengan menindih tubuh Jennie.
Jennie justru memeluk pemuda tersebut. Mendekatkan bibirnya di leher Jaehyun.
"K-kak? S-sadar," Jaehyun mencoba bangkit namun Jennie memeluknya dengan erat.
"Kapan mau nikah sama aku hm?" tanya Jennie dengan posisi wajah berada dileher Jaehyun.
Pemuda itu menghela nafasnya berat, sungguh otak pemuda ini mendadak buntu.
"Katanya mau nikah sama aku.." Jennie mengecup leher Jaehyun lalu menghisapnya layaknya vampir.
-BERSAMBUNG-
Nggantung ya? Wkwk
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian dengan vote dan comment.
Jangan bosen-bosen baca cerita ini ya🙂😭
KAMU SEDANG MEMBACA
BERONDONG• JAEHYUN
Fanfic- Jaehyun × Jennie- "APA! LU SUKA SAMA GUA??!!" "Kakak kalau begitu tambah lucu tau" ‼️WARNING‼️ -Typo bertebaran kayak fakboi yang bertebaran dimana-mana -Bahasa campur aduk kek perasaan gua ke doi --Tolong hargai karya ini dengan vote dan comment...