DUA PULUH SATU

452K 57.6K 13.8K
                                    

Yang Baca Cerita Ini Wajib Follow Instagram :

@gang_diamnd
@wp.martabakkolor
@iiiitaaaa_12

Aku tambahin targetnya biar agak lamaan, soalnya mulai besok aku udah PTS.

1000 vote + 2000 komen untuk next!

Vote-nya imbangin dong.

****

Samuel yang sejak tadi hanya diam sembari memandang keributan di depannya kini berdiri. Cowok itu menatap Bu Kaina datar. Kedua tangannya masuk ke dalam saku celana seragamnya. Headbeand yang melingkar di kepalanya itu menjadi salah satu ciri khas dari seorang Samuel Erlangga.

"Mau saya laporin Papa?" tanya Samuel tanpa merasa segan sedikit pun. "Kalau dibandingkan dengan papa saya yang merupakan pemilik sekolah ini, Ibu bukan apa-apa."

Bu Kaina langsung terdiam. Mulutnya terkunci seolah tidak mampu berkata-kata lagi. Samuel adalah siswa yang paling dirinya hindari. Cowok itu adalah anak dari pemilik SMA Taruna Bakti. Bu Kaina tidak mampu berurusan dengan yang satu itu.

"Saya begini karena Ibu yang mulai. Naura tidak mempermasalahkan, seharusnya Ibu mengerti. Kalau pun Ibu ingin menghukum Ilona, tolong yang wajar-wajar saja. 50 putaran itu bukan hal yang mudah. Lapangan sekolah kita luas banget kalau Ibu lupa. Ini hukuman atau mau buat mati orang?"

Skak mat.

Persoalan seperti ini, Samuel memang tidak ada lawan. Cowok pemberani yang ditakuti oleh seluruh penjuru sekolah itu memiliki aura penuh kekejaman.

"O-oke. Ibu maafkan Ilona untuk kali ini," balas Bu Kaina setengah gugup. Mata tajam bak elang milik Samuel itu membuat dirinya merasa diancam.

"Lo minta maaf sama dia," titah Samuel pada Ilona. Matanya beralih menatap Naura. "Lo juga."

Ilona mengangguk. Ia mengulurkan tangannya ke arah Naura yang langsung disambut lembut oleh gadis itu.

"Gue minta maaf udah mukul lo," ujar Ilona. Sebenarnya, ia ingin mencakar wajah Naura saat ini. Tapi karena ini adalah perintah Samuel yang merupakan seorang ketua di gengnya, Ilona tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain mematuhinya.

"Gue juga minta maaf, Na. Gue bener-bener refleks waktu itu karena terlalu seneng," balas Naura dengan wajah menyesal.

Ilona membalasnya dengan senyuman tipis. Ia menarik tangannya kembali membuat Areksa langsung menggenggam tangan gadis itu.

"Udah selesai, kan?" Samuel menaikkan sebelah alisnya.

Bu Kaina mengangguk walaupun terlihat dari wajahnya kalau guru Bahasa Indonesia itu masih tidak terima. "Ibu permisi dulu," katanya.

Bu Kaina menarik tangan Naura untuk ikut bersamanya. Melihat kepergian dua orang itu membuat Areksa menghela napas lega. Ia menepuk dua kali pundak Samuel.

"Thanks, Bro. Lo emang selalu punya solusi tiap gue punya masalah," ujar Areksa kepada Samuel.

"Santai aja," balas Samuel dengan wajah tenangnya. Ia mengambil tas hitamnya yang berada di atas meja kantin. "Yok, cabut," perintahnya.

Samuel melangkahkan kaki dari kantin tanpa menunggu persetujuan dari sahabat-sahabatnya.

Canva dan Marvin yang baru saja kembali itu langsung mengambil tas mereka masing-masing kemudian berlari mengejar Samuel yang sudah berada di depan.

"Duluan, Sa," ujar Farzan yang hendak pergi bersama Marvel.

"Yoi," balas Areksa.

"Tugas gue udah lo kerjain, Sa?" tanya Ilona sembari memakai tas di pundaknya.

AREKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang