ENAM BELAS

480K 59.8K 13.1K
                                    

Yang Baca Cerita Ini Wajib Follow Instagram :

@gang_diamnd
@wp.martabakkolor
@iiiitaaaa_12

1000 vote + 1000 komen untuk next!

                                   ****

"ILONA TADI DI KAMAR MANDI, KAN? KOK NGGAK ADA?"

Areksa langsung bangkit dari duduknya setelah mendengar teriakan heboh dari Canva yang baru saja kembali dari kamar mandi. Cowok yang sekarang tengah memakai kaos putih polos itu berjalan cepat menuju kamar mandi.

"NA?!" panggilnya terdengar tidak sabaran. Areksa berdecak khawatir. Tangannya mengacak rambutnya kesal karena di sana memang benar-benar tidak ada Ilona.

"Beneran nggak ada?" tanya Samuel yang datang bersama yang lainnya.

Areksa menggeleng pelan. Matanya mengedar lalu fokus pada pintu belakang markas yang sedikit terbuka. Perasaannya mengatakan kalau Ilona pasti keluar dari sana.

"Kita cek ke belakang," titah Areksa kemudian berjalan mendekati pintu itu. Ia membukanya lebar-lebar. Halaman belakang markas mereka ditumbuhi oleh semak-semak belukar. Memberikan kesan mengerikan karena tidak ada pencahayaan di sana.

"ILONA?!" teriak Canva berusaha mencari gadis itu.

"Sumpah, ya. Gue bener-bener nggak habis pikir. Sejauh ini gue masih belum paham sama keadaan sekarang," ujar Marvin mencurahkan isi hatinya seraya terus melangkahkan kaki mencari Ilona.

"Kenapa harus Ilona yang diganggu? Kenapa bukan lo aja, Can?" tanya Farzan.

"Anjir lo, bangke! Lagi genting juga sempet-sempetnya lo bercanda. Emang nggak ada akhlak lo, dasar tarzan!" balas Canva menggebu-gebu.

Mendengar keributan di sekitarnya itu membuat Samuel langsung menatap si pembuat onar dengan tatapan tajamnya. Cowok itu menghunuskan pandangannya pada Canva dan juga Farzan.

"Ampun, El," ujar Farzan seraya menangkupkan tangannya di depan dada.

Areksa menghela napas panjang melihat kelakuan sahabatnya itu. Cowok itu menatap ke arah Marvel yang tengah mengedarkan pandangannya ke sekitar.

"Vel. Gue tau lo pinter soal ginian," ujar Areksa pada Marvel.

"Ilona nggak mungkin pergi tanpa ngasih tau kita," balas Marvel.

"Bener-bener nggak beres." Marvin berujar resah.

"Cari dulu. Nggak usah bacot," balas Marvel kemudian melangkah maju ke depan.

Mereka berenam berjalan mengitari halaman belakang. Hingga pada akhirnya sampai di jalan raya yang terlihat begitu sepi dan sunyi. Jalan itu memang jarang sekali dilewati lantaran terlalu banyak perampok dan begal yang kerap berulah di sana.

"EKSA!!!"

Teriakan yang begitu familiar di telinga Areksa itu membuat cowok itu menoleh ke arah sumbernya. Beberapa meter dari tempat Areksa dan yang lainnya berdiri ada Ilona yang terduduk di atas aspal seraya melambaikan tangan.

"Itu Ilona anjir!" ujar Canva yang langsung mendapat anggukan dari yang lainnya. Mereka semua berlari menghampiri gadis itu. Areksa lah yang paling panik di sana.

Cowok bertubuh tegap itu langsung menumpukan lututnya di atas aspal untuk memeluk tubuh Ilona yang terduduk mengenaskan. Jantung cowok itu berdebar kencang, menandakan betapa khawatirnya dirinya sekarang.

"Lo kenapa bisa di sini, Na?" Areksa memperhatikan tubuh Ilona untuk memastikan bahwa gadisnya itu baik-baik saja. Pandangannya terpaku pada lutut Ilona yang terdapat luka sobekan yang lumayan lebar.

AREKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang