DUA BELAS

502K 68.6K 10.9K
                                    

1000 vote + 500 komen untuk next!

Kalo semua yang baca cerita ini selalu kasih vote+komen pasti cepet.

                                ****

Keenam inti Diamond untuk menatap ratu mereka yang tengah tertidur dengan pandangan tidak tega. Mereka kini tengah berada di ruang UKS. Menurut pikiran mereka, si peneror itu benar-benar sudah keterlaluan. Bahkan gadis sepemberani macam Ilona saja bisa dibuat ketakutan setengah mati.

Areksa yang paling tertekan di sini. Selain disibukkan dengan kegiatan organisasi, ia juga harus ikut menghadapi masalah yang menimpa Ilona akhir-akhir ini.

"Mulai sekarang, jangan pernah biarin Ilona sendirian. Peneror itu ngincer Ilona. Kita harus jagain dia," ujar Samuel mengusulkan.

Areksa mengangguk setuju. "Jujur, gue bingung sama keadaan sekarang. Motif peneror itu gangguin Ilona buat apa?"

"Sebelumnya, hal kayak gini nggak pernah terjadi. Musuh kita cuma anak-anak Chayton. Selain itu, apa ada lagi?" sahut Canva bertanya-tanya dalam pikirannya.

Samuel menggeleng. "Kita nggak punya musuh selain mereka."

"Kalau dia ngincer Ilona, berarti ini ada hubungannya sama Renzo. Gue yakin itu!" seru Farzan.

"Gue pusing banget, asli. Mana tadi cewek-cewek gue pada minta kencan," timpal Marvin sekalian curhat.

"Nggak usah bahas masalah cewek-cewek lo di sini." Canva menatap tajam ke arah Marvin.

"Lu sensi mulu kalau gue bahas cewek. Jangan-jangan lo homo, ya?!" terka Marvin. Ia menjauhkan tubuhnya dari Canva.

"Iya! Gue suka sama lo!" balas Canva yang merasa gemas dengan sikap Marvin.

"Anjir, yang bener lo?!" Farzan terkaget.

"Ya kagaklah! Ya kali gue suka sama yang modelan kayak Marvin." Canva memutar bola matanya malas.

"Modelan gimana maksud lo?" tanya Marvin yang sudah memiliki perasaan tidak enak.

"Modelan SGM kayak lo. Sinting, gila, miring," balas Canva kemudian terkiki geli.

"Sialan," umpat Marvin tak tertahan.

Marvel yang sejak tadi hanya diam kini berdeham pelan. Ia menatap ke arah yang lainnya dengan serius. "Percaya atau nggak percaya, ini ada hubungannya sama balas dendam."

                                  ♥   ♥   ♥

Malam pun tiba. Selepas pulang dari rumah Areksa, Ilona melihat sebuah kotak berwarna hitam terletak di depan pintu rumahnya. Karena penasaran dengan apa isinya, Ilona pun memutuskan untuk mengambilnya. Kini, gadis yang sekarang memakai baju tidur bermotif kambing itu menatap bingung ke arah kotak hitam yang dirinya temukan.

"Buka nggak, ya?" tanya Ilona merasa bimbang, "kalau isinya sama kayak waktu itu gimana?"

Ilona menggigit bibir bawahnya kuat. Ia ingin memanggil Areksa, tapi sepertinya cowok itu cukup kelelahan hari ini. Ilona tidak ingin menambah beban Areksa.

"Buka aja ah." Ilona membuka penutup kotak itu secara perlahan. Matanya sedikit terpejam seraya terus membuka penutup itu hingga benar-benar terbuka sempurna.

Ilona membulatkan matanya. Ia menatap isi kotak itu dengan pandangan setengah tidak percaya. Itu adalah foto-foto dirinya dan Lorenzo. Dari mana si peneror itu mendapatkannya? Ilona bahkan sudah menghapus semua foto dirinya dan Lorenzo.

Dengan tangan gemetar, Ilona mengambil secarik kertas yang ada di sana.

Die.

AREKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang