ENAM

619K 68.6K 13.2K
                                    

Note : Baca Chap 5 dulu.

                                   ***

"Eksa? Ngapain ke sini?" tanya Ilona pada Areksa yang entah sejak kapan duduk di atas kasurnya. Ia berjalan mendekat ke arah cowok itu, lalu duduk di sampingnya.

Areksa mengulas senyuk tipis. "Nggak boleh, hm?" tanyanya seraya menyibak rambut Ilona ke belakang.

"Udah malem, emangnya lo nggak belajar? Biasanya aja belajar sampai tengah malem." Ilona mencebikkan bibirnya.

Areksa tertawa kecil. "Maunya sama lo."

Ilona memutar bola matanya malas. Ia menatap Areksa ogah-ogahan. "Gue bukan cewek yang mudah baperan!"

"Siapa yang baperin lo? Kayaknya nggak ada."

Ilona melotot. "Nyebelin lo!"

Areksa tertawa lagi. Ia menatap Ilona dengan tatapan teduh. Tatapan hangat yang hanya ia berikan kepada Ilona dan keluarganya sendiri.

"Tante Gina sama Om Rean hari ini pulang, ya?" tanya Areksa untuk memastikan.

Air muka Ilona langsung berubah muram. Kepalanya mengangguk pelan. Kedua orang tuanya itu memang jarang sekali pulang. Mereka bertiga-termasuk Alana-lebih sering menginap di kantor. Alasannya hanya singkat, mereka ingin menghemat waktu.

"Na," panggil Areksa.

"Iya?"

"Gue takut, Na."

Ilona memandang Areksa bingung. Dahinya mengernyit, tanda tak paham dengan apa yang Areksa katakan. "Kalau ngomong jangan setengah-setengah!"

"Gue takut kalau ... dia balik lagi."

Kalimat itu berhasil membuat Ilona diam.

                              ♥  ♥  ♥

"SELAMAT PAGI DUNIA TIPU-TIPU!"

"Diem lo, Gembel!" Marvin menempeleng kepala Canva, membuat cowok itu mengaduh kesakitan karenanya. Ia tertawa melihat muka kocak milik sahabatnya itu.

"Lo punya dendam apa sih, sama gue?" tanya Canva yang sudah merasa jengah dengan Marvin.

"Nggak ada. Gue cuma eneg sama kejomloan lo itu." Marvin merangkul pundak Bella-pacar barunya, "kayak gue dong. Cewek baru nih."

Farzan yang melihat itu pun hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Bella itu termasuk dalam deretan cewek populer di sekolah. Jurus buaya milik Marvin memang tidak lagi bisa diragukan.

"Lo dipelet ama dia, Bel?" tanya Canva, penasaran.

Bella menggeleng pelan. "Kemarin gue gabut, jadi asal nerima dia aja deh."

Mereka yang mendengar jawaban dari Bella itu pun tertawa kompak. Ini nih kalau pasangan playgirl dan playboy dipertemukan. Kehebohan yang mereka ciptakan itu berhasil membuat perhatian dari siswa siswi SMA TB tertuju ke arah mereka. Itu bukan hal baru, mereka sudah bisa menjadi pusat perhatian orang-orang.

"Gue juga gabut macarin lo, Bel. Kita berdua sama-sama iseng. Mayan buat nambah list daftar mantan," balas Marvin kemudian terkikik geli.

"Gila, gila!" Farzan bertepuk tangan heboh.

"Awas kena azab, Vin," peringat Samuel kepada sahabat cap buayanya itu.

"Selagi bisa semua, kenapa harus satu? Selagi gue bisa dapetin banyak cewek, kenapa harus milih satu?" balas Marvin dengan bangganya.

"Titisan Mbak Nana!" sahut Canva.

"Titisan setan," ralat Areksa yang baru saja selesai memberi makan Ilona. Kedua pasangan beda keyakinan itu terlihat begitu sempurna.

"Sa, kayaknya Atlanta perlu gue didik sama dia. Marvin udah pengalaman, pasti dia jago buat ngajarin Atlanta," ujar Ilona. Senyumnya merekah sempurna, membayangkan akhlak Atlanta di kemudian hari.

"Lo mau nyesatin adek gue? Mau gue buang ke rawa-rawa?" Areksa mendengkus pelan. Hidupnya ngenes, dikelilingi oleh orang-orang not have akhlak macam mereka semua.

"Ide bagus, tuh, Na." Marvin mengangguk-anggukkan kepalanya sembari berpikir, "Atlanta harus jadi generasi penerus gue!" Cowok itu menepuk dadanya bangga.

"Kapan-kapan gue ajakin lo buat ngasih pelajaran ke Atlanta untuk menjadi seorang buaya daratan!" balas Ilona dengan semangat.

Areksa tersenyum mengerikan. "Baby Ona ...."

Ilona bergidik ngeri karena Areksa mengelus lehernya penuh nafsu. Kalau Areksa sudah memanggilnya dengan sebutan tadi, itu tandanya dunia sedang tidak baik-baik saja!

"Eksayang nggak boleh nakal, mau gue babat pakai golok?" tantang Ilona tidak ingin kalah.

"Oh iya!" ujar Farzan tiba-tiba. Semuanya menoleh ke arahnya dengan pandangan bertanya, "tadi pagi gue ketemu Raskal," lanjutnya.

"Terus?" Samuel mengangkat sebelah alisnya.

"Dia nggak macem-macem sih. Cuma mastiin ke gue kalau ... Ilona kena teror," balas Farzan memberi tahu sahabatnya.

Areksa mengerutkan keningnya. "Dari mana dia bisa tau?"

"Ya elah, Sa. Raskal itu punya banyak mata-mata di sekitar kita," balas Farzan.

Ilona berdeham pelan lalu memperbaiki posisi duduknya dengan benar. "Jangan omongin masalah kayak gini di sini." Ia menatap Bella yang tengah asyik memakan mi gorengnya.

"Bahaya," lanjut Ilona.

                                ♥  ♥  ♥

"INNALILLAHI! WOY ADA KEPALA KELINCI DI KAMAR!!" Canva berteriak heboh dan berlari ke arah anak-anak DG yang sedang nongkrong di depan. Canva langsung menjadi pusat perhatian mereka semua.

"Kepala kelinci apaan?" tanya Samuel dengan kernyitan di dahinya.

"Kalian lihat sendiri aja deh! Mana darahnya banyak banget, bikin gue mau muntah!" Canva membungkuk dengan napas ngos-ngosan.

Ilona yang duduk di antara anak-anak DG itu pun langsung berdiri. Jiwa keponya berkoar-koar setelah mendengar penuturan Canva tadi. Bersama dengan yang lain, gadis itu masuk ke salah satu kamar yang ada di markas mereka.

"Kok bisa?!" pekik Ilona merasa heran. Ia berjongkok kemudian mengambil kepala kelinci yang berlumuran darah itu menggunakan satu tangannya. "Sejak kapan ada kelinci bunuh diri di sini?"

"Pale lo bunuh diri," ujar Marvin.

Areksa masih diam di tempat. Begitu juga dengan Samuel. Keduanya sama-sama heran. Padahal, tidak ada orang lain yang masuk ke sini kecuali anak-anak Diamond.

Ada banyak darah yang berceceran di atas lantai dan juga sprei.

"Gue yakin ada yang bikin ulah di sini!" Samuel mengepalkan dua tangannya begitu erat, "kalau sampai gue tau siapa pelakunya, dia bakalan habis saat itu juga."

Areksa menatap bingung ke arah sekelilingnya. "Sebelumnya ... nggak pernah ada kejadian kayak gini. Ini langka dan pertama kalinya terjadi."

Marvel yang berdiri di samping Areksa itu pun mengangguk. Mata cowok itu mengedar, lalu berhenti pada sebuah cermin yang berada di pinggir jendela kamar.

"Baca," ujar Marvel kepada Areksa. Tangannya menunjuk ke arah cermin itu. Mereka semua langsung mengikuti arah tunjuk Marvel dan sama-sama terkejut setelah membaca tulisan di sana.

Ratunya Diamond harus ... mati.

Mereka kompak menoleh ke arah Ilona.

"Gue?" tanya Ilona seraya menunjuk dirinya sendiri.

♥ ♥ ♥

Ayo kita main-main

AREKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang