DUA PULUH DUA

484K 59.8K 43.3K
                                    

Yang Baca Cerita Ini Wajib Follow Instagram :

@gang_diamnd
@wp.martabakkolor
@iiiitaaaa_12

Aku tambahin targetnya biar agak lamaan, soalnya aku lagi PTS.

1000 vote + 2000 komen untuk next!

Vote-nya imbangin dong.

                                     ****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


****

Rabu, 24 Oktober 2018.

Sepulang sekolah, seluruh anggota Diamond Gang berkumpul di markas untuk bersiap-siap pergi ke lapangan tempur. Dengan berbalut jaket kebanggaan, mereka semua berbaris rapi untuk mendengarkan komando dari Samuel juga Areksa.

"Kita pakai strategi kayak biasanya. Gue yakin geng mereka belum tau," ujar Samuel dengan serius. Matanya beralih menatap Ilona yang menyenderkan kepala di bahu Marvin.

"Na, lo jangan jauh-jauh dari kita," peringat Samuel kepada gadis itu.

Ilona mencebikkan bibirnya. "Jangan anggep gue lemah, ya," balasnya tak terima.

"Bukan gitu. Sekuat apa pun, lo itu tetep cewek," balas Samuel.

"Ilona tanggung jawab gue." Areksa yang berdiri di samping Samuel itu menepuk pundak sahabatnya.

Samuel mengangguk pelan. "Kita harus saling bantu, jangan sampai main individu."

"Meskipun pasukan kita kalah jauh sama mereka, tetep pastikan kalau hari ini Diamond harus menang!" imbuh Areksa dengan aura penuh wibawa.

"SEMBOYAN DIAMOND!"

"WE ARE DIAMOND GANG! FRIENDSHIP IS THE MAIN THING!"

Areksa dan Samuel saling tatap. Keduanya melakukan tos ala lelaki. Mereka itu memang saling melengkapi. Samuel tidak mampu berdiri jika tidak ada Areksa. Begitu pun sebaliknya. Rasa solidaritas yang tinggi memang sudah ditanamkam oleh orang tua mereka yang merupakan bagian dari pendiri Diamond.

"Sukses, El."

"Sukses buat kita semua," balas Samuel.

"Kita berangkat sekarang?" tanya Marvin yang berdiri di samping Ilona.

"Tahun depan juga bisa, Vin. Lo bego jangan banyak-banyak. Bagi ke Farzan dikitlah," balas Canva lalu tertawa.

"Pale lo," cibir Farzan tidak terima. Ia menatap ke arah Canva dengan sengit. "Otak gue udah minim sama pelajaran. Nggak usah nambah-nambahin."

"Ssssttttttt." Ilona menempelkan jari di mulutnya. Menyuruh kedua sahabatnya itu untuk diam. "Jangan berisik. Suara kalian jelek, kayak kaleng rombeng."

Canva melotot. "Kalau pawang lo bukan Reksa, udah gue tendang lo sampai Selat Malaka," balasnya tidal terima.

Ilona menjulurkan lidahnya juga membuat matanya menjadi juling. "Wle," ledeknya.

AREKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang