EMPAT PULUH TIGA

386K 53.3K 32.4K
                                    

Yang Baca Cerita Ini Wajib Follow Instagram :

@areksa.drgntr
@queenilona_ladeika
@gang_diamnd
@wp.martabakkolor
@iiiitaaaa_12

7k vote + 10k komen untuk next!

Komen tiap paragraf, ya! 😍

ABSEN DULU PAKAI WARNA BAJU YANG SEKARANG LAGI KALIAN PAKAI!

****

"NAURA!"

Panggilan dari belakang itu membuat Naura menghentikan langkahnya. Gadis itu membalikkan tubuhnya ke belakang dan menatap bingung Areksa yang tengah berlari ke arahnya.

"Ada apa?" tanya Naura setelah cowok itu sampai di sampingnya.

Tidak ingin berlama-lama, Areksa segera mengambil sebuah kunci di sakunya. "Titipan dari Bu Kaina, Beliau ada urusan dan nyuruh gue kasih kunci rumah ini ke lo."

Naura membulatkan mulutnya paham. Ia menerima uluran kunci rumah miliknya itu dari Areksa. "Makasih, Sa."

Areksa mengangguk sebagai jawaban. Tatapan matanya mengarah pada setangkai mawar yang diberi pita kecil di tangan Naura. "Buat siapa?"

Karena merasa malu, Naura pun menyembunyikan mawar itu di belakang punggungnya. Gadis itu tersenyum canggung. "B-bukan buat siapa-siapa," balasnya terdengar gugup.

Areksa tertawa pelan karena mengingat sesuatu. "Jadi, lo yang suka naruh bunga mawar di lokernya Marvel?"

"REKSA!" teriak Naura refleks. Ia benar-benar malu sekarang ini. Dirinya yakin kalau kedua pipinya sudah memerah seperti tomat.

Areksa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan gadis itu. "Jujur aja, Nau. Lo udah gue anggep kayak saudara gue sendiri."

Naura mencebikkan bibirnya lucu. "Awas kalau lo ngadu sama dia."

Lagi-lagi Areksa tertawa. "Rahasia lo aman sama gue. Jadi ... sejak kapan?"

Naura menundukkan kepalanya malu. "Sejak kelas sepuluh."

Areksa membulatkan mulutnya agak kaget. "Lama juga, ya."

"Mau gimana lagi? Marvel aja nyeremin. Bisa-bisa gue dimakan kalau nggak diam-diam kayak gini," balas Naura sedikit ngenes.

Areksa menepuk pundak gadis itu pelan. "Kita nggak bisa nebak perasaan dia. Semoga berhasil. Gue pulang dulu, ya. Mau ketemu bayi gue."

Setelah mengatakan itu, Areksa buru-buru pergi dari hadapan Naura. Dengan sorot meneduhkan, Naura menatap kepergian cowok itu. "Harusnya, Ilona ngerasa beruntung punya cowok kayak Areksa. Andai Marvel bisa kayak dia."

*****

"Mau ngapain kamu? Pulang sana!" sentak Rean, menatap penuh amarah kepada Areksa.

"Bentar aja, Om. Cuma mau mastiin keadaan Ilona baik-baik aja atau enggak," pinta Areksa yang sejak tadi berdiri di depan rumah Ilona.

"Tidak bisa! Ilona harus dikurung biar nggak bergaul sama kamu!" balas Rean masih tetap pada pendiriannya.

Areksa menghela napas berat. Orang tua yang satu ini memang paling keras kepala. "Lima menit."

"Saya bilang tidak, ya, tidak! Ngeyel saja kamu!" balas Rean.

Kedua bahu Areksa merosot lemas. Mau usaha seperti apa pun, jika Rean masih seperti itu, maka percuma saja. Ia memutuskan untuk kembali ke rumah. Jujur, ia merasa rindu dengan Ilona.

AREKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang