TIGA

803K 74.7K 24.9K
                                    

Ilona mengusap rambutnya yang setengah basah. Pagi-pagi seperti ini dirinya sudah selesai memandikan kambing peliharaannya. Senyum lebar yang terpatri di bibir gadis itu menjadi pertanda kalau Ilona begitu bahagia. Bobo—kambing kesayangannya—semakin terlihat tampan pagi ini.

"Bo, berhubung lo udah ganteng kayak Eksa, gue mau panggilin peliharaannya Raja Ayam buat tanding sama lo," kata Ilona, mengajak berbicara Bobo.

"Embeekkkk," sahut Bobo.

Ilona tertawa. Kambingnya itu seolah mengerti dengan apa yang dirinya ucapkan. "Udah ganteng, pinter, nurut, mirip Eksa banget ish. Gemes."

Kurang ajar memang. Bisa-bisanya seorang Areksa disamakan dengan Bobo yang merupakan seekor kambing.

"WOI RAJA AYAM!" teriak Ilona dengan lantang. Azzam—tetangganya—menoleh ke arahnya dengan tatapan kemusuhan.

"APA LO, SILUMAN KAMBING!" balas Azzam tidak mau kalah.

"MANA PASUKAN AYAM WARNA-WARNI LO?! KITA TANDING SEKARANG! 2000 AYAM LAWAN SATU EKOR KAMBING!!"

"AYAM GUE TINGGAL 1999 KARENA YANG A UDAH GUE KASIH KE CEWEK GUE!" balas Azzam memberi tahu. Kemarin saat dirinya menyatakan perasaan kepada kekasihnya, ayam yang menjadi nomor satu dalam hidupnya, ia berikan kepada kekasihnya itu. Omong-omong, ayam yang sebelumnya bernama A, kini sudah berganti dengan nama Zares. Azzam dan Resti.

"GUE NGGAK PEDULI! SEKARANG JUGA, AYO KITA TANDING!" tantang Ilona dengan dagu yang ia angkat tinggi-tinggi. Lengan bajunya ia gulung sampai bahu.

Azzam memutar bola matanya malas. "Sori, gue mau me time sama ayam-ayam gue, wle!"

Azzam menunggingkan pantatnya untuk mengejek Ilona. Tidak terima diperlakukan seperti itu, Ilona pun langsung mengambil ember berisi air sisa yang ia gunakan untuk memandikan Bobo tadi. Tanpa lama-lama, Ilona segera berlari dan menyiramkan air itu di tubuh Azzam.

"SETAN LO, SETAN!!" maki Azzam dengan wajah memerah padam. Sekujur tubuhnya kini sudah basah kuyup. Tetangganya yang satu itu memang patut disebut dengan nama SETAN!

Ilona tertawa puas. Tidak ingin kena amukan dari Azzam, gadis itu pun berlari menyeberang jalan. Menghampiri rumah Areksa yang berada di depan rumahnya.

"EKSAYANG!!! BUKA PINTUNYA CEPET!!" teriak Ilona sembari menggedor-gedor pintu rumah milik Areksa. Bar-bar pisan euy!

"Astaga, Ilona. Kamu kenapa kayak gembel begini?" tanya Clarissa kepada Ilona setelah membukakan pintu untuk gadis itu.

Sebelum menjawab pertanyaan dari mamanya Areksa itu, Ilona langsung masuk ke dalam rumah. "Ilona baru selesai mandiin Bobo. Tapi tiba-tiba ada orang gila ngamuk jadinya Ilona lari ke sini. Hehehe."

Setan memang. Sekarang Azzam yang disamakan dengan orang gila.

Clarissa menggeleng-gelengkan kepalanya dengan tawa kecilnya. Ia pun menarik tangan Ilona untuk ikut bersamanya menuju ruang makan. Di sana sudah ada Areksa dan juga Arseno—suaminya.

"Pagi, Om. Pagi, Eksa," sapa Ilona dengan riang. Kehadirannya langsung disambut dengan senang hati oleh Areksa dan Arseno. Mereka semua sudah seperti keluarga sendiri.

"Duduk dulu, Na. Kita makan sama-sama, ya," titah Clarissa yang langsung dituruti oleh Ilona.

"Ilona emang niat mau makan di sini, Tante," balas Ilona tidak tahu diri. Setidaknya berpura-pura sedikit apa tidak bisa? Selain tidak tahu diri, Ilona juga tidak tahu malu. Ckckck.

"Orang tua kamu nggak pulang?" tanya Arseno merasa penasaran.

Ilona menggeleng pelan dengan tangan yang sibuk mengambil lauk pauk. "Semalam mereka ada acara. Ulang tahun perusahaan katanya."

AREKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang