TIGA PULUH

406K 50.3K 28.6K
                                    

Yang Baca Cerita Ini Wajib Follow Instagram :

@areksa.drgntr
@queenilona_ladeika
@gang_diamnd
@wp.martabakkolor
@iiiitaaaa_12

2000 vote + 2000 komen untuk next!

****

Terik matahari yang menyengat kulit itu membuat siswa-siswi SMA Taruna Bakti tidak berhenti mengeluh. Upacara hari Senin sebentar lagi akan selesai. Membuat mereka sudah tidak sabar untuk segera masuk ke dalam kelas. Mendinginkan badan di sana karena seluruh ruangan yang ada di SMA Taruna Bakti pasti mempunyai 2 AC.

"Untuk yang tidak memakai atribut lengkap, dimohon untuk tetap berada di lapangan."

Suara milik Areksa menginterupsi siswa-siswi yang mulanya sudah bersiap pergi dari lapangan. Mereka yang memakai atribut lengkap tentu langsung kembali ke dalam kelas setelah mendengar perintah Areksa. Ada sekitar dua puluh murid yang masih bertahan pada posisi mereka. Termasuk Ilona, Marvin, dan Canva yang sama-sama tidak membawa topi upacara.

"BARIS DI TENGAH DENGAN RAPI! SAYA HITUNG SAMPAI TIGA! SATU ...."

Dua puluh murid yang tidak memakai atribut lengkap itu langsung memposisikan diri mereka di tengah lapangan dengan cara berbaris rapi.

"DUA ... TIGA!"

Barisan dua puluh murid itu sudah terbentuk rapi. Areksa dan Naura berdiri di hadapan mereka semua. Langkah kaki Areksa mulai berjalan mendekat ke arah dua puluh murid itu. Diikuti oleh Naura yang terlihat lemas di belakangnya.

"Catet nama mereka sekalian sama alasannya," titah Areksa yang langsung diangguki kepala oleh Naura.

Pasangan ketua dan wakil OSIS itu mulai menghampiri satu persatu murid yang melanggar aturan.

"Niko, X IPS 1. Kenapa tidak membawa dasi?" tanya Naura kepada salah satu murid cowok.

"Dasi saya diambil tikus, Kak," balas Niko dengan jujur.

Areksa memutar bola matanya malas. "Kenapa nggak beli?" tanyanya.

"Uang saya nggak cukup, Kak. Dasi di sini mahal," balas Niko lagi.

Areksa yang mendengar itu hanya bisa menggelengkan kepalanya. Cowok itu merogoh saku seragamnya lalu mengambil selembar uang lima puluh ribuan di sana. "Buat lo. Habis gue hukum nanti langsung beli dasi," ujarnya.

Niko menerima uang dari Areksa dengan senang hati. Kapan lagi ia mendapat rezeki nomplok seperti ini? "Terima kasih, Kak," katanya seraya menundukkan kepalanya sedikit.

Areksa mengangguk sekilas. Naura yang sudah selesai mencatat Niko itu langsung beralih ke arah Canva. "Kenapa nggak pakai topi?" tanyanya tanpa basa-basi.

"Lupa. Kebanyakan pikiran gue," balas Canva dengan santainya.

Naura menggeleng-gelengkan kepalanya heran. Setelahnya, ia mencatat nama Canva di daftar catatan hitam di tangannya. Beberapa kali gadis itu berdecak resah. Kepalanya terasa pusing karena terlalu lama berada di bawah sinar matahari.

"Kenapa nggak bawa topi?" Areksa bertanya kepada Ilona yang melamun sejak tadi. Gadis itu mengangkat kepalanya saat Areksa sudah tiba di hadapannya.

"Males," balas Ilona dengan wajah lempeng.

"Lain kali jangan sampai lupa," peringat Areksa kemudian tersenyum tipis. Ia memang lupa untuk mengingatkan Ilona pagi tadi.

Naura yang mulai merasa ada yang aneh dalam pernapasannya itu mati-matian menahan diri untuk tidak tumbang. Gadis itu masih mencatat dengan tangan gemetar. Areksa yang merasa aneh dengan Naura itu pun langsung memegang kedua bahu gadis itu.

AREKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang