DUA PULUH LIMA

459K 52.4K 14.6K
                                    

Yang Baca Cerita Ini Wajib Follow Instagram :

@gang_diamnd
@wp.martabakkolor
@iiiitaaaa_12

Aku tambahin targetnya biar agak lamaan, soalnya aku lagi PTS.

1000 vote + 2000 komen untuk next!


****

"ZURA!"

Ilona berteriak kencang ke arah Azura yang berdiri di pinggir jalan. Gadis yang sekarang rambutnya dikuncir dua itu menatap Ilona yang tengah melambaikan tangan dengan tatapan riang.

"ILONA! BANTUIN AKU NYEBERANG JALAN! AKU UDAH SETENGAH JAM BERDIRI DI SINI!" teriak Azura balik, berniat meminta tolong kepada Ilona. Dirinya memang belum mahir dalam urusan menyeberang. Dikurung selama tujuh belas tahun layaknya seperti Rapunzel membuatnya belum paham betul dunia luar.

Ilona menganggukkan kepalanya. Gadis itu menyeberangi jalan dengan cepat membuat Azura menggeleng tak percaya. Kenapa dirinya tidak bisa seperti Ilona?

"Ilona, kamu harus hati-hati. Nanti kamu bisa gepeng kalau dilindes sama mobil. Kalau kamu gepeng, nanti kamu pasti mati. Kalau kamu mati, nanti Eca frustrasi. Kalau Eca frustrasi—"

"Diem lo, Jamet," serobot Ilona sebelum Azura semakin menjadi. Ia menggandeng tangan gadis itu. Pandangannya menoleh ke samping kiri dan kanan. Setelah dirasa tidak ada lagi kendaraan yang akan lewat, Ilona buru-buru mengajak Azura berlari bersamanya.

"Hah, hah." Napas Azura ngos-ngosan. "Tadi itu keren banget, Na! Ajarin aku biar jadi orang keren kayak kamu dong!" katanya dengan heboh.

Ilona memutar bola matanya malas. "Cuma nyeberang jalan doang, Ra. Lo yang terlalu bego."

"Kamu harus ajarin aku. Soalnya Baby El selalu nolak buat ngajarin aku nyeberang jalan. Katanya, dia malu punya tunangan kayak aku. Padahal aku kan cantik, baik, imut, nggak sombong, wangi, seksi."

"DIEM, ZURA!" teriak Ilona dengan kencang. Ia bisa stres jika terus-terusan berhadapan dengan Azura.

"Ih, kamu kasar." Azura menatap tak suka ke arah Ilona.

"Denger, ya, Zura. Gue tuh pusing denger lo ngoceh terus. Kalau lo mau jadi orang keren, lo harus bersikap cool. Kayak gue misalnya." Ilona menepuk dadanya bangga.

"Berarti, aku harus diam?" tanya Azura.

Ilona mengangguk. "Anak pintar! Sekarang, ayo kita pergi ke kelas."

Azura tersenyum sebagai balasan. Keduanya mulai berjalan menuju di mana kelas mereka berada.

"Kenapa lo nggak berangkat bareng Samuel?" tanya Ilona.

Azura hanya diam saja.

"Lo udah sarapan belum, Ra?"

Azura hanya diam saja.

"PR MTK kemarin udah lo kerjain belum? Kalau udah, gue mau nyontek dong. Kemarin Eksa nggak sempet ngerjain tugas gue."

Azura tetap diam.

Ilona yang merasa diacuhkan itu menoleh ke arah Azura yang menatap lurus ke depan. "Lo budeg, ya, Ra?"

Azura menoleh ke arah Ilona. "Tadi 'kan kamu nyuruh aku buat diem," ujarnya berbisik.

Ilona menghelas napas sabar. Ia tersenyum melas ke arah temannya itu. "Pantes El sering ngeluh. Ternyata ngomong sama lo capek juga, ya."

"Capek kenapa?"

"NGGAK!" sentak Ilona kelepasan. Tekanan darahnya benar-benar meninggi akibat Azura.

"Dasar nggak jelas, aneh," cibir Azura pelan.

AREKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang