TIGA PULUH SATU

403K 51.1K 25.1K
                                    

Yang Baca Cerita Ini Wajib Follow Instagram :

@areksa.drgntr
@queenilona_ladeika
@gang_diamnd
@wp.martabakkolor
@iiiitaaaa_12

2000 vote + 2000 komen untuk next

****

Kelihatan dari postingannya, Areksa sedang depresot gais 👇

Kelihatan dari postingannya, Areksa sedang depresot gais 👇

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


****

"Lo sering ke sini, ya, Be?"

Pertanyaan itu keluar dari mulut Ilona yang ditujukan kepada Seano. Gadis itu tengah serius memasang umpan berupa cacing pada mata kail pancing yang sekarang dipegangnya. Ilona sama sekali tidak merasa jijik pada hewan yang satu itu. Keduanya kini tengah berada di kolam pemancingan.

Seano yang tengah melamun itu langsung menatap ke arah Ilona. "Gue kalau suntuk sering ke sini."

"Hobi lo mancing, ya?" tebak Ilona. Gadis itu melemparkan senar pancingnya yang ujungnya sudah terdapat umpan itu ke dalam air kolam.

"Hobi gue belajar. Mancing itu bukan hobi gue. Cuma kegiatan yang sering gue lakuin kalau lagi bingung mau ngapain."

Ilona mengangguk-anggukkan kepalanya paham. "Kalau hobi gue apaan?"

Seano refleks menempeleng kepala gadis itu. "Lo bego apa goblok?"

Ilona mengerucutkan bibirnya sebal. Ia mengelus kepalanya yang sedikit terasa sakit. "Dua-duanya sih," balasnya kemudian nyengir lebar.

"Sinting lo, Na," maki Seano tak tertahan. "Gue bingung kenapa bisa ada manusia kayak lo."

"Emang gue kenapa? Aneh?".

Seano mengangguk. "Gue lihat-lihat, lo kayak nggak punya tujuan hidup, Na."

Ilona terdiam. Merasa kalau apa yang Seano katakan itu benar. Selama ini, dirinya memang hanya sibuk bermain-main saja tanpa memikirkan masa depannya nanti seperti apa. Gadis itu menggigit bibir bawahnya seraya berpikir keras.

"Mau gue ajarin jadi anak ambis, nggak?" tawar Seano.

Ilona bergidik ngeri. Membayangkannya saja ia sudah tidak kuat. Apalagi menjalaninya. Bagaimana kalau dirinya bisa stres nantinya? Tidak. Ilona tidak ingin hal itu sampai terjadi.

"Lo pinter, Na. Gue yakin itu." Seano meletakkan alat pancingnya di sampingnya. Cowok itu memiringkan tubuhnya untuk menghadap Ilona yang memandang kosong ke arah kolam.

"Gue bego," balas Ilona dengan nada datar.

"Nggak ada manusia bego. Lo cuma males. Coba kalau lo rajin kayak gue." Seano menepuk dadanya bangga. "Bahkan gue yakin, kalau lo serius, lo bisa kalahin gue di kelas, Na."

Ilona memicingkan matanya. "Kenapa lo mendadak baikin gue?"

"Tadi 'kan udah gue jawab. Gue orangnya emang kayak gini."

AREKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang