05. Initial feeling

1.1K 191 98
                                    

.

.

BRAK!

Hempasan benda pipih itu menjadi saksi betapa marahnya ia saat ini.

Kwon Nara refleks memejamkan matanya saat melihat Yerin melemparkan ponselnya hingga belah menjadi beberapa keping. Ia lupa membiarkan Yerin membersihkan riasan wajahnya sendiri.

Ini kali pertama Yerin membersihkan riasan wajah. Mata jeli itu tak henti-hentinya melihat ke arah bayangan cermin di hadapannya.

"Bekas luka apa ini? Kenapa wajahku seperti ini?"

Mata cantiknya terus memperhatikan luka samar di bagian pipi yang seperti tidak mempunyai pori-pori. Yerin baru tahu jika pipinya memiliki bekas luka, meski tidak terlihat karena begitu samar tetap saja bekas luka itu mengganggu penglihatan Yerin sendiri.

"Aku bertanya, ini bekas goresan apa?" tanya Yerin penuh dengan tekanan.

Jekey menepuk tangannya satu kali.

"Oke baiklah karena kau sudah berada di Korea, jadi biar aku yang memberitahu mu, kau juga harus tahu siapa orangnya, biar nanti kau bisa nyambung jika sedang bertengkar."

Yerin menaikkan alisnya.

"Katakan siapa?"

Ingin sekali Nara mencegah Jekey untuk tidak berbicara, tapi disisi lain Nara merasa memang Yerin harus mengetahui semuanya.

"Dia musuhmu, Rin. Jang Bora, kau dan dia dulu...." Yerin mendengarkan dengan seksama penjelasan dari Jekey. Bora? Musuh? dan Taruhan? Jekey menceritakan semuanya pada Yerin.

"Apa yang membuatku lengah hingga bisa di cakar? Kenapa aku tidak bisa menyelesaikan taruhan itu padahal aku sudah bekerja keras dalam waktu dua tahun? Aku pasti memiliki alasan bukan?"

See! Sekarang Jekey kebingungan sendiri, harusnya dirinya tahu jika Yerin akan bertanya seperti itu.

"Oh itu biar Nara yang menjawab, aku tidak begitu tahu, kau dan aku kan beda sekolah."

Jekey menyengir tanpa dosa saat Nara menatapnya dengan tajam.

"Jangan mengulur waktuku, katakan cepat!"

"Rin ayolah, lukanya tidak terlihat, lupakan soal alasan kenapa kau tidak bisa menyelesaikan taruhan itu, yang terpenting kau tahu pelakunya." jawab Nara, seperti tidak ingin membicarakan soal Vee padanya.

Ini yang paling Yerin benci, dia harus berpikir keras untuk mengingatnya, tapi tetap saja tidak bisa. Yerin malah sempat berpikir jika pribahasa 'Berusaha tidak akan mengkhianati hasil' itu hanya bohong belaka, Yerin jadi tidak percaya dengan ucapan itu.

"Aku ingin sendiri, pergi dan belikan aku ponsel baru."

.

Berbeda dengan rumah Vee, di sana terasa sangat tenang. Sedari tadi Vee hanya berdiam diri di kasur sembari memegang bibirnya. Jejak Yerin begitu kental di sana, hanya dengan dua kali kecupan saja Vee dibuat gugup seketika.

"Sayang mau makan malam apa?" ujar Jisoo menghancurkan lamunan Vee.

"Terserah, apa saja." jawab Vee yang tidak begitu memperhatikan.

"Baiklah."

Vee benar-benar kehilangan fokusnya, sekarang ia tidak yakin jika dirinya bisa melupakan Yerin begitu saja, mulanya mungkin dengan perkataan 'maaf ia harap bisa melepas Yerin dan beralih pada Jisoo.

How did it end? [VEERIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang