8. Jealous?

1.3K 168 93
                                    

Typo maaf:(

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Typo maaf:(

Jika risi jangan baca!🌚

Yerin mengerjapkan matanya setelah kurang lebih tertidur selama 3 jam.

Dalam dekapan seseorang Yerin menyadari jika kini, dibawah kukungan selimut dirinya tidak memakai satu helai benang pun dari bajunya.

Yerin mendongak, menatap pria yang sudah berani mengambil kenikmatan darinya. Beberapa saat Yerin terkagum namun satu detik setelahnya ia tersadar kembali.

"Kenapa bisa aku menerima sentuhannya dengan mudah?" tanya Yerin pada dirinya sendiri. Yerin tak mengaburkan pandangannya pada leher tegas milik Vee. Sangat tampan, sampai matanya tidak bisa berkedip.

Pria itu sempat memakai kemejanya lagi meski tidak mampu untuk mengancingi kemejanya dengan benar.

Yerin hendak mendudukkan dirinya, tetapi Vee dia semakin mengeratkan dekapannya, seperti tidak memberikan celah agar Yerin bisa bergerak.

"Yak l-lepas! Kau ingin m-membunuhku? Yak Sialan aku tidak bisa bernapas." Yerin memukul dada Vee beberapa kali.

Tanpa di duga Vee sigap menaikkan badannya hingga kini Vee kembali berada di atas tubuh Yerin, posisi yang sama persis seperti tadi, tepat sebelum kejadian panas mereka.

Ternyata Vee sudah sadar? Sejak kapan? Apa saat Yerin masih tertidur?

"Kau tidak boleh kemana-mana." ucap Vee dengan suara beratnya.

Ada sedikit rasa takut kala Vee terus mendekatkan wajahnya, lagi.

"Kau pikir kau siapa bisa memerintahku, hm? Enyahlah dari tubuhku, aku ingin pulang." Yerin menahan dada Vee yang semakin ingin merapat.

Demi apapun Yerin sekarang merasa takut, meski ia sangat pintar untuk menyembunyikan ekspresinya.

"Kau milikku, sepenuhnya."

Yerin menunjukkan smirk-nya.

"Apa karena kau melakukan itu jadi kau menganggap ku seperti milikmu sendiri?" Yerin terkekeh pelan, tangannya terulur untuk mengusap leher tegas milik Vee yang sedari tadi memang menjadi fokusnya.

"Ayolah Vee, hal itu sudah menjadi sesuatu yang lumrah, lupakan saja! Lagi pula ini bukan kali pertama aku melakukann---"

Vee segera membungkam mulut Yerin, ia tidak mau mendengarkan penuturan Yerin lebih lanjut. Sangat menyakitkan kala Yerin seperti menyepelekan hal yang tadi mereka lakukan.

"Apa semudah itu kau ingin melupakannya? Apa jika bukan aku yang menggagahimu, kau juga akan seperti ini, hah? Apa hanya karena aku sudah punya istri kau bisa bicara seperti itu?"

How did it end? [VEERIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang