22. Comfortable

1.1K 176 159
                                    

Mampir ke book baru gw ya😙(Forest Of Destiny)
.
.

Meski terlahir dari keluarga super kaya, tapi itu tidak bisa menjamin kebahagiaan Yerin selama ini, Yerin hanya butuh kasih sayang yang nyata bukan tepukan uang yang di kasih.

Yerin ingin sekali ada seseorang yang melarangnya, seperti yang dilakukan nyonya Kim selama ini.

"Sayang jangan makan makanan pedas terlalu banyak! Pakai sepatu yang tidak memiliki hak! Ibu ingin kau juga sering makan sayuran!" 

Padahal Yerin baru saja menginjakan kakinya lagi di rumah calon mertuanya, sudah lebih dari tujuh bulan Yerin dan Vee pindah ke rumah baru mereka. Vee membeli rumah berlantai 5 karena memang Vee sudah memikirkan matang-matang untuk memiliki banyak anak.

Awalnya Yerin memang tidak ingin pindah, tapi mau bagaimana lagi toh nyonya Kim dan tuan Kim menyuruh Yerin untuk tinggal dengan Vee.

"Aku tidak makan makanan pedas."

"Vee bilang padaku kau memakan kripik pedas sampai habis setengah toples, kenapa kau sangat nakal?"

Yerin bungkam, memang benar semalam Yerin memakan keripik itu sampai habis setengah toples, tapi Yerin benar-benar tidak sadar jika dia menghabiskannya terlalu banyak.

"Tidak akan ku ulangi." ujar Yerin menyadari kesalahannya.

Vee yang kini berada di samping tersenyum, Yerin menjadi penurut jika sudah berhadapan dengan ibunya.

"Yasudah tunggu di ruang keluarga nanti ibu akan memberikan makanan sehat untukmu." Nyonya Kim segera pergi ke arah dapur, meninggalkan Yerin dan Vee di sana.

"Ayo." ajak Vee sembari menggandeng tangan Yerin ke arah ruang keluarga.

"Sayang tanganmu dingin." ujar Vee saat merasakan tangan Yerin begitu dingin.

"Benarkah? Padahal aku mandi pakai air hangat."

"Kau mandi? Cuacanya sedang dingin begini."

Yerin mengangguk, membenarkan.

"Iya, memangnya kau tidak?"

Vee menggeleng cepat, saat Yerin bertanya balik.

"Tidak, aku tidak mandi, hanya cuci muka saja." jawab Vee.

Yerin menatap Vee dengan tatapan yang sedikit tidak percaya.

"Kau tidak mandi? Astaga Vee kau sangat jorok, semalam--," Yerin berhenti berucap, tidak yakin dengan kalimat yang akan ia lontarkan, namun sepertinya Vee paham arah pembicaraan Yerin kemana, Vee tersenyum sembari memegang pipi Yerin.

"Aku membasuhnya dengan bersih, kau tenang saja."

Seketika Yerin diam, geli sekali mendengarnya.

"Vee jangan membahasnya lagi!" semprot Yerin.

Yerin lebih dulu menyingkirkan tangan Vee lalu mendahuluinya berjalan ke arah ruang keluarga.

Vee tertawa, seraya mengikuti Yerin dari belakang, rasanya begitu puas melihat ekspresi Yerin yang seperti itu.

"Sayang kita sudah sangat sering melakukannya, kapan nikahnya? Kau tahukan ini dosa, jadi---,"

"Sudah tahu dosa kenapa kau ingin satu kamar denganku? Kau selalu menggodaku lebih awal, Vee. Jadi aku harap Tuhan memberikan dosaku padamu." Jawab Yerin  terdengar santai sekali.

"Aku pria normal, sangat wajar jika seperti itu, lagi pula kau di ajak nikah tidak mau." Vee agaknya sedikit protes, karena memang selama ini Yerin selalu menolak ajakan Vee untuk menikah.

How did it end? [VEERIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang