Happy reading
Bentar lagi puasa, aku mau ngucapin banyak banyak maaf sama kalian, dan tentunya banyak terima kasih juga:)
Maaf kalo ada kata-kata yang menyinggung 😗 percayalah Saia sayang kalian:)
.
.
."Sudah berapa lama?" Jisoo berusaha untuk tegar, di hadapan Vee sebenarnya Jisoo ingin sekali menangis, apalagi Vee kini menggenggam tangannya penuh kelembutan.
"Hampir 9 bulan." jawab Vee seraya menghapus air mata Jisoo yang baru saja keluar.
Jisoo mengangguk samar, sekuat tenaga Jisoo tersenyum sambari menatap wajah Vee.
"Apa kau mencintainya?" tanya Jisoo, yang ternyata segera diangguki oleh Vee, tanpa ragu.
"Sangat, aku sangat mencintainya."
Memang terdengar sangat brengsek ketika Vee berani berbicara seperti itu, tapi percayalah jika selama ini Vee benar-benar tidak ingin menyakiti Jisoo, Vee seperti sudah terbiasa untuk menjaga perasaan wanita ini.
Namun saat ini, untuk yang pertama kalinya Jisoo menangis, karena sungguh ia sama sekali tidak menyangka bahwa Vee mampu bicara seperti barusan, padahal selama ini Vee sangat menjaga perasaan Jisoo, Vee tidak pernah membuatnya menangis.
"Selama ini aku selalu menepis pikiran negatif kuVee, aku percaya kau akhir-akhir ini sibuk, aku bahkan seperti orang bodoh ketika berpura-pura tidak melihat beberapa bekas merah di dadamu, ternyata kau sudah sejauh itu."
Jisoo semakin terisak kala ingatannya berputar pada hari di mana, dengan mata kepalanya sendiri dia melihat beberapa bercak merah di tubuh Vee, bercak yang tentunya diciptakan oleh seseorang.
Vee refleks memejamkan matanya, beberapa kali Vee juga menghela nafas dan sigap membawa tubuh Jisoo ke dalam dekapan hangatnya.
Memang tidak ada drama yang tercipta dari kekacauan ini, seperti saling memaki, marah yang berlebihan karena merasa dikhianati atau aksi menampar wajah. Tidak, tidak ada yang seperti itu. Bisa dikatakan Jisoo lebih dewasa dalam menghadapi permasalahan yang seperti ini, dia mampu menahan diri agar tidak lebih mengacaukan situasi.
"Maaf, karena aku sudah menjadi sosok yang buruk, aku tidak bisa menjadi suami yang baik atau ayah yang baik."
Jisoo menggeleng, dia melonggarkan pelukannya hanya untuk menangkup wajah Vee dan mengusap wajah bak malaikat itu dengan apik.
"Bukan salahmu, aku juga bersalah, maaf karena tidak bisa menjadi istri yang baik."
Vee tersenyum tipis, tidak habis pikir kenapa wanita ini begitu baik padanya.
"Kenapa malah kau yang minta maaf, hm? Aku yang salah, tidak sepatutnya kau baik padaku, kenapa kau malah seperti ini?"
Dengan air mata yang mengalir, Jisoo menurunkan tangannya agar melingkar di leher Vee.
"Karena kau kekuatanku Vee, aku tidak bisa marah karena aku sungguh mencintaimu, aku juga belum berhasil memberikanmu keturunan, a-k-aku, aku akan mencoba membiarkanmu memiliki wanita lain, aku tidak apa-apa, jika kau ingin mempunyai istri lagi."
Vee tidak menepis keterkejutannya, demi Tuhan ia berpikir jika Jisoo akan memutuskan untuk pisah, tapi ini? Dia malah setuju, sulit dipercaya.
"Kau setuju? Aku menikah lagi?" tanya Vee masih tidak percaya.
"Hm, aku setuju, tapi kau tidak boleh pilih kasih pada siapapun, aku ingin kau bisa adil dan bertanggung jawab baik padaku atau pun calonmu."
Vee terdiam untuk beberapa saat, Jisoo setuju?
KAMU SEDANG MEMBACA
How did it end? [VEERIN]
Fiksi Penggemar"Tenang saja Yerin tidak akan ingat kalian, Yerin disuntik serum penghilang ingatan sejak dia mengalami peristiwa yang membuatnya berantakan, orang tuanya takut jika Yerin gila jadi mereka memutuskan untuk menghapus semua ingatan Yerin agar memulai...