17. New Fact

1.1K 166 97
                                    

Vote dan komen, ya:)
.
.
.

Vee segera membawa Yerin ke rumah sakit, tubuh Yerin lemas sekali, wajahnya pucat, dan yang lebih membuat Vee khawatir adalah ketika suhu tubuh Yerin yang panas.

Tanpa di suruh juga, salah satu bodyguard Yerin sigap menyiapkan mobil, untuk membawa majikannya itu.

Vee khawatir, khawatir sekali. Jisoo juga melihatnya, betapa Vee mengkhawatirkan kondisi Yerin saat ini, Vee sampai menangis, padahal dulu saat Jisoo mengalami keguguran dan Jisoo berada di titik yang sama seperti Yerin, Vee tidak seperti itu, mungkin hanya sedih biasa saja.

****

"Tekanan darahnya tinggi, kenapa bisa seperti ini? Pasien sedang hamil, apa yang membuatnya seperti ini, hah?"

Vee masih mencerna kalimat dokter barusan? Hamil? Yerin hamil, anaknya? Kenapa tadi Nara tidak bilang jika sekarang Yerin sedang mengandung anaknya? Nara hanya bilang jika Yerin tidak mampu menghapus jejak Vee dari tubuhnya.

Vee kembali mengeluarkan air matanya, sumpah, hari ini Yerin sudah benar-benar membuatnya berantakan.

"Tuan, darah tinggi disebabkan karena dia sering mengonsumsi rokok dan juga alkohol secara berlebihan, juga stress. Dan ini akan sangat fatal, apalagi nyonya kekurangan zat besi."

"Tapi semenjak nyonya hamil, dia tidak pernah mengonsumsi rokok ataupun alkohol." ujar asisten Jang menyela.

"Iya aku tahu, sudah pasti dia berhenti. Sekarang sebisa mungkin pasien harus merasa senang, dan kita harus menyetabilkan zat besi pada tubuhnya. Kau tahu, Zat besi ini gunanya untuk membentuk sel darah merah bagi ibu dan juga bayinya."

Dokter ini sangat tegas, entahlah, mungkin karena dia melihat kondisi Yerin yang bisa di bilang sekarat. Dokter ini seakan tahu Yerin sedang di fase sulitnya.

"Jika pasien kekurangan Zat besi, bisa jadi terkena Anemia berat, ini sangat beresiko, fatalnya bisa menyebabkan kematian bayi, sesudah atau sebelum bayi lahir."

Vee menggeleng, tidak, tidak untuk kali ini, Vee ingin sekali mempunyai seorang anak. 

"Apapun itu, lakukan sesuatu agar Yerin dan bayiku selamat, aku sudah sangat kacau."

Vee sampai memohon.

"Berhenti membuat pasien stress, dan usahakan pasien memakan makanan yang kami sarankan, nanti."

****

Sekitar dua jam Yerin terlelap, kali ini, di dalam dekapan Vee Yerin kembali menangis. Dia melihat kedua tangannya, Yerin seakan masih melihatnya, darah itu, mengalir dari tubuh bayinya.

"Aku tidak becus menjaganya, aku bahkan tidak mengingat Aster sama sekali, aku, ibu yang buruk."

"Tidak sayang, sudah cukup menyalahkan diri sendiri, aku juga salah, sangat salah." ungkap Vee berusaha untuk menenangkan hati Yerin.

"Aster mungkin sudah bahagia, kita yakin Tuhan pasti memberikan Aster kebahagiaan yang sesungguhnya di sana."

Seketika Yerin memegang perutnya, dia lupa, jika di sana ada seseorang lagi. Yerin segera menghapus jejak air matanya, bahkan sebelumnya Yerin sudah diperingati untuk tidak stress sama sekali.

"Aku baik-baik saja." ucap Yerin pada Vee.

"Iya sayang kau harus sehat, demi kondismu dan juga bayi kita, hm?"

Yerin mendongak menatap Vee, mungkin sekitar 30 detik Yerin memandangi wajah Vee.

"Ada apa, hm? Kau ingin mengatakan sesuatu?" Vee bertanya seraya mengusap pipi Yerin.

How did it end? [VEERIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang