Special Chapter : Story After Marriage
-Pamit-
---------------------
Silau. Sinar matahari yang menembak langsung masuk dari jendela besar markas pasukan pengintai di Distrik Trost. [Name] yang tengah melamun di ambang jendela menopang dagunya dengan sebelah tangannya merasakan tulang-tulangnya yang pegal seperti habis diseruduk sapi.
Entah kenapa tubuhnya sangat lemah belakangan ini, mungkin karena ia belum bisa menyesuaikan dirinya dengan situasi sekarang ini.
Lamunannya tersentak oleh Sasha dan seorang pasukan pengintai lain yang datang dengan tergesa-gesa.
Meraka adalah pasukan yang ditugaskan untuk menelusuri dinding Rose. [Name] membuka matanya lebar memperhatikan apa sebenarnya yang terjadi di luar sana.
Menyadari ada yang tidak beres ia bergegas keluar menghampiri Erwin yang terlihat sedang menyampaikan perintahnya pada anggota lain. Setelahnya semua anggota bubar dengan sigap menjalani apa yang diperintahkan komandannya itu.
"Erwin! Ada apa?" Tanya [Name] yang berlari menghampiri Erwin yang sekarang tengah sendirian.
Erwin membalikan tubuhnya dengan tenang. Menjelaskan apa yang terjadi. Pertarungan sengit antara Eren dengan titan colossal dan armour sepertinya sedang terjadi saat ini.
[Name] tersentak kaget, entah kenapa tangannya mulai bergetar. Entah karena rasa takut atau semangat karena rasa haus akan pemusnahan seluruh titan yang menjadi musuh manusia selama ini.
"Ak--ku akan kesana--"
Belum selesai [Name] berbicara Erwin sudah mendaratkan tangan kanannya ke pucuk kepala [Name].
Erwin merasakan keraguan dari kata-kata terbata-bata yang dilontarkan teman lamanya itu.
"Jangan sok kuat" kata Erwin memutus kebimbangan [Name]
[Name] menolehkan wajahnya ke arah Erwin yang berada dihadapannya dengan sedikit menenggakkan kepala karena lawan bicaranya itu punya tubuh yang jauh lebih tinggi darinya.
Ia bisa merasakan tangan besar Erwin yang masih bertengger dikepalanya. Bibirnya ditutup rapat-rapat.
"Kau disini saja berasama Levi. Jangan buat dia tambah pusing lagi dengan kelakuan mu, nanti mukanya tambah tua" ledek Erwin mencoba mencairkan suasana diantara mereka.
[Name] tau Erwin bukan tipe orang yang suka bercanda dan jika ia sudah mengeluarkan lawakan seperti ini artinya [Name] harus menurutinya dengan serius.
Erwin berjalan melewatinya sambil mengangkat tangannya ke udara tanda pamit.
[Name] memandangnya menjauh
"Hati-hati kakak"
Kalimat spontan yang dilontarkan [Name] itu membuat Erwin memalingkan wajahnya kaget, rasanya seperti waktu berputar lagi ke masa lalu ketika dirinya belum harus menanggung semua beban berat ini, ketika kebebasan menjadi sesuatu yang bisa diucapkannya lantang, ketika tidak pernah terbersat sedikitpun pikirannya akan menjadi komandan ke 13 pasukan pengintai.
Terlihat gadis kecil disudut ruang makan markas yang sepi. Lilin yang redup dihadapannya menjadi satu-sarunya teman yang menemaninya saat itu.
Usianya memang sudah cukup untuk menjadi calon anggota kadet baru tetapi tubuhnya kecil dan sangat kurus seperti orang yang kurang makan sangat berbanding terbalik dengan sorot matanya yang lebih terang daripada lilin dihadapannya.
Erwin yang saat itu baru setahun menjadi anggota pasukan pengintai menghampiri gadis itu dan memberikan roti jatah makan malamnya tanpa ragu.
Si gadis memandang rotinya dalam-dalam. Tidak menolak atau menerimanya hanya pandangan serius dalam diam yang dilakukannya. Pada tawaran kedua yang diberikan Erwin muda si gadis akhirnya memakan roti itu dengan lahap.
Dan sejak saat itu entah apa tapi seperti sesuatu terhubung diantara mereka.
Erwin kembali dari penjelajahan masa lalunya yang singkat itu. Menatap gadis muda yang sudah jadi wanita dewasa dimasa kini dihadapannya sekarang sedang melepas kepergiannya dengan wajah khawatir.
---
"Levi.." panggil [Name] berbisik sambil mencolek-colek pundak suaminya yang sedang menganalisa peta kota yang terhampar lebar di meja.
[Name] menyandarkan kedua lengannya di meja, pipinya menggelembung seperti balon.
"Ada apa?" Tanya Levi
"....."
Hening... dia yang manggil duluan tapi sekarang dia yang diam saja membuat Levi kesal.
Levi menarik nafasnya panjang, seperti sudah tau apa yang sedang dipikirkan [Name] saat ini.
"Aku tidak bisa bilang semua akan baik-baik saja" kata Levi mendekatkan wajahmya kearah [Name]
[Name] hanya memandang Levi dalam diam, kedua bola mata hitam itu sangat indah jika diperhatikan dengan jarak sedekat ini membuat jantungnya berpacu lebih cepat.
Levi melanjutkan kalimatnya.
"Tapi aku akan menjagamu dengan sekuat tenagaku" tutupnya, mendaratkan keningnya di kening [Name].
*******************************
Halooo
Ada yang udah baca manga AOT chapter 138 kah??
Ihh kok ceritanya gitu yaa sedihh banget ga ngerti lagi Ishiyama sensei ga bisa bikin happy ending aja apa yaa hobi banget bikin orang kesel -_-!
Pusing, mau nangis ih (っ˘̩╭╮˘̩)っ
Jadi bingung fanfict ini alurnya mau kaya gimana, masih kebayang-bayang chapter 138 soalnya
Tapi ada yang nonton animenya juga kah? Udah sampe mana ya soalnya aku ga ngikutin yg s4 ini
Maaf yaa jadi curhat ●﹏●
Nih aku kasih bonus penampakan orang sekarat tapi masih aduhai
KAMU SEDANG MEMBACA
My Tsundere Levi [Levi X Reader] - Shingeki No Kyojin
FanfictionKerinduan. Satu kata berjuta makna yang dirasakan Levi terhadap [Name] Satu-satunya gadis yang dapat mengeluarkannya dari kegelapan. Tapi ketika [Name] hadir kembali, entah kenapa satu persatu masalah malah bermunculan di hadapan Levi?! Original...