Special Chapter : Story After Marriage
-Finally We Will Meet You-
---------------------
Kunci kamar mandi rusak.
Pasangan yang begitu hot bukan? Hingga kunci kamar mandi saja bisa rusak.
Bukan, bukan. Bukan karena itu.
Mari kita tarik alur waktu sedikit. Ke kejadian itu. Tepatnya seminggu yang lalu.
Kuncinya rusak karena seminggu yang lalu Levi mendobraknya dengan kuat hanya karena [Name] tidak menjawab ketukan dan panggilannya dari luar.
Padahal [Name] lagi ngambek waktu itu dan tidak ingin berbicara dengan Levi karena ada seorang ibu-ibu di pasar yang bilang kalo Levi itu duda dan sedang mencari calon istri tepat di depan wajah [Name].
Hey bu! Ini loh istrinya depan muka mu!
Ingin sekali dirinya murka saat itu tapi mengingat bayi di perutnya membuat [Name] menahan segala emosinya dan malah melampiaskannya pada Levi yang tidak tau apa-apa di rumah.
Cemberut sepanjang hari dan tidak menjawab ketika dipanggil.
Kiranya Levi hanya main-main saat bilang akan mendobrak pintu jika dirinya tidak menjawab.
Ternyata benar. Satu tendangan dan pintu kamar mandi sudah terkoyak dibuatnya. Menyisakan [Name] yang melongo di dalam bak mandi.
"Kau tidak apa-apa?" Tanya Levi waktu itu [Name] ingat sekali wajah Levi yang sangat khawatir bercampur putus asa itu.
[Name] menggeleng kuat "kenapa kamu dobrak pintunya--"
"Bodoh! Tolong jangan main-main seperti ini" bentak Levi.
[Name] terdiam, dirinya kaget.
Melihat ekspresi sang istri membuat Levi tersadar. Tangannya mendekap kepala [Name] dan mengecup pucuk kepalanya lembut "Maaf.. tolong jangan berbuat hal bodoh seperti itu lagi" bisik Levi lembut.
[Name] dapat mendengar hembusan nafas yang tidak beraturan dari Levi. Dia sungguh khawatir dan [Name] memang sungguh bodoh cemburu untuk hal yang tidak jelas seperti itu.
Tapi tetap saja, dari mana datangnya gosip seperti itu?
Ngomong-ngomong, nak, tolong jangan sawan ya dibentak papa mu seperti itu. Dia memang orangnya sedikit tempramen tapi dicium juga luluh kok. Ehe.
---
[Name] menghentakkan kakinya pada sepatu boots miliknya tapi sekarang dirinya sedang kebingungan. Tangannya tidak sampai untuk membetulkannya. Perut besarnya sungguh menghalangi membuat keringat bercucuran dari pelipisnya.
Levi bersandar angkuh di tembok sambil memperhatikan [Name] tangannya disilangkan di dadanya.
Levi menarik nafasnya panjang “Sudah ku bilang jangan pakai sepatu seperti ini”
Omelannya berbanding terbalik dengan gerakannya. Levi berlutut dan memasangkan dengan benar sepatu yang dikenakan [Name] sembarangan.
“Hehe terimakasih Levi~”
“Kau benar-benar mau keluar?”
“Iya, hanya di depan kok, kan cuma mau liat kebun bunga ku yang sudah terbengkalai beberapa bulan ini”
“Tapi tadi pagi perutmu keram kan? Sekarang sudah tidak apa-apa?” tanya Levi yang terlihat khawatir. Duh suami siaga banget ga sih lipaii.
[Name] hanya menggelengkan kepalanya dan sambil tersenyum. Sudah lewat delapan bulan lebih sejak mereka tau bahwa [Name] hamil dan minggu depan Levi merencanakan untuk mengambil cuti agar bisa menemani [Name] dalam persalinan yang diperkirakan jatuh pada minggu depan.
[Name] memutar keran di halaman rumahnya, meraih selang hijau yang tergantung dengan susah payah. Tentu saja Levi sangat khawatir dengan keadaan [Name] dan perut buncitnya tapi [Name] selalu kukuh ingin melakukan banyak hal agar persalinannya berjalan lancar.
Hari ini sangat cerah. Matahari menembak dengan teriknya. Para bunga pun dengan senang hati menerima hujan buatan dari sang empunya.
Levi membuka lembar ke sembilannya dengan gusar. Pekerjaan yang dibawanya ke rumah sama sekali tidak bisa dikonsentrasikan karena kepalanya fokus pada [Name]. Kakinya menghentak cepat beberapa kali "Tch" hingga akhirnya ia keluar untuk menemani istrinya yang tengah sendirian.
"Sini ku bantu" sahut Levi pada [Name] yang menatapnya dengan kerutan diantara matanya.
"Bukannya kau sedang kerja?" Tanya [Name]
"Mana bisa aku kerja jika melihat mu pecicilan seperti ini" kata Levi acuh. Pandangannya menangkap dengan jelas mimik wajah [Name] yang aneh.
"Kau tidak apa-apa?" Tanya Levi
"Emm... sepertinya perutku keram lagi" [Name] kini benar-benar memasang wajah yang aneh.
Levi langsung menopang tubuh [Name] dengan sigap "Ayo kita masuk dulu"
"Mmm... Levi aku mau pipis, sudah tidak tahan"
"Pipis disini saja! Jangan ditahan, nanti aku yang bersihkan" ujar Levi, kepanikan bisa terasa dari caranya berbicara.
[Name] menggelang "Tidak ma--"
Baru saja dirinya menolak, air bening sudah merembes keluar dari dress putih yang dikenakannya. "Ehhhh ini sepertinya air ketuban, Levi"
Levi mencoba sekuat tenaga untuk tidak panik "Kita ke rumah sakit sekarang"
**********************************
Eitsss tunggu tunggu jangan lahiran dulu!
Lahirnya chapter berikutnya aja yaa hehe
Terima kasih yang sudah mampir sejauh ini
Jejaknya jangan lupa yaa
Tirimikicih ❤
Btw, karena aku masih emosional pasca chapter terakhir AoT kemarin.
Makanya aku menumpahkan semuanya pada satu cerita pendek yang baru ku publish🙃
Jika kalian tertarik bisa mampir ke akun ku di cerita yang berjudul "After Ending Story"
Aku ga bisa kasih linknya disini karena ga tau caranya hueee 😭
Tapi ingat cerita ku yang itu mengandung spoiler yaaa
Terima kasih semuanyaaa ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
My Tsundere Levi [Levi X Reader] - Shingeki No Kyojin
FanfictionKerinduan. Satu kata berjuta makna yang dirasakan Levi terhadap [Name] Satu-satunya gadis yang dapat mengeluarkannya dari kegelapan. Tapi ketika [Name] hadir kembali, entah kenapa satu persatu masalah malah bermunculan di hadapan Levi?! Original...