Special Chapter : Story After Marriage
-Hari Pengakuan-
---------------------
I know, you know, we know
You weren't down for forever
and it's fineI know, you know, we know
We weren't meant for each other
and it's fine
Levi menyentuhnya. Sangat lembut. Bagai bayi tanpa dosa. Terasa nyaman dan menenangkan.
Hari ini sempurna seolah tidak akan pernah ada mala petaka lagi di dunia ini.
Tatapannya yang bisu meluluhkan hati yang beku.
Bulan... tolong jangan pernah menghilang. Dialah malam dan siangnya, pagi juga petangnya.
Sejoli bersebrang raga, akankah jadi satu?
Kilau permata dalam mata yang kian lara.
Bohong jika dibilang tak ada rasa; Rasa bahagia, rasa bersalah, rasa ingin menghilang saja.
Hempaskan semuanya jadikan ketentraman abadi, apa bisa?
Sepertinya tidak. Tangisan bisu sungguh menyakitkan. Mantap hati pada kenyataan sulit.
Jika tidak sekarang kapan lagi? Hingga mati sungguh tak ingin menghantui.
[Name] membuka mulutnya, getaran terasa dari caranya berbicara. Malam ini adalah malam pengakuan. Waktu mereka berhenti berdetak mulai saat ini.
"Aku... Berasal dari luar dinding... "
Levi, pria mempesona ditengah seribu kebahagiaan kini dihujam dengan sejuta serpihan kaca.
Pupil matanya terbuka dengan lebar. Ketenangan yang ditampilkannya berubah menjadi suram mencekam.
Wanita yang menghadapi hari pengakuannya, ikhlas menerima apapun keputusan prianya satu-satunya.
"Boleh aku bercerita?" Katanya hati-hati.
Si pria tiba-tiba berdiri dengan kasar, sungguh berbanding terbalik dengan wanita ayu yang duduk bersimpuh di atas ranjang besar milik mereka.
"Semuanya, ceritakan aku semuanya" Levi memalingkan tubuhnya, tanpa berpandangan dengan wajah lirih [Name]. Mencengkram kuat ujung meja dihadapannya hingga terhentak.
[Name] mulai memulihkan ingatannya. Berusaha menceritakan dengan apik dari awal hingga akhir. Kata-kata kini bertebaran dikepalanya
"Di luar sana, jauh dari tanah yang pernah kalian capai terdapat laut dan disebrangnya ada kehidupan yang lain. Kehidupan tanpa titan. Aku berasal dari sana"
[Name] menceritakan semuanya. Tentang Eldia dan Marley. Tentang sembilan Titan Shifter dan proses kemunculan titan. Semua yang bisa ia utarakan dengan tubuh yang seolah tak bisa menopang dirinya lagi.
Levi menarik nafasnya dalam. Lilin-lilin kecil di atas meja mulai habis terbakar api waktu.
"Kristal, bagaimana dengan itu? Apa kamu..." Kalimat Levi terhenti. Seperti tidak ingin mendengar jawabannya tapi ia yakin ia harus tau.
"....titan juga?"
"Tidak tau" jawab [Name]. Sungguh jawaban yang tidak ingin didengar Levi.
"Mereka para Marley pernah memberikan suntikan vaksin itu kepadaku, tapi tidak terjadi perubahan apapun pada diriku.. dan orang tua ku membawaku kabur kemari berharap para Marley berhenti mencari ku sebagai object penelitian mereka. Tapi orang tua ku akhirnya tertangkap dan aku yang sendirian sering berpindah-pindah tempat sejak itu. Sampai aku memutuskan untuk berada disini sebagai tempat persembunyianku. Maaf... Aku tidak tau aku bisa berubah atau tidak. Bahkan aku baru sadar ada sesuatu yang berubah pada diriku setelah aku mengkristal waktu itu. Mungkin aku hanya produk gagal dari ratusan titan yang dihasilkan mereka."
Kini Levi mencengkram kepalanya kuat. Sakit. Sangat sakit. Rasa sakit yang kuat.
Dengan terbata-bata dirinya mulai mengucapkan sepatah kata kehadapan [Name] yang sesungguhnya tak ingin didengar oleh dirinya.
Dia sudah memperkirakan ini sebelumnya. Semua kejanggalan yang terdapat pada wanita itu selalu menghantui kepalanya. Kenyataan bahwa ia melihat Annie yang adalah Titan membeku dengan tipe kristal yang sama dengan [Name] membuat Levi sangat terpukul. Tapi ketika kenyataan pahit itu dilontarkan langsung dari mulut [Name], hatinya hancur.
Harusnya ia bertanya setelah [Name] tersadar kembali waktu itu.
Tapi... Cinta itu buta dan kejam.
"Bukan mimpi ya? Semuanya... Bilang padaku semua ini hanya mimpi" ujar Levi yang menatap [Name] dengan kuat sedangkan linangan air mata mengalir deras membasahi pipi [Name]. Berjatuhan membasahi sprei putih mereka.
"Maaf... Maaf... " [Name] sungguh sadar dirinya tidak pantas menerima maaf dari siapapun yang berjuang disini dan terutama Levi tapi entah kata apalagi yang bisa ia katakan saat ini.
Levi mengambil jubahnya, memakainya sembarang ke kulitnya yang pucat tersentuh angin malam. Berjalan angkuh ke arah pintu. Langkahnya terhenti, menoleh dengan sombong ke arah [Name] dibelakangnya.
"Semua ceritamu hari ini tidak akan aku ceritakan kepada siapapun"
Mungkin itulah kalimat terakhir yang ia dengar dari Levi karena sepertinya [Name] harus berlari kembali seperti dahulu.
---
Sinar bulan sungguh terang hari ini. Levi menghentikan kakinya setelah membanting keras pintu depan rumahnya. Tubuhnya lemas sama sekali tidak seperti dirinya yang biasanya.
Berjalan secara tertatih dengan lengan menelusuri tembok guna menopang tubuhnya yang kehilangan keseimbangan.
Akhirnya, dibalik tembok rumahnya. Ditempat yang tidak disinari bulan malam. Dirinya bersandar, kepalanya dicengkram kuat-kuat.
---
Pagi datang sungguh terasa sangat lama. [Name] tidak tidur semalaman. Matanya sembab seperti habis digigit lebah raksasa. Dan suaminya entah pergi kemana dan belum kembali.
[Name] mutuskan untuk menunggu di ruang tengah, duduk memeluk lutut di sofa panjang berlengan dengan masih mengenakan gaun tidurnya yang semalam. Entah apa yang ditunggunya. Berharap Levi pulang dan memaafkannya begitu saja? Atau Levi pulang dan mengusirnya dari sini? Atau kemungkinan paling parah adalah Levi datang dan memenggal kepalanya sebagai seorang pengkhianat.
Semuanya mungkin saja terjadi. Jika saja dirinya jujur sejak awal mungkin korban akibat melawan titan tidak akan sebanyak ini. Jika saja dirinya bekerja sama sedari awal mungkin Levi akan menikahi seseorang yang lebih pantas. Jika saja dia tidak pernah datang kemari mungkin rasa sakitnya tidak akan separah ini.
Semua kemungkinan berkeliaran acak dikepalanya.
Berjam-jam berlalu. Sedikit gerakan saja dari awal [Name] duduk. Kadang ia berdiri dan hanya berjalan mondar-mandir.
Hari berlalu dan malam datang kembali... Levi tak kunjung pulang atau mungkin tidak akan pernah?
---
Jam menunjukkan pukul 3.52. Bar yang penuh sesak dimalam hari kini sangat tenang dan lengang. Kursi-kursi sudah ditaikan ke atas meja. Seorang pria tua terlihat membersihkan lantai dengan seksama. Dirinya kini memandang bingung pada meja di sudut ruang.
Hanya meja itu yang belum ditinggalkan penghuninya. Mejanya terlihat sangat berantakan. Botol yang tak terhitung jumlahnya berserakan di atasnya. Si kapten pasukan pengintai terduduk mabuk menelungkupkan wajahnya di atas meja.
************************************
Hari ini meloww sekalii ʃ (⌇ຶД⌇ຶ)
Jejaknya jangan lupa yaaaa
KAMU SEDANG MEMBACA
My Tsundere Levi [Levi X Reader] - Shingeki No Kyojin
FanfictionKerinduan. Satu kata berjuta makna yang dirasakan Levi terhadap [Name] Satu-satunya gadis yang dapat mengeluarkannya dari kegelapan. Tapi ketika [Name] hadir kembali, entah kenapa satu persatu masalah malah bermunculan di hadapan Levi?! Original...