Akhirnya bisa up cerita ini, setelah berbaikan kembali dengan teman dekat saya
Semoga kami terus menjaga hubungan pertemanan ini sehingga bisa menyajikan lanjutan cerita My Lovely Enemy kepada para readers semua
Bisa up dengan teratur min. seminggu sekali.
.
.Aku terdiam menatap sepatu sneaker kuningku beradu dengan rumput di lapangan sekolah. Sepertinya Yibo memang tidak seperti yang aku pikirkan selama ini. Dia memang masih bertingkah sombong, biang onar, playboy, rakus, dan penyiksa yang kejam. Tapi kadang dia punya sisi manis. Tunggu. Apa aku baru saja bilang dia manis? Tidak. Aku pasti sudah gila. Aku membencinya.
"Oi! Zhan!!"
Aku menoleh, kebelakangku saat mendengar suara Luhan memanggilku. Aku benar benar gila semenit yang lalu aku sedang memikirkan kekasih dari sahabatku sendiri.
"Kenapa si? aku panggil dari tadi, memikirkan sesuatu ya?" ucapnya terengah engah di hadapanku.
Aku memilih diam dan tersenyum daripada aku mengatakan aku memikirkan pacarnya dan mengabaikannya.
"Ah ... tidak, kau tidak bersama Yibo?"
Sial. Sekarang aku malah tampak mencarinya. Aku menepuk pelan mulutku."Jangan sebut manusia brengsek itu lagi. Aku sudah memutuskannya!" kata Luhan dengan nada penuh amarah.
Ha? apa yg terjadi sebenarnya? tanya ku dalam hati.
"Ternyata dia cuma main-main denganku, jadi aku juga main-main dengannya," ucap Luhan melipat tangannya. Wajahnya masih tersimpan rasa kesal dan dendam.
"Apa maksudmu??" tanya ku balik.
"Yeah, aku melukai tangan kanannya agar dia tahu rasa!"
Kali ini Luhan berkata dengan nada penuh kepuasan.
Astaga. Itu pasti sakit sekali. Aku meringis dan merasa kasihan pada Yibo. Tapi tak apalah biar dia tahu rasa.
"Aku jadi merasa bersalah padamu Zhan, aku sudah tak mendengarkanmu padahal kau temanku."
Luhan memelukku. Aku terdiam tidak tahu mesti merespon apa. Aku merasa senang tapi bingung rasa senang ini karena Luhan terlepas dari Yibo atau hal lain ....
Saat Luhan memelukku aku melihat Yibo yang berada di lantai atas sedang melihat kami. Dia melambaikan tangan dan mengedipkan matanya. Aku melepas pelukan Luhan.
"Luhan, aku lupa menyerahkan tugasku pada Miss Kim, aku duluan kembali kekelas!"
Luhan hanya mengangguk sebelum akhirnya aku meninggalkannya menaiki tangga kelas.
Aku menghampiri Yibo dan memandangi tangan kanannya yang diperban. Yibo masih diam menungguku bicara. "Apa cupu?"
"Aku, aku cuma mau bilang, terima kasih sudah ninggalin Luhan," ucapku walau aku ragu mengapa rasanya dia mensyukuri hal lain.
Yibo mengecap lidahnya bersandar pada pembatas dan melihat ke arah lain. "Luhan saja yg terlalu kege-eran,"
ujarnya santai.Aku tahu Yibo sedang membicarakan Luhan tapi aku malah merasa lucu.Dasar. Aku tertawa kecil.
"Jangan ketawa cupu!" Yibo menatapku lekat.
"He? masih berani bilang aku cupu, kau sendiri apa? masa sama pria yang jauh lebih pendek darimu saja bisa kalah!" ledekku kembali.
"Pria sejati tak akan pukul wanita dan orang lemah," elaknya membela diri.
"Aahahah ... alasan!!" tawaku lepas mendengar Yibo mencoba mempertahankan harga dirinya.