"Jangan sentuh aku!" ucapku memohon. Kedua bola mataku sudah digenangi air mata yang siap meleleh.
"Ya Tuhan, kau ini ... seperti aku akan memperkosamu saja." Yibo mengerutkan dahinya melihat tingkahku.
"Aku hanya menyuruhmu mandi, bodoh!"
Yak. Apa barusan dia bilang 'mandi' Apa aku tadi telah salah paham dengan sikapnya? Memalukan sekali.
Zhan kau harus mensucikan pikiranmu. Teriakku pada diri sendiri.
Sejak dekat dengan Yibo, otakku jadi dipenuhi hal yang negatif dan kotor.
Aku harus segera mencucinya di bak mandi dengan sabun. Jika perlu, menyikatnya dengan sikat wc..
Aku menggosok punggungku dengan puff yang kugunakan kemarin untuk menggosok punggung Yibo. Jelas sekali, meski aku lebih tinggi darinya. Tapi tubuhku lebih ramping, dibandingkan Yibo yang bertubuh atletis. Pasti itu yang menjadi daya tarik para gadis untuk mendekati Yibo.
Seperti gadis cantik kemarin, aku tak tahu berapa banyak pacar yang dimiliki Yibo. Jelas sekali, dia adalah playboy cap kacang panjang. Di manapun ia berada ia selalu menebar pesona, dengan siapapun yang ia mau. Entah itu pria atau wanita, Yibo selalu bisa memikat mereka.
Aku iri, benar-benar iri padanya. Selama bersekolah hingga sekarang, tak satupun perempuan yang mendekatiku. Mereka selalu melihatku sebagai saingan mereka. Padahal aku seorang pria, dan aku tak secantik mereka.
Lihat saja wajahku ini.
Cantik dari mana, cobak?
.
.Yibo sudah memakai pakaian rapi di sana, di depan meja riasnya. Kaos polos, dipadukan dengan jaket denim dan celana denim yang sobek-sobek bagian paha dan lututnya. Ia memakai minyak rambut yang membuat tatanan rambutnya sungguh keren. Ya, dia keren dan tampan. Kuakui itu.
Aroma parfumnya yang tenang seperti aroma laut lepas, membuatku hampir lupa diri. Yibo dan pesonanya tak bisa kukalahkan.
"Cupu! Cepat berpakaian dan ikut aku!"
Aku berjalan dengan handuk di pinggangku, menuju tasku yang diletakkan di kursi kamar.
Yibo masih di sini, bersamaku yang masih setengah telanjang. Aku gugup, tak tahu bagaimana caranya memasang pakaian tanpa harus telanjang bulat.
"Cupu, kenapa kau masih bengong? Cepat pakai bajumu!!"
"Ah, iya." Aku mengangguk, lalu mengambil sweater milikku dan memasangnya melewati leherku. Saat kedua tanganku terangkat ke atas untuk memasukkan lengan, aku tak sadar handuk di pinggangku lepas. Turun secara dramatis ke lantai. Menimbulkan pekikan kepanikan dari mulutku.
Aku tahu Yibo melihatku, ia malah melotot dan menganga di tempatnya. Tak ada niat membantuku sama sekali. Sekedar mengambilkan handuk itu.
Dengan beratnya rasa malu yang kutanggung, setelah sweaterku terpasang. Aku menunduk hendak memanggil handuk yang ada di kakiku. Dengan posisi membelakangi Yibo.
"Cupu, apa yang kau lakukan? Kenapa kau menungging?" teriakan Yibo itu membut aliran darahku terhenti seketika. Tanganku yang hendak menyentuh handuk itu gemetar, dengan bunyi jantung yang bisa melompat kapan saja dari tempatnya.
Apa Yibo melihatku menungging seperti anjing? Jadi dia melihat tubuh bagian belakangku yang tak tertutup apa-apa? OMG!!! Aku mati kali ini.
Yibo mendekatiku, mengambil handuk yang masih saja ada di lantai.
"Ambil dan cepat tutupi, kau hampir buatku tegang," ucap Yibo, lalu berjalan menuju pintu dan pergi dari kamarnya sendiri
Apa aku tak salah dengar barusan, dia mengatakan sesuatu seperti kata 'tegang'
Astaga, dia tak bercanda kan? Aku hampir membuatnya tegang? Tegang di sini, seperti siswa menghadapi ujian akhir, atau makna tegang secara ilmu biologi?
Oopss. Aku menutup mulutku sendiri. Aku harap itu bukan tegang yang kedua.
Wah, aku berkeringat hanya gara-gara handuk jatuh. Aku jadi gemetar dan membakar kalori lebih banyak dari pada berjalan kaki dari halte ke komplek perumahan.
..
Di tempat ini, di sebuah taman yang berada di belakang gedung sebuah Mall. Yibo mempertemukanku dengan orang-orang yang sangat aku hindari. Teman se-geng nya di sekolah.
Kris dengan celana pendek, kaos hitam pendek, kalung berliontin salib, bersama Baekhyun dan Sehun yang duduk di kursi besi melihat Kris bermain basket.
Mereka secara serempak menoleh ke arah kami. Yibo yang membawa skateboard di tangannya, dan aku yang membawa buku catatan di tanganku.
"Hei, Cupu!! Sedang apa kau di sini?" Kris meneriakiku dari tengah lapangan.
Acara pembullianku dimulai sudah. Pasrah saja lah.
"Dia bersamaku." Yibo merangkul pundakku seperti aku adalah teman se-geng nya.
"Yo-yo-yo! Sejak kapan kalian jadi dekat begini?" Kris melempar bola basket untuk mendekati kami. Ia serius benar-benar ingin memojokkanku.
Baekhyun dan Sehun saling pandang.
"Tumben, kau bawa anak cupu ke mari. Biasanya kau bawa gadis cantik." ujar Baekhuyun dengan tatapan heran yang tak lepas dari wajahku.
"Huah, aku mulai bosan dengan mereka. Ujung-ujungnya nanti mereka mengajakku kencan dan belanja," sahut Yibo dengan muka santainya.
Aku hanya bisa diam mendengarkan obrolan mereka. Tanpa berani menyahut. Kulirik Sehun diam-diam hanya dia yang tak buka suara. Sibuk dengan ponsel di tangannya.
Kris tiba-tiba memeluk bahuku seperti yang Yibo lakukan tadi.
"Cupu, apa kau mau bermain denganku?""Aku?" Aku menunjuk hidungku sendiri. Mana berani aku melawan Kris si jago basket. Aku saja tak pernah menyentuh bola basket selama ini, bagaimana aku bisa memainkannya.
"Hahaha, kenapa wajahmu jadi ketakutan seperti itu. Aku hanya bercanda, Cupu!" teriak Kris di sampingku. Aku ingin meninju wajahnya, jika saja aku punya keberanian untuk itu.
"Dia ke mari bukan untuk bermain dengan kita!" Yibo menengahi kami. Mungkin dia ingin menyelamatkanku kali ini.
"Tapi dia ingin berlatih skateboard denganku!"
Apa? Apa dia baru saja menyelamatkanku dari kandang singa lalu melemparku ke kandang buaya?
Skateboard itu permainan apa? Aku bahkan tak tahu bagaimana cara berdiri di atasnya, dan Yibo dengan santainya mengatakan aku ingin berlatih skate board?
Lama-lama kujahit saja mulut Yibo itu, agar tak bicara sembarangan.Tbc.
Komen komen komen
Biar mood makin bagus😍😍