Akhirnya hari senin tiba. Akhir libur ku sungguh sangat melelahkan. Ya, semua karena Yibo. Mengapa juga aku harus terlibat dengannya. Aku kembali ke sekolah lagi dan akan kembali dibullying lagi. Apa aku meminta Ayah untuk pindah sekolah? itu ide yang briliant tapi mungkin setelahnya aku akan diusir dari rumah dan dicap sebagai anak tidak tahu berterima kasih. Aku juga jadi sedikit menyesal tidak serius belajar dan mengakui akan kelemahanku itu. Kalau saja aku serius aku bisa minta lompat kelas dan segera lulus dari sini.
Aku berjalan malas menuju lokerku di ujung lorong untuk mengambil buku pelajaran hari ini. Aku belum bertemu dengan Luhan pagi ini. Aku memutar kunci loker dan membukanya, ketika mendengar seseorang berteriak.
"Hoi!! Pendek!!!"
Aku bergidik. Aku sangat kenal suara itu. Benar saja, saat aku menoleh perlahan aku dapat melihat Kris Wu datang menghampiri Ji Li dan mendorongnya di depan lokernya.
"Bawakan tasku kekelas!!" perintah nya melempar tas hitam yang tidak berisi apa apa pada Ji Li. Kemudian dengan cepat dia menyadari keberadaanku dan menyeringai melihatku. Aku lekas berbalik mencoba kabur
"Cupu!!!" teriaknya aku tahu ia memanggilku tapi kakiku enggan berputar menghadapnya.
Mati aku. Dia menuju tempatku berdiri.
Sebaiknya aku langsung ke kelas saja, putusku tiba tiba. Namun baru selangkah berjalan, langkahku berhenti karena seseorang menahan pundakku disana.
"Apa kau mau melarikan diri??" kata Yibo merangkulku dari belakang. Sial, inilah namanya menghindari diterkam buaya malah masuk ke mulut harimau.
Kris tampak berhenti di tempatnya, dan seperti kehilangan minat padaku saat melihat Yibo di sampingku, dia memutuskan berbelok ke arah kantin dengan langkah santai. Sedangkan aku dapat melihat senyum Yibo yang tampak dekat di depan wajahku, aku pun bisa mencium parfum yang ia pakai. Astaga. Jantungku berdebar. Aku tak tahu asal debaran ini dari mana apa karena kami begitu dekat atau karena aku takut padanya.
Sial. aku mengangkat wajahku dari jarak sedekat ini aku bisa melihat wajahnya.
"Cupu. Lihat tanganku!" Yibo menunjukan tangan kanannya yang diperban di depan wajahku menyadarkanku kembali dalam realita. "Aku terluka," eluhnya.
Ha? Syukurin, riangku dalam hati tak mungkin aku berani mengatakan di depan wajahnya.
"Cupu!!" bentaknya mengejutkanku.
"I-iya!!"
Astaga suaranya seperti seekor macan ngamuk.
"Dasar."
Tangannya yang merangkulku menoyor dahiku.
"Kau malah bengong, kau sudah kerjakan tugas dari Mrs. Kim belum?"
Apa Yibo baru saja tersipu malu? tanyaku dalam hati. Tapi apa peduliku.
"Sudah, dong!" seruku bangga langsung mengeluarkan buku tugas ku.
"Nah. Aku nyontek ya!!" katanya merampas cepat bukuku dan memeriksanya.
"HA!apa kau benar benar murid SMA??! Kenapa jawabannya salah semua? Sejak kapan Singapore ibu kota Malaysia??!! Kau ini serius belajar tidak sih!!" cecar nya.
"Iya-iya sini kembalikan bukuku!" kataku malu. Aku tahu aku ceroboh dan tak pintar dalam belajar. Orang tuaku sendiri saja juga heran kenapa aku bisa lulus dan masuk SMA.
"Kumohon ...." kataku memelas.
Yibo bukannya iba padaku dia malah menggulung buku tugasku dan memukulnya ke kepalaku gemas.