Aku melirik jamku lagi. Menghela napas. Ini malam sabtu. Yup, malam dimana bajingan itu mengundang (memaksaku) ke pesta milik Sehun salah satu gengnya. Aku tak pernah tahu seperti apa orangnya selain mendengar dia anak pemilik gedung sekolah. Namun, ada rumor yang mengatakan kalau Sehun sedikit berbeda dengan anggota gengnya yang lain. Dia tidak pernah terlibat secara langsung tindak kekerasan dan pembullyan di sekolah. Tapi tetap saja tidak membuatnya disebut malaikat karena walaupun Sehun tidak pernah ikut campur saat kawan lainnya membully seseorang ia tidak pernah melakukan apapun.
Dia tetap bajingan lainnya.
Aku tahu malam ini akan jadi malam terburuk. Maybe. Aku memeriksa saku bajuku dan menemukan secarik kertas yang pernah Yibo berikan. Berisi alamat di mana pesta itu diadakan. Aku mengenali alamat ini perumahan mewah, tak diragukan lagi Sehun memang orang kaya.
Sehun memang sering mengadakan pesta di salah satu rumah mewahnya, mengundang artis dan model lokal demi memeriahkan pestanya untuk ia upload di media sosial. Jelas Yibo, Sehun, Kris, dan Baekhyun tinggal di dunia yang berbeda dengan diriku.
Aku menarik laciku mengambil sisir namun aku tak sengaja melihat kertas yang pernah dilempar Luhan. kertas yang ia berikan saat Yibo menjebaknya. Aku melihat sebentar dan merasa ada yang sedikit berbeda dengan tulisan yang Yibo berikan padaku di kantin.
Aku menautkan alisku memandangi kedua kertas dan merasa yakin ini berbeda.
Lamunanku berhenti ketika mendengar suara ibuku berteriak dari bawah mengatakan Luhan sudah datang menjemputku. Aku buru buru menyimpan kedua kertas itu, merapikan rambutku lalu memakai jaket jeansku dan turun menjawab panggilan ibuku selagi menyingkirkan pikiran Luhan membohongiku.
Itu tidak mungkin kan.
"Baiklah anak muda, kemana kalian akan pergi??" Ibuku bertanya.
Luhan tersenyum mendengar pertanyaan ibuku dan menjawab. "Kami hanya mengerjakan proyek bersama, Bi ...."
"Ingat jangan pulang terlalu malam okay?" kata ibuku mencium pipiku. Aku hanya membalasnya dengan senyum. Ini pertama kalinya aku berbohong.
"Aku akan menjaganya," lanjut Luhan.
Saat kami sudah berjalan ke luar rumah menuju rumah Sehun, ada banyak yang ingin kutanyakan padanya. Aku meliriknya sedikit. Rambut hitamnya yang lurus tampak rapi. Wajahku bersemu merah saat aku tidak sengaja melihat tanda kissmark yang masih SEGAR ditengkuk lehernya. Yibo. Tidak cuma satu aku melihatnya tiga. Astaga.
"Tenang saja Zhan, aku akan bersamamu sampai akhir, mereka tidak akan berani menyentuhmu," kata Luhan membuka suara. Aku senang dia masih temanku walaupun dia sudah berbohong padaku soal Yibo.
"Hm, Luhan ... a-apa kau ... kau berkencan dengan seseorang??"
Luhan melirikku. Aku menunjuk tanda di lehernya. Wajahku dan wajahnya sama sama memerah.
"Oh ... oh ... ini ... yeah ... ini yang pertama untukku," ucapnya malu-malu.
"Tapi aku tahu ini bukan yang pertama untuknya, ahh ... apa yg kubicarakan ... maaf, aku tidak memberitahumu tapi aku sangat menyukainya sejak lama, dan aku akan melakukan apapun untuknya, aku senang perasaanku tidak bertepuk sebelah tangan." Luhan berseru gembira.
Aku terdiam memikirkan apa yang harus kukatakan. Walau hati kecilku ingin sekali sahabatku jauh-jauh dari bajingan itu. Luhan tampak sangat bahagia saat membicarakan Yibo. Tapi bagaimana jika Yibo hanya mempermainkannya. Semoga saja tidak. Luhan adalah pemuda yang baik dan menarik, mungkin saja hubungan mereka akan bertahan lama.
"Luhan, aku akan selalu dukung pilihanmu," kataku akhirnya.
Tak lama kemudian, kami sampai di tempat Sehun. Sudah banyak mobil diparkir di halamannya. Sepertinya pestanya benar benar meriah. Dari luar kami dapat mendengar suara musik yang diputar dengan kencang juga beberapa anak populer yang sudah tiba di sana. Aku dan Luhan masuk ke dalam melewati halaman yang luas. Ditengah ruang aku melihat Kris dan Baekhyun sedang memegang bir di tangan kanannya dan lengannya sudah merangkul gadis lain.
Aku menarik napas dan tercium aroma minuman keras dan parfum yang kuat.