Belajar (1)

2.2K 262 12
                                    

Aku melirik jamku. Sudah tengah malam. Pantas kepalaku hampir pecah. Aku belum pernah belajar selama ini di rumah. Membaca saja tak pernah. Aku melihat Yibo yang berdiri sambil menelpon -entah siapa- hampir selama empat jam lebih.

Aku menutup bukuku dan merengangkan pinggangku. Astaga aku butuh istirahat sejenak.

"... sebentar manis. Hei!! Cupu!! siapa yang minta kau berhenti. Lanjutkan soal tadi!" perintah Yibo sambil menahan suaranya agar tidak didengar oleh seseorang di ujung telepon.

Aku mengelengkan kepalaku dua kali. Tapi Yibo langsung menunjukan otot lengannya. Buru-buru aku kembali berkutat dengan bukuku.

Akhirnya setelah dua jam aku selesai. Yibo langsung memeriksa yang kukerjakan. Aneh. Memandanginya saat dia memeriksa jawabanku buatku berdebar. Jujur saja dia terlihat dua ratus kali lipat lebih tampan jika seserius ini.

"Cupu!!"

Aku tersadar dari lamunanku.

"Ya??" tanyaku gemetar.

"Kau harus berhasil minggu depan nanti," katanya dan menyerahkan kertas jawaban yang kukerjakan tadi berserta nilainya. 75. "Lumayan untuk otak udang sepertimu, ayo kita tidur!"

Aku tersenyum puas. Hasil kerja kerasku tak sia-sia. Eh? tidur? Pipiku langsung terbakar.

"Kau tidur di sofa!" serunya.

"Eh?"

Yibo menatapku sambil menaikkan satu alis. Aku langsung menundukkan kepalaku menyembunyikan pipiku yang memerah.

"Ahhh ... kau ingin tidur di ranjang bersamaku, Cupu?" tanyanya mengodaku. Shit! jantungku berdebar lagi.

"Ti-tidak."

Rasanya aku ingin mengubur diriku sendiri. Dia tertawa. Sial. Aku malu setengah mati.

Yibo mengambilkanku selimut dan bantal. Aku menerimanya sambil menundukkan kepalaku.

"Hei cupu!" panggilnya.

"Cupu!!!"

Aku bergidik dan menatapnya. Astaga. Dia memandangku langsung.

"Ahahahahaha lucu sekali kau ini."

Sialan. Aku menundukkan kepalaku lagi. Aku berjanji akan meminta penjelasan kepada ibuku kenapa dia rela membiarkan anaknya yang lugu dan polos ini bermalam dengan monster mesum seperti Yibo.

Aku melihat Yibo melepas kaos putihnya ke lantai sebelum pintu kamarnya tertutup. Sedikit samar tapi aku dapat melihat perut abs-nya. Wow.

Plak!! aku segera menampar diriku sendiri. Apa yg kupikirkan? Yibo sexy? Aku benar-benar sudah gila. Aku mendengus. Ada apa denganku ini? aku pasti sangat sangat sangat lelah hari ini. Kataku dalam hati dan menarik selimut yang sebelumnya diberikan Yibo. Harum. Ini parfum yg sering dipakai Yibo kan? What??! Aku melotot langsung melempar selimut itu ke lantai.

"Hei, Cupu!! tidak bisa kau tenang??" Bentak Yibo di balik kamarnya.
Brengsek Yibo. Dia sengaja atau memang tidak tahu memberikanku selimut yang sering dia pakai. Tapi apa boleh buat aku bisa mati kedinginan jika tidak memakainya. Aku memungutnya kembali.

Semenit berlalu,,

Lima belas menis berlalu,,

Dan akhirnya sejam berlalu,,

Aku membuka mataku. Aku tidak bisa tidur. Bau badan Yibo yang ada di selimut ini membuatku gelisah. Aku melirik jam di dinding. Jam 3.00. Aku ingin segera tidur jadi aku ke dapur untuk mengambil minum.

Saat aku akan kembali ke sofa dan melewati kamar Yibo aku mendengar sesuatu. Aku tak yakin apa yang kudengar. Karena sedikit khawatir aku membuka pintu kamar Yibo. Di sana di atas ranjang putih aku mendekati Yibo yang tertidur dengan keringat dingin. Yibo bergumam dalam tidurnya. Menyebut nama seseorang. Aku tidak kenal nama yang dia sebutkan. Yang pasti wajahnya seperti ketakutan dan berkeringat sangat banyak. Aku mengoyangkan badannya. Dia masih memanggil-manggil nama asing itu bahkan makin keras. Aku makin cemas dan menamparnya keras. Aku panik okay.

Plak!!!

"Jangan!!!!! akh!!" Yibo akhirnya bangun dengan setengah berbaring. Napasnya memburu. Apa yang dia mimpikan? Aku memberikan segelas air yang ada di tanganku untuk dia minum dan jadi lebih tenang. Dia meminumnya perlahan dan meletakkannya di atas meja di sebelah ranjangnya.

"Kau ... tidak apa?" tanyaku akhirnya. Dia hanya diam dan mengacak rambutnya. Kuakui ini pertama kalinya kulihat dia sangat frustasi. Apa seburuk itu mimpi yang dia alami barusan. Dia tidak menjawab pertanyaanku dan lebih memilih diam. Dia buatku sedih melihatnya.

"Hei, Cupu!! kenapa kau bisa ada di kamarku?!!" ucapnya sudah kembali seperti sifatnya semula. Aku jadi menyesal sudah mengkhawatirkan dia sebelumnya. Ditambah cara dia memandangku. Dia memandangku seolah aku habis melecehkannya. Sial.

Aku kembali ke sofa di mana selimut Yibo yang menyiksaku tergelatak di lantai. Aku meraihnya, mengibas-ngibas selimut itu lalu memposisikan diri dengan nyaman di sofa.

Namun, setengah jam berlalu bukannya tertidur, aku justru terbayang wajah Yibo barusan. Apa yang membuatnya mengalami mimpi buruk. Apakah itu bagian dari trauma masa lalu? Entahlah, aku tak perlu mikirkannya, kami bukan siapa-siapa. Hanya teman, ya tentu hanya teman.





Tbc.


Pengumuman!!!
My lovely enemy sudah bisa kalian baca versi pdf yang udah tamat

Akan ada sequel 2 di wp dan akan diupdate seluruhnya secara bertahap. Dalam sequel 2 akan jadi titik balik antara kehidupan Yibo dan Zhan.

Pdf sequel 2 akan kubagikan secara gratis untuk readers yang membeli pdf season 1

Pdf sequel 2 akan diberikan awal Agustus
Sertakan bukti ss pembelian untuk dapetin free-nya

Yuk buruan, hubungi nomer ini
087885277443

My Lovely Enemy (1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang