Kencan

2K 244 12
                                    

Yibo berselancar dengan tenang di papan beroda, tepat di tengah lapangan basket. Ia memang jago banyak hal, tak heran ia jadi pria idaman.

Kris Wu melempar bola ke arah Yibo. Dengan cepat Yibo menangkap bola itu dan berpindah menggunakan skateboardnya mendekati keranjang. Kris Wu cukup tinggi untuk menjangkau bola yang Yibo coba masukkan. Sedangkan Yibo lebih pendek, dan ia berada di atas skate board saat melempar bola sehingga tak bisa melompat. Tapi siapa sangka meski kalah fisik, dan berada di pijakan yang bisa menggelinding kapan saja. Bola yang dilempar Yibo, meluncur mulus melewati keranjang.

"Yibo memang ahli membobol lubang!" seru Baekhyun dari pinggir lapangan.

Sedang aku? Apa yang kulakukan? Aku disuruh oleh Yibo untuk mengukur kecepatannya saat menggunakan basket, dan menghitung kecepatan Kris yang berlari menggunakan kaki. Kata Yibo ini bagian dari latihan fisika.

Aku menurut saja, kugunakan buku saku yang kubawa tadi sambil menghitung waktu menggunakan stopwatch di hp.

Sekilas aku melihat Sehun beranjak dari tempat duduknya untuk menelpon seseorang. Baekhyun masih duduk tak jauh dariku sambil bersorak sorai melihat permainan Yibo dan Kris di lapangan.

Sudah hampir jam sepuluh, saat Yibo dan Kris berhenti bermain dan bergabung bersama Sehun dan Baekhyun di pinggir lapangan.

"Airku!" Yibo mengadahkan tangannya di hadapanku.

Aku merogoh tas yang kubawa tadi, mengambilkan botol minum yang diminta Yibo. Melihat itu Kris dan Baekhyun tertawa.

"Jadi, dia di sini sebagai pelayanmu?" tawa Kris menggelegar.

Dia benar-benar puas melihatku begini, dasar tiang. Gerutuku dalam hati.

Sesuatu yang membuat bola mataku hampir lepas dari tempatnya, juga membuat pandangan Kris dan Yibo terfokus di sana. Adalah sosok mungil, berkulit putih glowing, senyum manis, mata yang indah datang menghampiri kami. Lebih terkejut lagi, saa kulihat Sehun yang sejak tadi sibuk dengan ponselnya berdiri dengan semangat untuk menyongsong kehadiran orang tersebut.

"Hai, semua!" sapanya pada kami, dengan senyum sumringah yang mampu menaklukkan banyak lelaki.

"Hai, juga!" jawab kami hampir bersamaan.

"Zhan, kau ada di sini?" tanyanya, ketika melihatku di balik tubuh tinggi Kris Wu.

Aku menggaruk belakang kepalaku yang tidak gatal. Bingung dengan jawaban yang harus aku lempar agar tak terjadi salah paham.

"Luhan, aku ...."

"Dia kalah taruhan denganku, sekarang dia jadi pelayanku selama seminggu!" Yibo memainkan sebelah matanya ke arahku. Aku pun mengangguk.

"Ya, benar. Aku di sini untuk melayani Yibo."

"Tak bisakah sehari saja kau tak mengganggu temanku?" Luhan hampir berteriak ke arah Yibo. Tapi Yibo terlihat sangat santai.

"Sudahlah, tujuanmu ke mari menemuiku kan?" Sehun muncul sebagai penyelamat, menarik bahu Luhan dan mendudukkannya di kursi besi sejajar dengannya.

Aku melihat sesuatu yang aneh di antara keduanya. Apa aku salah jika curiga mereka sedang menyembunyikan sesuatu? Hubungan mereka mungkin?

Setahuku, Luhan jarang dekat dengan teman pria kecuali aku. Dia juga bersikap seperti pelindung jika bersamaku. Tapi dengan Sehun, ia malah seperti orang yang butuh perlindungan. Oh, entahlah. Seminggu tak bersamanya aku ketinggalan banyak berita.

Yibo melihat jam tangan hitam yang melingkar di pergelangannya.
"Owh, maaf kawan-kawan, aku harus segera pergi," ucapnya dengan nada terburu-buru.

Seperti paham akan situasi, teman-teman Yibo mengiyakan tanpa bertanya lebih panjang lagi, ia akan kemana.

"Cupu, kau di sini dulu. Nanti aku akan menjemputmu!" Yibo menyerahkan botol minumnya dan papan skateboardnya padaku.

Setelah mengambil dompet dan kunci motor, ia bergegas menuju parkiran dengan langkah tergesa-gesa.

Beruntung ada Luhan di sini. Aku tidak terlalu merasa kesepian dan takut dibulli.

.
.

Kami akhirnya menuju sebuah kafe dekat lapangan yang menjual es krim dan camilan. Seperti sudah kuduga, Sehun dan Luhan terlihat tak biasa. Sepanjang jalan mereka terlihat mengobrol bersama, saat akan menyeberang mereka juga bergandengan tangan layaknya pasangan kekasih.

Jangan-jangan mereka ....

"Hei, Cupu. Sekarang kau bisa menjadi pelayanku selama tak ada Yibo." Kris tiba-tiba merangkul bahuku dari samping.

"Bagaimana?" Ia menaik turunkan kedua alisnya. Sungguh aku muak melihatnya.

Luhan menoleh ke arah kami dengan tatapan tajam, membuat Kris melepas pelukannya di lenganku.
"Sorry!" ucapnya sambil memegang sebelah telinganya dengan jari. Lagi-lagi Luhan menyelamatkanku, sungguh beruntung aku memiliki teman sepertinya.

Kami memilih meja yang dikelilingi banyak kursi. Cukup muat untuk kami berlima, sebenarnya juga muat untuk berenam, jika Yibo ada di sini juga. Entah pergi ke mana dia?

Kris tentu yang paling banyak menghabiskan makanan. Bukan hanya kentang dan burger, dia juga menghabiskan lima botol soda sekaligus. Daebak.

Semua makanan yang kami pesan, termasuk milik Kris yang harusnya dimakan tiga orang telah dibayarkan oleh Sehun. Aku rasa di antara mereka semua, Sehun-lah yang paling kaya.

Kris bersendawa sambil memegangi perutnya, sungguh mengganggu pemandanganku.

Setelah membayar, Sehun kembali ke meja dan mengajak Luhan pulang. Mataku mulai sendu, jika Luhan pulang aku akan sendirian di antara dua orang ini, Kris dan Baekhyun.

Apa jadinya nanti jika tak ada Luhan di sampingku? Aku akan jadi bulan-bulanan mereka berdua.

Beruntung sekali, di antara kacaunya pikiranku. Luhan menoleh ke belakang dan melihat wajahku yang kuyu.

"Zhan, kau pulang denganku, ya?" tawarnya. Aku mengangguk tanpa keraguan.

Syukurlah. Dewa sedang berpihak padaku hari ini.









Tbc.

My Lovely Enemy (1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang