Hukuman

2.4K 257 28
                                    

Yibo menguap tepat di depan wajahku yang masih tertidur pulas.
"Hei, Cupu! Kenapa kau masih tidur?"

Aku membalikkan badan, membelakangi Yibo. Tak kuhiraukan tangannya yang mengguncang bahuku.

"Tidak ada sarapan untuk orang yang bangun siang!!" teriaknya.

Seruan menyebalkan itu membuatku terjaga dan melompat dari posisi miring, langsung duduk dan berdiri. Padahal kedua mataku masih lengket seperti dilem.

Yibo melambaikan tangannya di depan wajahku. "Hei, kau masih tidur rupanya."

Aku berusaha menaikkan kelopak mataku ke atas, tapi berat rasanya. Ingin sekali merebahkan diri kembali ke sofa.

"Oho, aku tau cara membangunkanmu!"

Apa yang direncanakan Yibo? Apa ia akan menyiramku dengan air dingin?

"Aku akan mencium bibirmu, kau pasti akan bangun ...."

Sumpah! demi apa?

Yibo tak main-main dengan ucapannya. Apa yang ia utarakan, sukses besar membuat aku terjaga, dengan mata membulat dan mulut menganga, dan Yibo tepat berada di depan wajahku. Menggoda bibirku dengan tiupan kecil dari mulutnya.

Aku tertegun seperti patung, tingkah Yibo ini benar-benar buatku bingung. Apa aku harus mendorong tubuhnya menjauh atau pasrah saja jika bibirku benar dicium olehnya. Tentunya aku berharap hal yang kedua.

Oh, no! Lagi-lagi aku menghayal hal yang konyol bersama Yibo si biang onar.

"Hahaha."

Yibo tertawa di depan wajahku, aku tak tahu apa yang ia tertawakan. Aku melihat mukanya yang menyebalkan yang pasti sedang mengejekku. Spontan aku mendorong bahunya ke belakang, menyebabkan betis Yibo beradu dengan meja.

"Cupu, jaga sikapmu!! Jangan berlaku kasar di rumahku!!"

"M-maaf," ucapku terbata.

"Kau harus dihukum!" Yibo menunjukkan wajah penuh ancaman. Aku jadi takut, hukuman apa yang akan Yibo berikan padaku.

.

"Ya! di situ!"

"Ke bawah!"

"Agak ke tengah!"

"Tekan lebih keras!"

"Gunakan kekuatanmu, Cupu!"

"Yah, bagus di situ!"

"Tambahi sabun biar licin!"

"Iya, lakukan dengan cara memutar!"

"Wah! Mantap!"

Demi apapun di dunia, aku tak pernah membayangkan sebelumnya. Bahwa hukuman yang diberikan Yibo seperti ini, menggosok punggungnya saat mandi. Parahnya lagi, ia benar-benar telanjang bulat di depanku. Dasar! tak punya malu.

Kuakui tubuh Yibo memang bagus, mirip oppa-oppa korea yang sering aku lihat di youtube. Punggungnya tegap, kulit putih halus, dengan kotakan berjumlah enam di perutnya. Sesekali aku mengintip ke arah depan. Di tempat burung Yibo yang berwarna nude dengan ujung kemerahan, bergelantung menghadap ke bawah. Jujur, aku iri. Milikku tak sebesar itu. Dia benar-benar dianugerahi banyak hal.

Tampan, cerdas, kaya, dan jantan.
Hahaha. Apa aku bilang jantan? Setauku lelaki yang memiliki anu yang besar bisa dibilang pejantan. Jadi, dengan ukuran milikku yang kecil ini, aku termasuk apa?

Aduh, pikiranku malah terbang ke mana-mana. Hanya gara-gara melihat milik Yibo yang menjuntai seukuran pegangan kulkas.

"Cupu! Apa yang kau lihat sejak tadi?"

My Lovely Enemy (1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang