Aku sedikit kesal pada Yibo, ia berjanji akan menjemputku tadi. Tapi sampai kami ke luar dari kafe dan berpisah di parkiran dekat lapangan basket. Yibo tak juga muncul batang hidungnya.
Demi keselamatanku sendiri, aku memilih pulang bersama Luhan dan Sehun. Menjadi penonton setia kemesraan mereka berdua.
Sehun duduk di kemudi bersama Luhan di kursi sampingnya. Aku duduk di belakang bersama tumpukan bola yang Kris titipkan di sana. Sungguh merepotkan.
Aku menoleh ke arah kiri, pada jejeran gedung tinggi yang kami lalui. Tak sengaja aku melihat kembali ke depan, dan melihat momen kasih sayang Sehun dan Luhan.
Tangan yang bertautan, sebelah tangan yang lain Sehun gunakan untuk menyetir, sesekali Sehun mencium punggung tangan Luhan. Itu membuat mataku sedikit nyeri. Kenapa tak ada satu pun yang memperlakukanku seperti ini?
Kebetulan rumahku melewati rumah Luhan lebih dulu. Sehingga pasangan kekasih itu harus berpisah, karena Luhan sudah tiba di tempat tujuan. Aku berharap tak melihat ini semua, saat Sehun dan Luhan saling mendekat dan berada di tengah-tengah kursi.
Dari jarak sedekat ini, aku bisa melihat bibir keduanya menyatu. Terjalin erat antara satu dengan yang lain. Tangan Luhan terulur menyentuh pipi Sehun dan memperdalam ciumannya. Membuatku bergidik saat telingaku mendengar suara cup cup cup yang terus tersaji di depan mata.
Apa mereka kehilangan urat malu, sampai melakukan ini semua di depanku? Atau mereka sudah kelewat rindu? Ah, mana aku peduli. Harusnya aku memikirkan diri sendiri yang tak kunjung memiliki kekasih.
Setelah beberapa menit mereka saling berciuman tanpa melihat keadaan. Luhan melepas bibir Sehun dari bibirnya, tersenyum manis pada kekasihnya. Sebelum akhirnya turun dan melambai hingga tubuhnya hilang di balik gang.
"Kalian sudah lama pacaran?" tanyaku tiba-tiba saking penasarannya.
"Setelah kalian datang ke pestaku," jawab Sehun datar.
Aku mengingat kembali insiden itu, saat aku hampir mati tenggelam di kolam yang dingin, beruntung Yibo menyelamatkanku, dan aku pulang lebih awal bersama Luhan.
Bagian mana yang menceritakan tentang kedekatan Sehun dan Luhan? Atau aku melewatkan sesuatu di sana. Selain Kris yang bercinta di kamar mandi, apa lagi yang tidak kuketahui?
"Kau penasaran bagaimana kita dekat?"
Seperti bisa membaca pikiranku. Sehun dengan gamblang menebaknya.
"Iya," jawabku antusias.
"Setelah pesta dia mendatangiku dan bertanya tentang Yibo. Aku hanya menceritakan apa yang kuketahui. Setelah itu, tak lama ia putus dengannya, dan menjadi sangat dekat denganku."
Ini yang namanya menikung tanpa membunyikan klakson.
Oh, jadi ini alasan Luhan putus dengan Yibo tempo hari. Pikirku.
"Jujur, aku sedikit kecewa pada Yibo karena mempermainkan pemuda manis seperti Luhan. Harusnya ia disayang dan dilindungi," lanjut Sehun sambil mengemudi.
Jawaban Sehun membuat aku terharu, ternyata masih ada pria sejati sepertinya, yang mencintai dan melindungi kekasihnya.
Luhan sungguh mendapat anugerah kali ini. Selain tampan dan kaya, Sehun ternyata punya sisi romantis juga. Wah, aku jadi ingin memiliki kekasih sepertinya.
Tentu bukan Yibo orangnya, dia jauh sekali bila dibandingkan Sehun. Playboy, pembuat onar, menyebalkan dan banyak hal buruk lainnya.
.
.Aku sampai di rumah tengah hari. Tak sempat mengecek ponsel lagi. Aku langsung naik ke kamarku dan mejatuhkan tubuhku ke kasur. Rasanya sungguh nyaman bisa tidur di kamar kita sendiri. Aku akan bangun sore hari, pikirku, sambil memejamkan mata.
Tak kuhiraukan suara Cheng Xiao yang berusaha membangunkanku. Aku lebih senang menjelajahi mimpi di siang hari.
Aku merasa guncangan di bahuku cukup kuat, aku merasa terganggu dan cukup kesal akan hal itu.
"Cheng Xiao jangan ganggu aku!"
Aku berteriak kesal.
Sumpah, siapa yang tak kesal, jika kita dalam keadaan lelah dan butuh istirahat. Tapi seseorang menggagalkan rencana kita.
"Temanmu yang tampan berkunjung," katanya penuh semangat.
Jawaban Cheng Xiao sukses membuatku menganga lebar. Teman yang tampan? Pertanyaan itu berputar di kepalaku yang belum sadar sepenuhnya dari mimpi tadi.
Sejauh yang aku tahu, aku tak memiliki teman tampan yang akan mengunjungi rumahku. Hanya Luhan yang sering ke mari. Tapi Cheng Xiao tidak menyebut Luhan tampan, melainkan kakak cantik. Jadi, siapa teman tampan yang masih misterius ini?
.
.Aku mengucek mata pelan, berjalan seperti zombi ke kamar mandi. Membasahi wajahku dengan air untuk membantu kesadaranku kembali.
Ibuku melongo dari balik pintu.
"Cepatlah, dia sudah menunggu sejak tadi!"Aku mengusap wajahku dengan handuk, menyemprotkan sedikit face mist agar wajahku kelihatan segar. Siapapun yang akan kutemui, aku tak boleh terlihat acak-acakan di depannya.
Aku nenuruni tangga perlahan, berpapasan dengan adikku Cheng Xiao yang senyam-senyum tidak jelas. Karena penasaran, aku menahan lengannya sebelum ia menaiki tangga teratas.
"Kenapa kau tersenyum begitu? Ketemu gebetan kah? Atau bertemu idolamu si BTS itu?"
"Hahahaha." Cheng Xiao tertawa mendengar ucapanku.
"Zhan ge, aku pernah cerita, kan. Aku pernah ketemu siswa dari SMA mu yang mengalahkan preman pasar. Dia keren dan tampan ...."
"Lalu?" Aku mulai tak sabar dengan cara Cheng Xiao berbicara. Apa sebenarnya yang ia maksud?
"Dia ada di bawah, Ge. Mencarimu, menunggumu sejak tadi." Ia berbicara dengan mata berbinar.
Ini bukan Cheng Xiao yang kukenal. Dia jarang bersikap fangirling seperti ini. Aku jadi makin penasaran siapa yang dimaksudkan Cheng Xiao.
"Oh iya, Ge." Kini Cheng Xiao yang menahan lenganku yang bersiap turun.
"Jadikan dia kakak iparku, oke. Tapi jika gege tidak sanggup, biar aku saja yang akan mendapatkannya!"
Bicara apa adikku ini, jangan lupa berapa usiamu. Sudah berani menjodohkan kakakmu sendiri dengan pria asing.
Aku menggeleng-gelengkan kepala, melihat tingkah laku Cheng Xiao yang di luar kebiasaan.
Sejenak aku berpikir, sebelum sampai di ruang tamu. Tentang seseorang yang Cheng Xiao anggap keren dan tampan itu. Aku mengulur-ulur waktu untuk sampai ke ruang tamu. Aku masih berusaha menebak dengan pikiranku sendiri siapa dia.
Sampai suara ibu lagi-lagi mengejutkanku.
"Zhan, itu temanmu di sana!" tunjuk ibu pada seseorang di sofa yang sedang menyesap teh dari cangkir.
Benar kata Cheng Xiao dia memang tampan dan keren, juga jago berkelahi. Tapi tetap saja dia pria nenyebalkan.
Ya. Siapa lagi. Orang yang dielu-elukan adikku ternyata si playboy gila Wang Yibo. Dari sekian milyar penduduk bumi, kenapa harus dia yang jadi ipar idaman adikku?
"Zhan, aku datang menjemputmu. Bukankah kita punya banyak jadwal untuk belajar bersama?" seru Yibo begitu melihat wajahku muncul di ruang tamu.
Aku tak bisa lari kemana-mana lagi.
Tbc.
Yibo makin posesif ya?
Ada cerita baru yang akan kupublish tepat malam tanggal 5 Agustus
Judulnya Sex Paylater
Dari judul ini apa kalian bisa menebak isi ceritanya?